13: Alda si Kuda Hitam

7.7K 891 38
                                    

Aku terkikik.  Lalu beranjak keluar kamar menghampiri Danilo.

Danilo langsung berdiri menyambutku setelah aku ke luar dari kamar. "Aku minta maaf."

Aku menggeleng. "Aku yang minta maaf padamu, Danil."

"Tidak-tidak, salahku yang sudah berkata itu sepertimu."

Aku memutar bola mata dengan malas. "Baiklah, kita sama-sama minta maaf. Kasus selesai."

Lalu kami pun tertawa. Dan melihat jam, sudah pukul sembilan.

Aku memakai tas kecil yang sepertinya hasil dari rajutan ibu Rose sendiri. Tas ini berisi uang milik ibu Rose. Aku harus menjaganya.

Aku menutup pintu setelah aku, Danilo, dan Pasia ke luar rumah. Lalu aku menguncinya. Dan berbalik.

Seekor kuda terparkir di depan rumah.

Kuda berwarna hitam, namun terlihat bersih dan berkilau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kuda berwarna hitam, namun terlihat bersih dan berkilau. Rambutnya panjang dan lembut, sehingga membuat kuda ini cantik berkali-kali lipat. Aku menatap kagum ke kuda hitam ini.

"Apakah ini kudamu, Danilo?" Aku bertanya kepadanya.

Danilo mengangguk, lalu mulai naik ke punggung kuda.

"Kudamu sungguh cantik!" pujiku antusias.

Aku menatap Danilo yang  sudah menaiki kudanya. Aku mengernyit sembari menggaruk rambutku. Aku tidak pernah menaiki kuda. Jadi aku bingung bagaimana cara menaikinya.

"Ulurkan tanganmu, Lyssa," perintah Danilo. Aku pun mengulurkan tangan.

Tapi sebelum itu Danilo memberitahu, "Setelah aku genggam tanganmu, lalu mengayunkan. Kau langsung loncat ke belakang ku, oke?"

Aku menggangguk ragu-ragu. Lalu tiba-tiba saja Danilo menarik tanganku dan mengayunkan ku ke belakang. Aku langsung loncat ke kuda.

Aku berhasil. Tapi cara ini sungguh membuatku kaget.

"Bagus sekali, Lyssa," puji Danilo.

Bagus apanya, aku hampir terjatuh, tadi.

Danilo pun melajukan kudanya, dan diikuti Pasia di belakang.

Aku berseru, "Jangan terlalu kencang, Danilo. Pasia nanti akan ketinggalan."

Danilo membalas, "Siapa Pasia?"

"Anjingku."

Lalu Danilo mengurangkan sedikit laju kudanya. Rasa naik kuda sungguh menyenangkan, seperti ada adrenalin yang menantang. Lain kali, aku akan belajar berkuda.

"Siapa nama kudamu?" tanyaku.

"Nama? Aku tidak memberinya nama." Di jalanan terdapat batu-batu, sehingga membuatku hampir terjatuh dan reflek langsung memeluk tubuh Danilo.

Aku berteriak, "Kau harus memberinya nama."

Danilo tidak menggubris. "Danilo, kau mendengarku?" tanyaku.

Lalu Danilo tersadar, entah apa yang dia pikirkan. "Kau bilang apa?"

"Kau harus memberi kudamu nama," ulangku tepat di telinganya.

"Apakah aku harus?

"Ya, kau harus."

"Baiklah, mulai detik ini aku akan memanggilnya Alda," putusnya.

• • •

A/N:

Cantik banget ya kudanyaa, jadi pengen punya kucing deh.
HEHEH.

Komentarnya untuk part ini?
Jangan lupa tekan 🌟!

kecup manjah dari,

. Mosya Caramello .

10/Mei/2019

DzaldzaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang