43: Saphire

5.3K 681 98
                                    

Matahari yang menyingsing tepat di atas kepala membuat siapapun yang berada di bawahnya akan kepanasan—kecuali bagi para petani cabai kering di desa kerajaan Akalie, hal ini menguntungkan untuk mereka. Karena siapa saja yang menjemur cabai, pasti akan dengan mudah kering karena teriknya matahari. Namun, kesenangan para petani cabai tidak berlangsung lama, karena awan hitam baru saja menutupi matahari.

Angin sepoi-sepoi menerpa wajah Alyssa, sehingga membuat rambutnya yang panjang berterbangan tak karuan. Tidak terkecuali Pasia, bulu-bulu yang di tubuhnya ikut bergoyang sana-sini di dalam pelukan Alyssa.

Gerobak kayu pun sebentar lagi akan memasuki gerbang kerajaan Akalie. Jika Alyssa ingin kabur inilah saat yang tepat untuknya... tapi tidak, itu hanya pikiran sesaat Alyssa, karena saat ini Alyssa sudah tidak terpikirkan untuk kabur. Alyssa ingin menjadi perempuan yang bertanggung jawab. Tapi sebenarnya Alyssa tidak mengerti, apa arti tanggung jawab untuk dirinya sendiri itu? Entahlah..., gadis itu tidak mengerti apa yang ada di perasaannya sendiri.

Oh, gerobak kayu pun sudah memasuki pekarangan kerajaan. Gerobak yang ia tumpangi pun berhenti, begitu pula dengan kuda yang ditunggangi oleh Alardo di depan sana. Benar, saat Alyssa disuruh memilih, ia langsung memilih Alardo untuk ikut kembali ke kerajaan, karena saat itu yang ada di pikirannya, jika dirinya tidak ikut, ia akan ditinggalkan sendiri di perbatasan .... Itu hanya pikiran Alyssa, karena disaat situasi dirinya bersama kedua kakak-beradik itu, Alyssa tidak paham atas apa yang terjadi... yang ia tahu, Zephran menyuruhnya tinggal disana sendirian. Itulah mengapa tanpa berpikir Alyssa mengatakan akan ikut pulang.

Setelah Alyssa tahu Zephran dan para prajuritnya belum ikut pulang, sebenarnya Alyssa agak menyesal, tapi rasa menyesal itu tidak sebanyak rasa senangnya menjauh dari Zephran. Tapi ... seperti yang Alyssa lihat ekspresi wajah Zephran setelah Alyssa memilih untuk ikut..., dari tatapan Zephran seperti terpancar rasa agak sendu... tapi Alyssa tidak begitu yakin. Mana mungkin kan pangeran seperti Zephran kecewa hanya karena ditinggal pelayannya sendiri?

Para pelayan pun turun satu persatu dari gerobak kayu dengan diawali oleh Alyssa, bersamaan dengan Alardo yang menghampiri para pelayan. Setelah para pelayan turun, Alardo mengatakan kepada para pelayan untuk kembali ke kamar mereka, dan beraktivitas seperti biasa. Bertepatan dengan Alardo mengakhiri kalimatnya, keluarlah seorang gadis kecil yang sedang berlari riang menghampiri Alardo sembari berteriak, "Ayah!"

Gadis mungil yang memiliki rambut panjang, dan mata yang sama persis dengan Alardo, memeluk kaki Alardo dengan tangan mungilnya. Alardo tidak tahu bahwa putri kecilnya sedang berada di kastil kerajaan keluarganya. Alardo menggendong putrinya dan memberikan pelukan. "Apakah nenek yang menjemputmu kemari?" tanya Alardo kepada Saphire–putri kecilnya–dengan nada lembut.

Saphire mengangguk menggemaskan, membuat seseorang yang memperhatikan ikut gemas menatap Saphire. Alyssa gemas menatap anak kecil yang ada di pelukan Alardo. Jika para pelayan lain sudah bubar, maka hanya Alyssa yang tersisa sembari memeluk Pasia, masih fokus melihat adegan ayah dan putri di depannya.

"Oh Ayah-ayah, anjing itu lucu sekaliii," ucap Saphire sembari menunjuk ke arah Pasia yang ada di pelukan Alyssa, dengan lidahnya yang masih pendek, terdengar cedal.

Alardo menengok, dan melihat Alyssa yang beridiri dengan menggendong anjingnya. Alardo menghampiri Alyssa dan memperkenalkan putrinya kepada Alyssa, yang tentu saja disambut hangat oleh Alyssa.

Saphire beridiri di depan Alyssa, membungkukkan badan dengan gemas sembari memperkenalkan diri, "Aku Saphil, senang belkenalan denganmu nona Alicah." Oh, anak ini sungguh menggemaskan dengan pengucapannya yang belum jelas, ingin rasanya Alyssa memeluknya.

Alyssa berjongkok untuk mensejajarkan tingginya dengan gadis mungil di depannya. "Senang berkenalan denganmu juga gadis manis," jawab Alyssa dengan lembut sembari mengelus puncak rambutnya, "ini anjingku, namanya Pasia... dia sangat penurut dan baik!" Alyssa pun berbisik tepat di telinga Saphire, "tapi terkadang dia agak cerewet!" Saphire pun tertawa polos mendengar bisikan darinya. "Apakah Saphire mau menggendongnya?"

Saphire menatap ayahnya, meminta persetujuan, Alardo mengangguk sembari tersenyum. Tanpa diduga Saphire menariknya ke arah gazebo di dekat pancuran air, Alyssa hanya menurut, sedangkan Alardo membiarkan putrinya bersama Alyssa. Menurutnya, Alyssa orang yang dapat dipercaya.

Di dalam gazebo, Saphire mengelus bulu Pasia dengan kasih sayang. Pasia menikmati sentuhan dari tangan mungil dari seorang gadis polos itu. "Lihat, sedikit lagi Pasia akan tertidur," seru Alyssa, lalu kembali berbisik, "Pasia juga tukang tidur, tahu!" Lagi, Alyssa menyaksikan ketawa dari Saphire, gadis ini sungguh cantik dan memiliki senyum yang manis, sudah pasti peran ibu dan ayahnya sangat kuat sehingga melahirkan putri secantik ini.

"Apa Pacsiah memiliki nama lengkap, nona Licah?" tanya Saphire menatap Alyssa, meminta jawaban. Alyssa menampakkan wajah berfikir, lalu berseru, "Tentu saja ada! Nama lengkapnya adalah...," Lagi, Alyssa mendekatkan mulutnya di telinga Saphire, "Pasia cerewet tukang tidur!" Mereka pun tergelak bersamaan di bawah langit mendung.

Siang menuju sore itu..., mereka lalui dengan candaan yang memojokkan Pasia ....

• • •

A/n:

Akhirnyaa perdana Saphire keluar, yeay!
Di chapter sebelum-sebelumnya pernah disebutin kok tentang Saphire, siapa yang masih ingett?

Jadi, Saphire itu anaknya Alardo ya gaess.

Diliat-liat, yang baca lebih dari ratusan nii, tapi yg nge-vote sama komen jauhh dari ratusan☹️

Hayukkk buat semua yang bacaa, jangan lupa vote sama beri komen yaa, biar aku makin semangat! Yg g vote sm komen siap² diocehin Pasia, lho!!

Maaciw.

Regards,

.Mosya Caramello.

12/Nov/20

DzaldzaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang