Zach melangkah memasuki restoran pizza tersebut dengan enggan. Moodnya seketika rusak saat mengingat kejadian yang terjadi tempo hari di tempat ini.
Ia mengambil duduk di meja paling pojok yang berada di dekst jendela. Diedarkannya pandangannya hingga kedua manik teduhnya tertuju kepada seorang gadis berambut pirang yang sedang sibuk mengantarkan pesanan dari meja ke meja lainnya.
Di hiraukannya keringat yang sudah bercucuran membasahi dahi dan bajunya, dia berusaha membawa makanan pelanggan sehati-hati mungkin.
"Ini pesanan anda, satu burger jumbo dengan extra keju dan soda ukuran premiumnya, selamat menikmati" gadis itu mengulas senyum manis kepada pemuda yang terlihat sibuk dengan laptopnya tersebut.
Pemuda itu tidak menyahut atau membalas senyuman Caitlyn, ia masih bergeming dengan tatapan yang terpaku kepada laptopnya.
Gadis pirang itu hanya menghela napasnya dan segera kembali untuk mengambil pesanan berikutnya.
"Cepat sedikit gerakmu itu Caitlyn! apa kau tidak melihat jika pelanggan kita sangat banyak saat ini?!" sentakan kasar itu membuat Caitlyn berusaha mempercepat gerakannya, padahal dia sudah merasa pegal karena dia sudah melakukannya lebih dari tiga jam yang lalu, sungguh melelahkan.
Cailyn menghela napas sejenak setelah mengantarkan pesanan sebuah keluarga.
"Caitlyn! Aku menggajimu bukan hanya untuk bernapas! Cepat layani pembeli, aku tidak mau kau membuat ulah seperti sahabatmu itu" kembali sentakan dari Scott-manager cafe- membuat Caitlyn terperanjat dan kembali melayani pembeli.
Zach menyeringitkan dahinya melihat hal tersebut, apa pria itu tidak dapat melihat jika gadis itu sudah kelelahan?
Hingga akhirnya kakinya tidak sengaja menyenggol meja ketika akan mengantarkan minuman untuk Zach.
Ia terjatuh tetapi sebelumnya tangannya sempat berpegangan pada meja tersebut menyebabkan meja beserta isinya terjatuh berhamburan kelantai.
"Laptopku" teriak pemuda si pemilik laptop dengan histeris ketika mendapati laptopnya yang sudah berhamburan di lantai bersama dengan makanannya.
Sementara itu Caitlyn meringis ketika merasakan perih di kepalanya, ia meraba dahinya dan mendapati noda darah menempel di sana. Ah, rupanya dia tertimpa meja tadi.
"Hei kau! Apa kau tidak punya mata?! Lihat laptopku jadi rusak!!" hardik pemuda itu kepada Caitlyn yang masih terduduk sembari memegangi kepalanya.
"Ada apa ini?" Scott menghampiri keributan yang terjadi di tengah cafenya.
"Kau pemilik cafe ini? Katakan kepada pelayan tak becusmu ini untuk berhati-hati, lihat! Laptopku menjadi rusak karenanya" pemuda itu menunjuk wajah Caitlyn yang masih meringis kesakitan.
Wajah Scott memerah menahan marah. "Dasar tidak berguna! Apa yang kau lakukan hah?!" bentak Scott dengan suara menggelegar.
Orang-orang yang berada di sana hanya memperhatikan tanpa ada niatan melerai, mereka menatap keributan itu dengan penuh minat, ada juga yang memandang iba kepada gadis yang sedang terduduk di lantai tersebut.
"Wow,,wow,,, take it easy bro, begitukah cara kalian memperlakukan perempuan? Apakah begitu kalian memperlakukan ibu kalian dirumah?" Zach menghampiri keributan tersebut dan berjongkok di sebelah Caitlyn.
"Kau?" lirih Caitlyn yang di balas senyuman manis oleh pemuda tersebut.
"Siapa kau? Aku tak ada urusan denganmu" ucap pemuda yang laptopnya rusak tadi.
"Shh,, kau tidak perlu mengetahui siapa aku, biarkan aku membawa nona ini jika kalian tidak ingin menolongnya oke?" balasnya dan merengkuh bahu kecil Caitlyn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Know
FanfictionSEQUEL WHY DON'T WE? *************** "Akan kubuat kucing liar itu bertekuk lutut di bawah kakiku seperti yang seharusnya orang-orang lakukan kepadaku, dan di saat itu terjadi maka dapat kupastikan dia akan mengemis cinta dar...