Lalu, tiba-tiba pintu di belakangku tertutup dengan sendirinya....
•
•
•
"Aaa!" kagetku, karena pintu ini terbanting tertutup tiba-tiba.
"Mengagetkan saja!" aku melanjutkan berjalan ke depan, yang terdapat tanaman merambat yang menggantung dari atas.
Disekitar ku batu-batuan yang cukup besar dan cukup berjumlah banyak menghiasi tempat yang lembab dan gelap ini.
Selama aku berjalan ke depan, aku pun berhenti dan memutar tubuhku ke belakang untuk melihat pintu yang menampung tempat ini, aku ingin melihat wujud pintu itu jika di sini bagaimana.
"Yuck!" desahku, karena aku melihat pintu kayu itu sangat berlumut dan sangat reot, namun tetap kokoh.
Tapak demi tapak kakiku berjalan untuk meraih tanaman yang menutupi ada apa di sana. Lalu akhirnya berada juga aku di belakang tanaman itu. Aku pun meraihnya, menggesernya, lalu keluar dari sana.
"Menakjubkan!"
Bunga yang berwarna-warni terhampar bergerombalan, dari sebelah kanan, dan kiri pun ada. Pohon besar menjulang tinggi di samping kiri dan sangat rimbun membuat udara disini makin sangat alami dan segar. Aku menghampiri satu persatu tempat bunga tertanam, lalu menghirup wewangiannya. Sangat harum dan segar.
Aku mengedarkan pandangan lebih jauh lagi. Hutan ini sangat luas. Banyak pohon-pohon menjulang tinggi di depan sana. Dengan dihiasi tupai-tupai yang berlompat-lompat dari dahan satu ke dahan lainnya.
Aku mengadahkan kepalaku ke atas untuk melihat hamparan langit dan awan.
Indah.
Langit ini sangat bersih tanpa awan yang menghalangi keindahan dan kebiruan langit.
Krek ... Krek....
Sedang asik menatap langit, aku mendengar suara gesekan, dengan terfokus kepada suara, aku mengikuti asal suara. "Sepertinya, ada dibalik pohon besar itu." Aku berjalan ke arah balik pohon yang memiliki batang yang besar dan berdaun rimbun.
"Astaga ... lucunya!" Seekor anjing kecil berbulu lebat berwarna putih, mata tidak terlalu besar berwarna hitam itu sedang terjebak dan tertindih ranting pohon.
"Dasar manusia! Bukannya menolong aku, malah hanya memperhatikan."
"K-kau, b-bisa bica-ra?!" ucapku tergugu kaget, karena anjing yang lucu itu tiba-tiba menggerutu.
"Apa? Kau mengerti bahasaku?" berjeda agak lama, lalu anjing itu melanjutkan, "Aish! Tidak penting sekarang masalah ini! Lebih baik tolong aku dulu!"
Aku mengangguk lalu menggerutu pelan, "Ck! Anjing lucu tapi galak sekali," sembari mengangkat dahan itu dari tubuhnya, dan anjing itu pun terbebaskan.
"Aku mendengarnya tahu! Tapi bagaimana seorang manusia bisa mengerti bahasaku? Apakah ... kau penyihir?!" ucapnya lalu membesarkan bola matanya, walaupun tetap terlihat kecil.
Tanpa sadar aku mengelus kepalanya, bulunya sangat lembut. Aku mencubitnya dengan gemas, ia pun mencibir.
"Penyihir apa lagi? Aku hanya perempuan biasa yang memiliki kehidupan yang sangat membosankan."
Anjing itu mengernyit, "Kenapa?"
"Sudahlah, kau tidak akan mengerti." Aku pun berjalan meninggalkan anjing itu. Tentu, aku masih ingin berkeliling di hutan yang sangat indah ini, kapan lagi bukan.
"Tunggu," panggil anjing itu, dan aku pun berbalik. "Wajahmu sangat asing di sini. Beribu-ribu perempuan yang kulihat di sini, tidak ada yang sepertimu. Emm, maksudku, wajahmu ... berbeda. Kau ... sangat cantik."
"Hahaha...," aku tertawa sampai berlutut, "apa ini? Apakah aku baru saja dipuji cantik oleh seekor hewan?"
"Suatu kehormatan untukmu, anjing sepertiku menilai kau cantik!"
"Kenapa? Kau takut kecantikanmu akan terkalahkan olehku? Haha."
"Aku serius!" bentaknya, namun menurutku sangat lucu. "Kau berasal darimana?" kali ini ia serius.
Aku pun menghampirinya dan duduk di atas rumput yang terletak di bawah pohon besar tadi. Rumputnya halus bak bulu.
"Nanti dulu, tidak usah terburu-buru. Namamu siapa?" wajahnya kesal karena aku tak menjawab pertanyaannya, aku pun melanjutkan, "pertanyaanmu nanti aku jawab, pasti."
"Baiklah-baiklah. Namaku Pasia."
"Nama yang indah.... Hzz, kau tidak berniat menanyai namaku?"
Mencebik, lalu anjing yang bernama Pasia itu mengeluarkan suara, "Hai gadis asing, namamu siapa?"
"Namaku Alyssa. Aku berasal dari pintu di balik tanaman yang merambat disana," ujar ku seraya menunjuk dimana aku berawal. Ternyata itu sebuah goa.
"Pintu yang di dalam goa itu? Aku sudah sering melihatnya. Pintu yang menyeramkan."
Aku mengangguk. "Aku dimana?"
Pasia menghembuskan napas, dan berujar, "Kau di daerah kekuasaan Raja Akalie. Pakaian mu aneh ngomong-ngomong."
"Kau serius?!" aku berdiri kegirangan, tidak menyangka. "Berarti ini di tahun kerajaan? Berarti akan ada pangeran-pangeran tampan dan putri-putri cantik berkeliaran? Ah! Senang sekali!"
Karena begitu senangnya dan ketidaksabaran ku ingin melihat para anggota kerajaan, aku berjalan kegirangan menyusuri hutan, dan melupakan Pasia ....
• • •
A/N:
Part two is published!
Apa komentarnya di part ini? Jangan lupa tekan 🌟!
Terima kasih yang sudah baca Dzaldzara, hope u like it.
regards,
.Mosyacaramello.
30/Maret/2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Dzaldzara
FantasyPernah menginjak rank #1 Fantasy, #1 Kerajaan on 2021 dan rank #1 Romantis on 2022. Disarankan follow sebelum baca, biar nyaman bacanya. ••• Tanganku...