10: First Kiss

9.9K 1K 71
                                    

Aku menggeleng. "Sebenarnya ... ada yang ingin aku ceritakan kepadamu, Danilo." Mungkin ini jalan yang terbaik, dengan aku menceritakan tempat aku berasal, yang dari dunia berbeda dengan dunia mereka.

Karena saat ini, yang dapat menolongku hanyalah Danilo, untuk menyelamatkan Ibu Rose. Aku harus terbuka dengannya.

Danilo menatapku intens. "Ceritakanlah, Alyssa. Aku akan mendengarkan."

Aku menatap ke sekeliling. Takut-takut orang di sekitarku mendengar. Danilo yang mengerti keresahan ku. Ia bangkit dan menarik tanganku. "Aku tahu tempat yang sepi."

Aku hanya mengikutinya, sepanjang ia menggandeng tanganku ke luar dari kafe.

Tidak terlalu jauh, di depanku terdapat bukit yang ditumbuhi bermacam-macam jenis bunga. Melihat pemandangan ini, membuatku secara tiba-tiba melepaskan genggaman Danilo. Lalu berlari menghampiri hamparan bunga yang bentuk dan warnanya berbeda-beda.

 Lalu berlari menghampiri hamparan bunga yang bentuk dan warnanya berbeda-beda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menghampiri bunga yang berwarna kuning, yang bentuknya berbeda dari bunga kuning sebelumnya yang pernah aku lihat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menghampiri bunga yang berwarna kuning, yang bentuknya berbeda dari bunga kuning sebelumnya yang pernah aku lihat. Aku ingin sekali memetik bunga ini, tapi aku sadar diri, aku bukan penduduk asli sini. Tidak boleh seenaknya aku memetik sembarang mata pencaharian orang.

"Kalau kau ingin memetiknya, petik saja, Alyssa," kata Danilo seperti mengerti pemikiran ku, "lagipula, hamparan bunga di sini berhektar-hektar luasnya. Satu petikan tidak akan membuat para pengumpul bunga rugi .... Dan bunga itu milik hak bersama, tentu saja termasuk dirimu, kau boleh memetik sepuasnya."

Aku menoleh ke belakang yang sudah terdapat Danilo. Bukan aku yang memetik bunga berwarna kuning itu, tapi Danilo. Dan memakaikannya di telingaku.

Aku menatap mata Danilo yang hanya berjarak beberapa senti dariku. Danilo pun sama, ia menatapku, sangat dalam.

Entahlah, aku merasakan di sekelilingku menjadi hening, bahkan angin pun terasa seperti tidak berlalu lalang.

Makin lama Danilo memotong jarak antara wajahku dengannya. Aku panik, jika Danilo ingin menciumku, ini akan menjadi ciuman pertamaku.

Hanya tinggal sedikit jarak, aku dapat mengendus aroma mulut Danilo yang khas. Aku menguasai diri, dan berdeham.

Danilo langsung memalingkan wajahnya, dan menggaruk tengkuknya, yang menurut itu tidak gatal.

Keheningan terjadi di antara kami selama beberapa detik. Danilo memecah kecanggungan dengan duduk di atas bukit. Aku pun mengikutinya.

"Biar aku tebak, warna favoritmu kuning, bukan?" tebak Danilo yang membuatku mengangguk.

"Kau memang cocok dengan warna itu. Kau periang, ceria, baik hati dan ramah–sangat pas dengan arti warna itu sendiri."

Aku hanya tersenyum menanggapinya. Aku mulai bercerita tentang tujuan aku dan Danilo ke tempat sepi ini. "Sebenarnya, aku bukanlah dari sini, Danilo."

Danilo menyeletuk, "Sudah kuduga."

Aku menatap Danilo heran. "Bagaimana kau bisa tahu?"

"Tentu saja dari wajahmu, Alyssa. Wajahmu sangatlah berbeda dari kerajaan yang pernah aku lihat. Cantikmu berbeda, kau lebih cantik dari seluruh wanita di sini–menurutku." Perkataan Danilo yang memuji ku secara terang-terangan membuatku bersemu.

"Berhentilah memujiku terus, Danilo! Kau membuatku tersipu! Aku tidak suka jika tersipu-sipu malu! Bukan sifat ku sekali ...," gerutu ku.

Danilo hanya merespon ucapanku dengan kekehan, dan melanjutkan, "Aku heran. Tega-teganya pangeran Zephran melakukan orang secantikmu secara kasar. Dan aku pun yakin, pangeran sempat menatapmu takjub, sama sepertiku pertama kali melihatmu."

Aku tidak menggubris perkataan Danilo, bisa-bisa aku sudah terbang. "Aku berasal dari dunia yang berbeda dengan kalian," kataku dengan kernyitan bingung, "aku pun tidak tahu, bagaimana caranya bisa terdapat dunia seperti ini hanya dalam sebuah pintu."

Danilo menatapku penasaran. "Pintu?"

Aku mengangguk. "Mungkin ini akan terdengar aneh, aku pun juga tidak percaya. Aku berasal dari pintu tua dari dalam goa."

Aku melanjutkan, karena Danilo hanya terdiam. "Seharusnya aku tidak pernah mencoba membuka sebuah pintu di kamarku. Maka tidak akan terjadi musibah yang menimpa ibu Rose." Aku menitikkan air mata.

Danilo menghapus air mataku. "Tidak, jangan berkata seperti itu, Lyssa. Kau bukanlah pembawa musibah. Bahkan kami yang bersyukur karena kau membawa warna baru ke dunia kami." Danilo tersenyum menenangkan.

"Catat janjiku, Danilo. Setelah aku membebaskan ibu Rose, aku akan kembali ke duniaku, dan tidak akan–" Perkataanku terputus, karena Danilo menciumku secara tiba-tiba tepat di bibir.

• • •

A/N:

Pepet terus, mas Danil, wkwkwk.

Komennya untuk part ini?
Jangan lupa tekan 🌟!


Regards,

.Mosyacaramello.

30/April/2019

DzaldzaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang