07: Penghukuman

10.5K 1.3K 34
                                    

Pangeran meludah. "Jika kau ingin dimaafkan, berlututlah di kakiku!"

Aku menatap Pangeran tidak percaya. Bisa-bisanya dia menyuruhku berlutut di bawah kakinya!

Aku menggeleng kuat, membuat pangeran menghempaskan genggamannya sangat kuat, sehingga membuatku tersungkur, tepat di kakinya.

Ibu Rose ikut berlutut di sebelahku. Membuatku tidak tinggal diam, lalu bangkit seraya memapah Ibu Rose untuk ikut bangkit.

"Ibu, jangan pernah mau berlutut di kaki orang sepertinya." Aku menatap pangeran yang sudah menatapku tajam. "Kau..., bagaimana bisa anggota kerajaan sepertimu berbuat tidak sopan terhadap wanita yang lebih tua!"

Ibu Rose menatapku sembari menggeleng, menyiratkan jangan menambah masalah lagi.

Pangeran menatapku sinis. "Orang sepertimu harus kuberi hukuman supaya jera." Pangeran menatap pengawal yang ternyata berada di belakangnya. "Bawa wanita ini ke kerajaan!" perintahnya, lalu dua pengawal itu mulai menarik tanganku secara paksa.

Ibu Rose teriak, memohon memintaku untuk dilepaskan, sedangkan Pasia, aku tidak tahu sekarang ia berada dimana. Mungkin tertutup dikeramaian orang.

Aku meronta-ronta, tapi percuma, karena dua pengawal ini sangatlah kuat tenaganya dibandingkan aku yang hanya seorang gadis.

"Aku mohon, jangan hukum anakku. Hukum saja aku," pekik Ibu Rose.

Aku menatap Ibu Rose dengan tatapan sedih. Sungguh aku kira kehidupan di zaman kerajaan akan terasa sangat menyenangkan, dengan anggota-anggota kerajaan yang baik hati. Ternyata aku sangatlah salah.

Aku kira pangeran tidak menggubris ucapan Ibu Rose. Ternyata aku salah. Pangeran berteriak, "Baiklah, jika itu maumu. Pengawal, lepaskan gadis tidak sopan itu, lalu bawa wanita tua ini!"

Tidak, tidak, tidak. Ibu Rose tidak boleh mengorbankan dirinya untukku.

"Kumohon jangan! Bawa aku saja, aku yang salah."

Pangeran memandangku remeh. "Aku tidak terima tawaran lagi, sekarang terima akibat perbuatanmu karena melawanku!"

Lalu pangeran berlalu membawa Ibu Rose. Aku yang kehabisan tenaga hanya terjatuh lunglai di tanah.

Orang-orang yang berkerumun berhamburan, ada yang menatapku dengan iba. Ada yang memandangku dengan tatapan tidak peduli.

Air mata mengalir deras di pelupuk mataku. Baru saja aku dua hari berada di dunia ini. Musibah sudah menimpaku, ke orang sekitarku. Jika begini, aku lebih baik tidak pernah ke sini, daripada merugikan orang-orang di sekitarku.

Tiba-tiba ada yang membantuku untuk bangun, ternyata itu Danilo.

Ia memapahku ke dagangan milik Ibu Rose, dan mendudukkan ku.

"Sungguh pangeran yang keji. Aku-aku telah membiarkan ibu Rose dihukum." Aku menangis sejadi-jadinya di pelukan Danilo.

Ternyata Pasia sudah menggonggong di kakiku. Seperti menenangkanku.

"Sst, kau harus menenangkan diri Alyssa. Mari, aku akan mengantarmu pulang, jika kau berlama-lama di sini. Orang-orang akan terus memandangmu hina." Danilo beranjak ke arah dagangannya, dan membereskannya. Lalu kembali ke dagangan ibu Rose, seraya membereskan dagangan ibu Rose.

Setelah selesai, Danilo menatapku. "Mari," ajaknya.

Aku berjalan lesu di sebelahnya sembari masih menangis.

• • •

A/N:

Kasian Ibu Mawar:(

Jangan lupa vote.
Jangan lupa komen.
dan
Jangan lupa, kamu sama dia cuma sebatas teman.

regards,

.Mosya Caramello.

27/April/2019

DzaldzaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang