Bunyi detak jam dan suara hujan saling bersahutan menyelimuti keheningan yang terjadi di dalam ruangan kerja sang Raja.
Kini ketiga insan itu sedang duduk di sebuah sofa dengan Zach yang berada di hadapan sang ayah dan adiknya.
Sial! Dia merasa seperti akan di sidang dan di jatuhi hukuman mati saja, perasaannya kacau tidak menentu saat melihat reaksi ayahnya yang hanya terpaku di tempatnya saat melihatnya dan kemudian meminta Zach serta Alexa untuk duduk di sofa yang biasa di gunakannya jika sedang berdiskusi dengan para tertinggi kerajaan.
"Jadi ada yang bisa menjelaskan apa yang terjadi disini?" Ucap Raja Arthur dengan aura yang menyeramkan.
Alexa mendengus melihat ayahnya yang masih berpura-pura dengan topeng Raja yang menyebalkan itu. Apa susahnya tinggal memeluk putranya dan berkata jika dia merindukan pemuda itu dan semuanya akan selesai dengan lebih mudah.
"Fine, aku berbohong saat mengatakan jika aku akan pergi study tour, aku pergi menyusul kakak ke Stockholm" Ucap Alexa dengan lantang.
Raja Arthur membulatkan kedua bola matanya sementara Alexa hanya mengangkat bahunya acuh.
"Jika aku tidak melakukannya, mungkin putramu ini tidak akan berada di sini sekarang" Ucap Alexa kembali.
Raja Arthur menghela napas panjang, gadis kecilnya ini memang sangat keras kepala, benar-benar duplikat ibunya walaupun wajahnya sepenuhnya mirip dengan Raja Arthur kecuali bola mata ocean miliknya yang di turunkan dari ibunya.
Raja Arthur tau tidak ada gunanya memarahi gadis keras kepala tersebut karena akan sia-sia, gadis itu akan melakukan apapun yang menurutnya benar. Tidak perduli Raja Arthur suka atau tidak.
"Lalu apa yang kau lakukan di sini young man?" Tatapannya beralih pada putra yang sangat dirindukan nya itu, namun sialnya ego nya yang tinggi membuatnya menahan semua kata rindu dan penyesalan yang akan di ucapkannya.
"Jika kau saja tidak dapat menolak permintaan gadis kecil itu lalu bagaimana aku bisa?" Ucap Zach sembari mengedikkan dagunya kearah Alexa yang sudah bersedekap jengkel.
Like father like son, keduanya sama-sama menunjukkan ego yang besar ketimbang mengungkapkan perasaan rindu mereka membuat Alexa mendengus jengkel.
"Oh shut up, bisakah kalian hanya berpelukan dan saling melepas rindu?! Aku tau jika kalian saling merindukan tetapi ego sialan kalian itu membuat kalian menahan kerinduan kalian" Ucap Alexa dengan kejengkelan yang sudah mencapai ubun-ubun.
"Aku sudah berbaik hati untuk mempertemukan kalian berdua, bisakah kita kesampingkan ego itu? Aku tidak mau melakukannya untuk yang kedua kalinya dan aku akan membiarkan saja jika kau menangis karena merindukan putramu ini Dad" Lanjut Alexa membuat Raja Arthur membulatkan kedua bola matanya kembali.
Sementara Zach hanya terkekeh di tempatnya. "Ternyata pria tua sepertimu bisa menangis juga?" Ucap Zach sembari menaikkan sebelah alisnya.
"Oh dan jangan lupakan siapa yang menangis tersedu-sedu sembari mengatakan jika dia menyesal karena sudah berburuk sangka pada Dad" Ucap Alexa berhasil membungkam mulut Zach.
Zach bersedekap dada dan menatap adiknya jengkel, ayolah, haruskah gadis itu mengungkit hal memalukan itu sekarang.
"Dan jangan lupakan siapa yang menangis meraung-raung sembari berlutut di hadapanku memohon pada ku agar ikut pulang bersamamu untuk menyenangkan hati Dad" Balas Zach telak. Dia hanya mengikuti permainan yang di lakukan oleh Alexa saat ini.
Alexa mengerucutkan bibirnya tidak dapat membalas perkataan kakaknya balik.
"Fine, bisakah kita berpelukan seperti keluarga normal dan lupakan semua ego sialan itu" Ucap Alexa pada akhirnya.
"No bad word young lady" Ucap Zach dan Raja Arthur secara bersamaan.
Alexa mengulas senyum lebar melihat bagaimana kompaknya ayah dan anak tersebut.
Zach dan Raja Arthur saling pandang beberapa saat sebelum akhirnya sama-sama menghela napas panjang.
"Baiklah, Dad mengaku salah karena sudah memaksamu selama ini Zachary dan Dad minta maaf akan hal tersebut. Satu hal yang perlu kau ketahui adalah Dad sangat menyayangi dirimu dan adikmu melebihi apapun di dunia ini" Ucap raja Arthur pada akhirnya.
"Aku juga minta maaf karena sudah melarikan diri dari istana walaupun aku tidak menyesal sama sekali"
"Kaak,,, " Ucap Alexa memberikan tatapan peringatan kepada kakaknya tersebut.
"Baiklah, aku minta maaf karena tidak bisa menjadi seperti apa yang kau harapkan selama ini dan lebih memilih jalanku sendiri. Membuatmu khawatir dan membuat Alexa sedih serta masih banyak lagi. Tapi untuk kali ini aku akan berkata jujur jika aku bahagia dengan kehidupanku sekarang jadi maafkan aku,, aku,, " Zach bingung harus melanjutkan kata-katanya. Sungguh dia tidak mau mengatakan ini tetapi dia harus.
Zach sudah memutuskan jalan hidupnya dan tidak ada seorangpun yang dapat mengubahnya walaupun itu ayahnya sekalipun.
Raja Arthur menghela napas panjang dan kemudian tersenyum lembut.
"Dad mengerti dan tidak akan memaksamu lagi tapi jika kau membutuhkan bantuan dan sandaran makan ingatlah jika kau masih memiliki kami yang selalu mendukungmu" Ucap raja Arthur bijak."Jadi apakah kita sudah bisa berpelukan sekarang?" Sela Alexa merusak suasana yang tercipta.
"Dasar perusak suasana" Ucap Zach dan raja Arthur bersamaan.
"Kemarilah gadis nakal" Ucap raja Arthur dan kemudian menarik gadis kecilnya kedalam dekapannya begitupun Zach yang ikut bergabung dengan mereka berdua.
Akhirnya setelah bertahun-tahun lamanya ayah dan dua orang anaknya kembali berpelukan sebagai keluarga walaupun tanpa kehadiran sang ibu.
*****
"Apakah kalian tidak ingin makan atau yang lainnya?" Tanya Marion kepada sekumpulan anak Adam dan hawa yang sedang duduk di ruang bersantai istana tersebut.
"Tidak apa-apa bibi, kami akan menunggu Zach saja" Tolak Corbyn dengan halus yang di angguk setuju oleh yang lainnya.
"Kalian cukup dekat ya, aku bersyukur Zachary mendapatkan teman seperti kalian" Ucap Marion sembari tersenyum haru.
"Dia bukan hanya teman kami bibi tetapi dia adalah saudara kami" Bantah Jack sembari mengulas senyum manisnya.
"Syukurlah, apapun yang terjadi jangan pernah tinggalkan dia. Bisakah kalian berjanji pada wanita tua ini?" Pinta Marion.
"Tentu saja" Jawab mereka bersamaan.
"Kalian masih di sini?" Tiba-tiba sebuah suara mengistrupsi pembicaraan mereka.
Tampak Zach yang berjalan turun dari sebuah tangga yang berada tidak jauh dari ruangan bersantai tersebut.
"Lalu menurutmu kami harus berada di mana?" Sahut Daniel sembari menatap jengkel Zach.
"Di ruang makan, ini sudah waktunya makan siang" Jawab Zach sembari mengangkat bahunya acuh.
"Tidak sopan jika kami langsung kesana tanpa tuan rumahnya" Balas Jonah.
Zach tersenyum miring. "Sejak kapan kalian menjunjung sopan santun eh? Biasanya juga kalian tinggal makan"
"Dasar sinting" Ucap Caitlyn sembari menatap jengkel kepada Zach.
"Siapa yang sinting nona muda?" Suara bariton tersebut sukses membuat mereka semua terperanjat kaget.
Seorang pria tampan terlihat menuruni tangga dengan aura yang sangat pekat membuat nyali mereka yang berada di sana ciut seketika. Sepertinya pria itu memang terlahir untuk di hormati dan menjadi seorang pemimpin.
"Dad" Ucap Zach penuh peringatan seolah dia tidak senang jika ayahnya menakuti teman-teman nya.
"Easy boy, aku hanya bercanda" Ucap raja Arthur sembari menepuk pundak putranya dan terkekeh kecil.
Zach mendengus dan kemudian menatap teman-temannya yang masih terdiam di tempatnya, sepertinya kehadiran ayahnya ini membuat mereka tidak berkutik, sungguh luar biasa raja Arthur dan segala wibawanya.
"Guys, please meet king Arthur. My father"
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Know
FanfictionSEQUEL WHY DON'T WE? *************** "Akan kubuat kucing liar itu bertekuk lutut di bawah kakiku seperti yang seharusnya orang-orang lakukan kepadaku, dan di saat itu terjadi maka dapat kupastikan dia akan mengemis cinta dar...