31: Argument

5.8K 645 5
                                    

Sampailah Alyssa di depan Zephran, yang disambut oleh pria itu dengan lipatan tangan dan tatapan tajam.

"Kau telat."

Singkat, padat, jelas.

Mendengar dua kata yang terlontar dari bibir merah Zephran membuat Alyssa agak emosi sebenarnya. Namun harus bagaimana lagi, untuk kali ini, Alyssa harus menjaga egonya. Jika Alyssa menumpahkan kekesalannya kepada Zephran, bisa-bisa pangeran berambut silver ini menghukum Alyssa membersihkan seluruh istana.

Alyssa menetralkan detak jantungnya karena ngos-ngosan habis berlarian.

Tarik nafas.

Buang.

"Fyuh ... jarak antara kamarku dan halaman ini sangatlah jauh, Pangeran! Belum lagi aku harus mengumpulkan nyawa karena dibangunkan tiba-tiba. Seharusnya kau mengerti! Sebagai pria kau harus pengertian!" Gagal sudah, Alyssa tidak bisa menahan agar kata-kata itu tidak keluar dari bibir ranumnya.

Alyssa menepuk jidatnya, lalu tersenyum menatap Zephran. "Tidak ... tidak. Anggap saja ucapan aku tadi hanyalah bunga tidurku, Pangeran." Zephran masih bergeming, membuat Alyssa melanjutkan ucapannya kembali, "Maafkan aku sudah telat kembali. Aku yang salah. Bagaimana mungkin aku bisa telat, padahal kau sudah memberi aku waktu lama.... Memang aku yang payah! Dasar aku!"

Alyssa memaksakan senyumnya. Zephran masih diam di tempatnya sembari menatap Alyssa. Alyssa yang ditatap oleh Zephran, membuatnya salah tingkah. Namun tidak jadi, setelah Alyssa mendengar ucapan yang terlontar dari bibir Zephran. "Ya, kau memang payah dan tidak berguna. Apakah kau baru menyadari hal itu."

Itu bukan pertanyaan, namun pernyataan. Kata terakhir itu membuat Zephran membalikkan badannya dan menghampiri para prajurit yang bersiap-siap dengan kudanya.

Alyssa yang mendengar ucapan Zephran, membuatnya membayangkan, jika Zephran adalah sebuah kertas. Pasti sudah Alyssa sobek-sobek menjadi potongan kecil dan membuangnya di tempat sampah!

Namun sayang, di sini Zephran lebih berharga daripada sebuah kertas. Jangankan sebuah kertas, dibandingkan dirinya saja tidak ada apa-apanya yang hanya seorang gadis bernasib malang.

Dengan menghentakkan kaki, Alyssa menghampiri Zephran yang sedang mengatur para prajurit. "Jadi, ada apa kau—ehm, maksudku, ada apa Pangeran memanggilku?" tanya Alyssa dengan menampakkan senyum palsunya.

Zephran tidak merespon.

Alyssa berdeham keras, "Uhm! Jika tidak ada kepentingan terhadapku ... aku mengundurkan diri, Pangeran." Alyssa membungkukkan badan hendak berlalu, namun suara dingin itu terdengar di telinganya.

"Apa kau bodoh?"

Alyssa menunjuk dirinya sendiri sembari bertanya, "Aku? Bodoh?" dengan nada ketus.

"Kau pe-la-yan pri-ba-di-ku. Jadi tugasmu mengikutiku ke manapun aku pergi," jelas Zephran lugas menekankan kata 'pelayan pribadi' dengan nada tajam.

"Huh? Ke manapun kau pergi? Tidak terkecuali kamarmu?"

Entahlah, pertanyaan bodoh dari bibir Alyssa itu membuat Zephran meninggalkannya begitu saja tanpa perduli dan masuk ke kereta kuda.

Alyssa hanya menahan tawanya, lucu juga menggoda pria dingin seperti Zephran.

Alyssa menghampiri kereta kuda dan mengetuk pintunya. "Apakah aku boleh berganti pakaian dahulu, Pangeran?" tanyanya sembari teriak agar Zephran yang berada di dalam kereta kuda mendengar permintaannya.

Satu kata, berjumlah lima huruf yang bernada dingin terdengar, "Tidak."

"Bahkan aku hanya butuh waktu lima menit—tidak, lima menit tidak cukup, berjalan ke kamarku saja butuh sepuluh menit. Hmm, bagaimana jika kau memberiku waktu setengah jam?" pinta Alyssa mencoba memanfaatkan keahliannya dalam bernegosiasi, tapi bedanya, kali ini dia bernegosiasi dengan seorang pangeran bukan seorang penjual ikan di pasar yang kumuh.

"Apa kau mempunyai penyakit telinga? Jika aku sudah menjawab tidak, tetap tidak!" jawab Zephran masih di dalam kereta kudanya.

Alyssa mendengus, "Huh, tidak boleh ya? Baiklah, tidak masalah. Pakaian tidur ini tidak terlalu buruk untuk bepergian." Lalu Alyssa memelankan ucapannya, "Dasar pria pelit!"

Ternyata telinga Zephran sangat tajam, sehingga umpatan kecil dari bibir Alyssa terdengar di telinganya. Tapi ia enggan merespon kebodohan perempuan yang kotor itu, dan lebih memilih mengatur strategi apa yang akan dia pakai untuk menghabiskan para Clarzarea witch.

• • •

A/N:

gak pernah bisa diem nih si Alyssa😪

Jangan lupa tekan 🌟!
jangan lupa komen gaes!
makasyi yang udah bacaa.
hope you like it<3

regards,

. Mosya Caramello .

3/des/19

DzaldzaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang