Thirty Nine

808 101 215
                                    

Sehun sama Tiffany sekarang ada dalam satu mobil. Setelah kejadian tadi, Sehun bawa Tiffany buat ikut dia. Tiffany sih akhirnya ya nurut aja, apalagi Sehun udah bisa nangkep kan apa yang jadi kekalutannya saat ini dari omongannya Lisa tadi.

Mereka berdua ada di dalam mobil dan di pinggir jalan. Sehun bawa mobilnya keluar dari kampus dan berhentiin di pinggir jalan yang sepi.

Dan selama ada di dalam mobil tadi, gak ada pembicaraan di antara mereka. Tiffany masih kekeuh kalau dia gak mungkin hamil. Sedangkan Sehun, otaknya udah berkelana jauh tentang pernikahan dan hidup bahagia sama Tiffany.

Super sekali ya pemikiran bapak satu ini!

"Jadi, kamu..."

"Enggak!" Tiffany dengan segera nyanggah omongan Sehun yang mungkin aja bakalan nanya tentang kehamilan atau apalah itu. Tiffany aja belum test kok, lagian dia pusing dan mual tuh pasti karena efek tubuhnya yang kelelahan.

Dia ngeyakinin hal itu sekarang. Walaupun kemarin dia sempet nangis-nangis tentang gimana dia takut kalau ternyata dia beneran isi.

"Gue gak hamil. Gue gak mungkin hamil, lo tenang aja." Sehun yang denger itu kayak gimana ya, kurang suka aja waktu Tiffany yakinin dirinya sendiri kalau dia lagi gak hamil sekarang. Cowo itu kan udah berharap banget bisa jadi Ayah sebentar lagi.

"Tapi kata temen-temen kamu tadi—"

"Gue bahkan belum periksa, Hun! Gue gak hamil. Gue gak boleh hamil. Lo pikir gue bakalan siap gitu? Hamil disaat kayak gini? Disaat bahkan gue belum lulus! Gue tuh masih muda! Gue gak boleh hamil!"

Tiffany ngomong kayak gitu sambil agak teriak. Keluarin semua rasa frustrasi yang ada dalam dirinya. Diusia semuda ini, tanpa ikatan pernikahan pula, siapa yang gak frustrasi kalau ternyata dia dinyatakan sedang hamil? Please lah ya, masih banyak hal yang perlu dia lakuin. Dia masih pengen kuliah, kerja, banggain orang tuanya, bisa ke sini, bisa ke situ, intinya dia belum siap aja untuk saat ini.

Gak akan pernah siap kalau diusia semuda ini.

Sedangkan Sehun, dia sih lebih yang menyikapi ini semua dengan gampang. Dia tinggal tanggung jawab dengan nikahin Tiffany, dia bisa kerja buat cewe itu dan calon anaknya, dia bakal berusaha jadi suami dan Ayah yang baik bagi keluarganya kelak. Sehun sangat siap untuk itu semua. Dia gak keberatan tentang tanggung jawab dan emang karena itu keinginan dia.

Dia justru seneng kok kalau Tiffany beneran hamil. Sumpah demi apapun, dia bisa menghadap keluarganya dan keluarga Tiffany saat ini juga.

"Tapi kamu belum test kan? Berarti masih ada kemungkinan itu kan?" Tiffany yang dari tadi fokus ke luar dengan perlahan nengok ke samping. Untuk pertama kalinya, cewe itu menatap seseorang yang sukses jungkir balikin perasaannya. Ngeliat dia kayak gini, kangen banget rasanya.

"Lo gak tau perasaan gue, Hun. Lo pikir, hamil diluar pernikahan itu bukan aib? Lo pikir, keluarga gue bakal seneng dengan itu semua? Enggak! Gue gak boleh hamil!"

Sehun tersenyum teduh nanggepin Tiffany yang mulai sendu kayak gini. Perasaan cewe itu lagi rapuh banget. Sehun harus paham situasinya.

"Kita nikah ya? Kita bisa nikah secepatnya kalau kamu mau. Hamil itu bukanlah sebuah kesalahan, Tiff. Ada banyak orang di luaran sana pengen ada di posisi kayak kamu. Gak ada yang salah jadi wanita hamil."

Untuk sesaat, Tiffany ngerasa gak percaya sama apa yang barusan Sehun omongin. Cowo itu bakalan nikahin dia? Tiffany gak salah denger kan? Jadi, Sehun mau tanggung jawab sama apa yang bakalan terjadi?

Persepsi dia tentang Sehun selama ini berarti salah dong?

Tiffany pejamin mata sesaat abis itu nyenderin punggungnya ke jok mobil. Cewe itu hela napasnya dalam ngerasain ini semua.

AFTERMATH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang