04: Berdagang

12.1K 1.5K 33
                                    

Matahari mulai menyingsing tinggi di langit yang biru. Aku, ibu Rose, dan Pasia sedang berada di tempat–yang seperti pasar kalau di duniaku.

Bedanya, penjual-penjual di sini menggunakan pakaian yang khas dengan para penjual, seperti kain berwarna coklat kehitaman yang lusuh, serta di kepala mereka terdapat ikatan seutas kain sisa bahan baju mereka, mungkin. Itu untuk pria, kalau wanita warna pakaian dan bentuknya sama, yang membedakan hanya di kepala wanita tidak memakai ikatan, tapi memakai tudung yang menyatu langsung dengan bajunya. Sedangkan para pembeli memakai baju berwarna putih bersih.

Sungguh unik, baru pertama kali aku melihat pasar seperti ini. Ah, aku dan ibu Rose memakai pakaian khas penjual juga.

Ya, ibu Rose menjadi salah satu pedagang di pasar yang tidak terlalu besar ini. Aku membantunya, diikuti dengan Pasia.

Sebenarnya, Pasia tidak ingin selalu di dekatku. Tadi ia sempat berbicara, bahwa ia bukan hewan peliharaan. Tapi aku memohon kepadanya, untuk bersedia menjadi temanku, bukan peliharaan ku. Setelah berpikir cukup lama, ia menerima tawaranku. Pasia juga mengakui, bahwa ia sangat penasaran dengan ku–bagaimana mungkin aku bisa berbicara dengan hewan sepertinya.

Kami sampai di tempat biasa ibu Rose memperdagangkan bunga-bunganya yang ia petik, kemarin. Hanya tempat seperti gazebo, tapi ini tidak terlalu besar.

Ibu Rose mengatur bunga-bunganya agar terlihat rapih, sehingga dapat menarik para pembeli yang lewat. Aku membantu menyusun bunga yang memiliki bentuk dan warna berbeda-beda.

Tak perlu waktu lama bunga-bunga itu telah tersusun rapih, dan di mataku terlihat sangat cantik.

Aku menatap ke sekeliling, ada yang berjualan sayur-sayuran, pakaian, ikan, daging, aksesoris, dan sebagainya. Sama saja seperti pasar-pasar kebanyakan yang sering aku lihat.

Tapi, ada satu dagangan dari seorang penjual yang membuatku tertarik melihatnya, baru pertama kali aku melihat jualan aksesoris seperti itu.

Aku menatap ibu Rose. "Bu, penjual itu menjual apa, sih?" tanyaku seraya menunjuk tempat penjual itu, yang berada di seberang tempat kami.

Ibu Rose memandang yang aku tunjuk. "Oh, itu aksesoris."

"Iya, aku tahu. Tapi itu aksesoris yang seperti apa? Kok sepertinya bentuknya aneh, namun warnanya kerlap-kerlip, terlihat sangat indah."

Ibu Rose tersenyum. "Lebih baik kau lihat dari dekat, dan tanya kepada penjualnya langsung." Aku mengangguk, dan mulai bangkit, namun suara ibu Rose terdengar, "Tunggu, bawalah uang ini."

Ibu Rose memberiku koin berwarna emas, dan terdapat ukiran unik di koin itu.

Aku menggeleng. "Tidak usah, Bu. Aku hanya sekedar bertanya." Ibu Rose menampakkan ekspresi memaksa aku menyimpan uangnya. "Kalau dagangan kita sudah laku, baru aku ambil uang ini, oke, Bu?" tawarku, lalu mengangsurkan koin itu kembali ke tangan Ibu Rose.

Tanpa menunggu jawaban lagi, aku menghampiri penjual itu, diikuti Pasia yang mengekor.

• • •

A/N:

Part 04 is published!
Don't forget to vote.
Don't forget to comment.
and
Don't forget to breathing.

Thank you for read chapter four, hope you like it!

regards,

.Mosya Caramello.

19/April/2019

DzaldzaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang