Cuaca dinginnya di pagi buta membuat Alyssa mengusapkan kedua tangannya agar dapat menghangatkan tubuhnya sendiri. Tapi percuma, dinginnya angin di pagi hari tidak terbendung. Ditambah lagi ia hanya menggunakan pakaian tidur yang sangat tipis.
Alyssa tidak tahan, jadi dia memutuskan mendekat ke salah satu prajurit. "Permisi ... Tuan," sapanya dengan ramah kepada seorang prajurit yang masih terlihat muda.
Prajurit yang didekati oleh Alyssa itu menoleh. "Oh ya, ada apa?"
"Kapan kalian akan berangkat?" Alyssa menggaruk tengkuknya. "Uhm... maksudku, kapan kita akan berangkat? Sedari tadi aku menunggu tapi kalian tidak kunjung berangkat. Jika seperti itu aku bisa mengganti pakaianku sebentar."
Prajurit itu mencerna kata-kata yang dilontarkan oleh Alyssa. Lalu mengangguk mengerti. "Aku tidak tahu... tapi kami masih menyiapkan perlengkapan kami dari gudang. Dan menurutku itu membutuhkan waktu sedikit lama." Prajurit itu mengamati pakaian Alyssa. "Menurutku, kau bisa mengganti pakaianmu sebentar, atau mengemas barang-barang yang perlu kau bawa."
Alyssa senang mendengar itu dan berjingkrak. "Benarkah, Tuan? Kalau begitu aku harus bergegas!" Alyssa berbalik dan hendak berlari, namun dia membalikkan badannya kembali, dan menatap sang prajurit. "Tunggu sebentar, apakah aku harus mengemas barang-barang juga? Apakah kita akan berpergian cukup lama?"
Prajurit mengangkat bahunya. "Aku tidak tahu pasti. Tapi menurutku akan memakan waktu lama."
Dasar pangeran kurang ajar! Tega sekali ia tidak mengizinkanku untuk berganti pakaian, bahkan tidak memberitahuku bahwa akan berpergian lama! gerutu Alyssa di benaknya.
"Apakah kau baik-baik saja, Nona?" tanya prajurit sembari melambaikan tangannya di depan wajah Alyssa.
Alyssa kembali menguasai diri. "A-ah ya, aku baik-baik saja. Baiklah, kalau begitu aku harus bergegas untuk mengemas pakaianku." Alyssa tersenyum. "Terima kasih sudah memberitahuku!"
Alyssa lalu berlari, menapakkan kaki di halaman luas berumput hijau, dan membuat rambutnya berterbangan kesana-kemari. Tanpa Alyssa sadari, prajurit yang ia berikan senyuman, telinganya menjadi merah karena salah tingkah diberi senyuman yang menurutnya terlihat sangat manis.
Sampailah Alyssa di depan kamar tidurnya. Alyssa menggedor-gedor sembari meneriakkan nama Nyx. Suara grasak-grusuk terdengar di telinga Alyssa dari dalam kamar. Apa yang sedang dilakukan Nyx?
"Nyx! Buka pintunya! Cepat ... aku harus bergegas!" teriak Alyssa masih sembari menggedor-gedor pintu.
Tak berselang lama, Nyx membuka pintu dan memasang wajah bantal beserta rambut merahnya yang terlihat berantakan. Dengan cepat Alyssa langsung masuk melewatkan Nyx sehingga membuat Nyx tersadar sepenuhnya.
"Kau seperti pencuri, Alyssa!" gerutu Nyx sembari menguap dan menghampiri Alyssa yang berada di depan almari mereka.
"Aku harus berkemas, Nyx! Pangeran gila itu mengajakku pergi, entah ke mana!" teriak Alyssa sambil mencari-cari barang yang ada di almari. "Astaga, aku lupa! Aku kan tidak mempunyai pakaian. Untuk apa aku berkemas?" monolog Alyssa kepada dirinya sendiri lalu tertawa.
Nyx hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Alyssa. Namun di satu sisi Nyx kasihan, karena Alyssa tidak mempunyai pakaian. Yang dia punya hanya sepotong gaun saat pertama kali datang ke istana, pakaian tidur istana, dan pakaian pelayan yang dimilikinya. Karena itulah Nyx menawarkan Alyssa untuk membawa beberapa potong pakaiannya.
"Tidak Nyx. Kau simpan saja pakaianmu, aku tidak boros dalam berpakaian," tolak Alyssa sembari menggeleng.
"Aku tidak menerima penolakan." Nyx mengemas beberapa pakaiannya ke dalam tas rotan yang ukurannya tidak terlalu besar. "Kau lihat? Pakaian ini sudah mengecil, tubuhku makin lama makin besar." Nyx melebarkan gaunnya di depan badannya. Memberitahu Alyssa, bahwa beberapa pakaiannya sudah mengecil... tidak, ukuran tubuh Nyx yang makin lama makin berisi.
Nyx mencocokkan pakaian hangat ke tubuh Alyssa. "Pakaian ini pas dengan tubuhmu, Lys." Lalu diangsurkan nya baju hangat itu ke Alyssa. "Cepatlah kau ganti baju tidurmu dengan pakaian hangat ini!" perintah Nyx, yang membuat Alyssa hanya menurut dan mengganti pakaiannya di dalam kamar mandi.
"Aku tidak menyangka tubuhmu pernah sekecil aku, Nyx!" teriak Alyssa sembari keluar dari kamar mandi setelah mengganti pakaiannya. Karena pakaian Nyx yang ia kenakan benar-benar pas dengannya. Seperti pakaian itu memang dijahitkan untuknya.
Nyx tersenyum senang. "Bagus, itu artinya lemari pakaianku lebih luas sekarang. Aku bisa membeli gaun baru! Kau tahu, Madam Cho akhir-akhir ini menciptakan gaun yang sangat indah!"
Alyssa memutar bola matanya. "Dasar wanita," gerutunya pelan.
"Lain kali akan aku ajak kau ke Madam Cho, aku yakin kau akan jatuh cinta dengan karyanya!"
Alyssa mengangguk melihat antusias dari Nyx. Ia pun mengambil tas yang berisi beberapa pakaian. "Semoga saja Nyx .... Baiklah, aku harus pergi! Terima kasih atas pakaian ini Nyx!" ucapnya lalu melenggang keluar dari kamar, dan berjalan tergesa-gesa di sepanjang lorong.
Di tengah lorong, Alyssa teringat sesuatu dan menghentikan langkahnya, namun ia tidak tahu barang apa yang tertinggal. Dengan itu, benaknya memikirkannya di tengah lorong istana yang sepi.
Setelah Alyssa teringat akan sesuatu yang dia lupakan, Alyssa melotot lalu memekik, "Astaga! Bagaimana bisa aku berpergian tanpa Pasia!?"
• • •
A/N:
Poor Pasia, udah lama gak muncul. Siapa yang kangen? Akuu;(
Oke, makasii bangett yang selalu nunggu cerita ini. Walaupun hanya beberapa pembaca tp berarti banget buat aku. Penyemangat kalian yang bikin aku gak tega buat ninggalin work ini begitu aja.
So, cerita ini berlanjut tergantung dari pembaca yang ngasih aku apresiasi. it means, kalo pembacanya silent, itu mempengaruhi aku untuk males nulis cerita ini. wheheh. untungnya ada beberapa pembaca setia. thank you so much, reader! <3
hope u like this part. don't forget to click the 🌟!
regards,
.Mosya Caramello.
10/12/19
KAMU SEDANG MEMBACA
Dzaldzara
FantasíaPernah menginjak rank #1 Fantasy, #1 Kerajaan on 2021 dan rank #1 Romantis on 2022. Disarankan follow sebelum baca, biar nyaman bacanya. ••• Tanganku...