55(corbyn&Hanna)

459 72 17
                                    

Kevin menghela napas panjang. "Baiklah, ayah ingin kau berhenti dari band itu"

Oh tidak!

Corbyn menegang di tempatnya. Berhenti? Bahkan hal itu tidak pernah terpikirkan olehnya.

"A-apa maksud ayah?" Tanya Corbyn dengan terbata.

Kevin menghela napas panjang. "Bukankah sejak awal tujuan band ini di bentuk untuk menyelesaikan masalah Jonah dan memenuhi janjimu kepada Evelyn? Semuanya sudah selesai, keadaan sudah jauh lebih membaik sekarang dan kurasa ini saatnya kau kembali pada tanggung jawab utama-mu" Ucap pria tersebut.

Corbyn tergugu di tempatnya begitu mendengar ucapan Kevin. Bahkan dia hampir melupakan tanggung jawabnya sebagai calon pengganti Kevin di perusahaan milik pria itu.

Beberapa tahun yang lalu Kevin menunjuk Corbyn sebagai penerusnya yang akan menggantikan dirinya sebagai owner sekaligus CEO sebuah maskapai penerbangan yang sangat terkenal di New York.

"A-aku,,, " Corbyn tergagap. Raut wajahnya menunjukkan keresahan yang teramat besar.

"Jangan terlalu terburu-buru ayah, kita berikan waktu bagi Corbyn" Potong Hanna cepat sembari menggenggam tangan Corbyn dengan erat.

"Baiklah, ayah akan memberimu waktu sampai tour Eropa kalian berakhir. Ingat Corbyn, seorang pria sejati adalah pria yang selalu menepati perkataannya" Ucap Kevin sembari menepuk pundak Corbyn yang kembali menegang.

"Ayah pamit dulu princess" Kevin mencium dahi Hanna yang di balas sebuah kecupan pada pipi ayahnya.

"Jaga kesehatanmu yah, dan sampaikan salamku untuk ibu"

Setelah kepergian Kevin hanya ada keheningan yang menyelimuti kedua sejoli tersebut.

Hanna menatap resah kearah Corbyn yang sedari tadi hanya diam sembari menatap cangkir kopi yang sama sekali belum di sentuhnya.

"Babe,,, " Panggil Hanna dengan lembut. Dia sangat khawatir melihat Corbyn yang hanya diam saja, tetapi kedua mata keemasannya tidak pernah bisa membohongi Hanna.

Terdapat banyak keresahan di dalam sana, hal itu membuat Hanna merasa sangat bersalah.

"Jangan terlalu di pikirkan ucapan ayah, kau tidak harus mengorbankan band ini untuk memenuhi permintaan ayah"

Corbyn menggelengkan kepalanya. "Apa yang di katakan ayah sangat benar Hanna, seharusnya aku tetap mengingat tujuan utama ku saat membentuk band ini bukannya terbuai dengan semuanya" Ucap pemuda itu dan kemudian mengacak rambutnya frustasi.

"Sekarang bagaimana caraku mengatakannya kepada mereka semua" Gumamnya dengan lirih saat wajah keempat sahabatnya melintas di dalam pikirannya.

*****

"Apakah kau merasa ada yang aneh dengan Corbyn Akhir-akhir ini?" Ujar Daniel kepada Jonah yang berada di sebelahnya.

Saat ini mereka semua berada di dalam pesawat yang akan membawa mereka ke Milan, Italia.

Jonah menutup buku yang sedang di bacanya dan kemudian mengalihkan tatapannya kearah Corbyn yang terlihat sedang melamun sembari menatap keluar jendela pesawat.

"Kau juga merasakannya?" Tanya Jonah sembari menatap Daniel yang berada di sebelahnya.

Daniel menganggukkan kepalanya. "Aku merasa Corbyn mulai berubah aneh sejak kita berada di London. Dia jadi lebih sering melamun dan terkadang menatap kita seakan dia akan pergi jauh" Jawab pemuda bermanik safir tersebut.

Jonah menatap intens sahabat Corbyn dengan intens. "Atau dia memang akan pergi jauh dari kita" Itu adalah sebuah pernyataan yang entah kenapa membuat Jonah merasa takut akan perkataannya sendiri.

Sementara itu di sisi lain pesawat terlihat Zach yang sibuk mengganggu Caitlyn dengan godaan-godaan yang mampu membuat kedua pipi Caitlyn memanas.

"Diamlah bodoh, kau merusak mood-ku"

"Benarkah? Bukankah kau  menyukainya? "

"Siapa yang menyukaimu!" Bantah Caitlyn dengan cepat. Tetapi dia segera membekap mulutnya saat menyadari apa yang baru saja di ucapkannya.

Sementara Zach sudah menyeringai senang. "Ah,, ternyata kau menyukaiku ya? Tenang saja aku juga menyukaimu" Ucap Zach dengan nada yang kelewat santai.

Caitlyn yang sudah merasa malu setengah mati hanya dapat membenamkan wajahnya kebalik selimut biru yang sedari tadi berada di atas pangkuannya.

Cup,,,

Caitlyn dengan cepat menyingkap selimutnya saat merasakan sebuah kecupan mendarat di dahinya.

"Itu ucapan selamat tidurku untukmu" Ucap Zach dengan sebuah senyuman manis yang menyertai.

"Kenapa?" Zach menaikkan sebelah alisnya saat Caitlyn masih menatapnya dengan tatapan horor miliknya.

"Apa aku perlu mengecup bibirmu juga?"

"Dasar gila!!" Sentai Caitlyn dan kemudian beranjak meninggalkan kursi yang di duduknya setelah sebelumnya dia menginjak kaki Zach dengan sekuat tenaga.

"Arghh,,, sakit! Kau beruntung karena aku,, " Menyukaimu. Kata terakhir itu hanya mampu di ucapkannya di dalam hati saja.

Zach menghela napas panjang. Shit! Dia benci situasi ini. Dia terlihat seperti seorang pengecut.

Tapi dia juga tidak dapat melanggar prinsip yang selama ini dia pegang dengan teguh, prinsip bahwa tidak ada yang namanya pacaran di dalam hidupnya.

Terdengar bodoh memang, tetapi inilah prinsipnya. Dia berkaca dari kejadian orang-orang di sekitarnya yang saling mencintai tetapi tidak mau melanjutkan ke jenjang yang lebih serius dan hanya stuck pada status pacaran.

Kebanyakan hal itu di sebabkan oleh ketidak siapan sangat pria dalam menjalin hubungan yang lebih serius, sehingga banyak wanita di luar sana yang harus menalan kekecewaan dan sakit hati.

Dan tentu saja Zach percaya akan karma, hell, Tuhan tidak pernah tidur dan pasti akan berlaku adil kepada umatNya. Termasuk kepada pria yang senang bermain-main.

Zach tidak mau menjadi pria brengsek dan mendapatkan karma dari perbuatannya. Apalagi dia memiliki adik perempuan, tentu saja dia tidak ingin jika perilaku buruknya akan berimbas kepada adik kesayangannya itu.

"Corbyn! Are you okay?" Tiba-tiba suara nyaring Hanna mengejutkan mereka semua. Gadis itu tampak menatap khawatir kearah Corbyn yang melangkah dengan terhuyung-huyung.

Corbyn menggelengkan kepalanya sembari tersenyum tipis.

"Kau terlihat sakit bro" Sela Jack yang sudah melesat kehadapan Corbyn begitu ketiga pemuda lainnya.

"Aku hanya kurang tidur" Balas pemuda berambut blonde tersebut.

"Benarkah?" Jonah menatap Corbyn sangsi.

Corbyn menganggukkan kepalanya.

"Kalau begitu beristirahatlah, malam ini adalah konser terakhir kita. Kau tidak ingin tumbang saat menyanyi nantikan? Aku tidak mau menggendongmu jika kau pingsan nanti, walaupun badanmu setipis lidi tapi tidak menjamin jika berat badanmu ringan oke?" Kelakar Zach yang di sambut kekehan oleh The boys.

Kecuali dengan Corbyn yang sudah menegang di tempatnya ketika mendengar kata 'terakhir' yang terucap dari mulut Zach.

Waktunya semakin menipis dan dia belum siap kehilangan semua ini.

God, what should i do?

*****
Holla,, i'm back!!

Maaf ya karena ngilang minggu kemarin,,, ujian dan tugas mengintai di mana-mana😔 

So vote and coment?



Never KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang