#1 (Kencan Buta)

30 1 0
                                    

Park Yu Jin POV

"Jadi berapa umurmu?" tanya Jin Ah.

"31 tahun."

"A-apa?"

"Kenapa? Menurutmu aku terlalu tua untuk ikut acara perjodohan seperti ini?" Pria berkacamata yang memiliki beberapa kerutan di dahi itu tertawa hambar.


"T-tidak. Maksudku, umurmu padahal sudah matang, penampilanmu juga lumayan dan pekerjaanmu pun bagus. Aku tak mengerti kenapa kau belum menikah."


"Yah, tentu saja karena belum menemukan calon yang tepat. Kalau sudah menikah, aku tak mungkin berada di sini, kan?"


"Benar juga. Hahaha. Lalu yang lain bagaimana?"

"Apa tidak sebaiknya kau perkenalkan dirimu dan kedua saudaramu dulu? Kami sudah tahu nama kalian. Bagaimana dengan umur dan pekerjaan?" ucap pria lain yang duduk tepat di hadapanku. Penampilannya tidak serapi pria berkacamata berumur 31 tahun yang tadi. Dia memakai jaket kulit dan sejak tadi aku terus memergokinya sedang menatap Hyo Jin yang sibuk menyedot frappe-nya seperti anak kecil. Aku mengerti benar saat dia bilang 'perkenalkan dirimu dan kedua saudaramu dulu' pasti yang ia maksud adalah 'Hyo Jin'. Dia pasti ingin mengenal Hyo Jin yang sejak tadi terus diam, seakan-akan terpisah dari kami dan tenggelam dalam dunia imajinernya sendiri.


"Namaku Jin Ah, 23 tahun. Lalu ini kakakku Yu Jin," kata Jin Ah. Aku tersenyum seraya menganggukkan kepala begitu namaku disebut. "26 tahun. Dan itu Hyo Jin, 21 tahun."


"Oh, 21 tahun. Kau masih sangat muda, ya. Masih kuliah?" Nada bicara pria berjaket kulit itu tiba-tiba saja berubah lembut. Hyo Jin menggigit sedotan frappe-nya dan menatap pria itu datar.


Kami semua menoleh padanya menanti jawaban. Hyo Jin menjauhkan sedotan berwarna hitam kaku itu dari mulutnya dan merengut.


"Heh, jawab!" bisikku sambil menyikutnya.

"Eonnie, frappe-ku habis. Pesankan satu lagi untukku," pinta gadis itu santai. Oh, tentu saja! Apa yang bisa diharapkan dari Park Hyo Jin? Dia memang selalu bertingkah semaunya. Bahkan di saat-saat seperti ini, wataknya yang serampangan itu tetap saja dikeluarkan tanpa malu-malu. Semua pria yang menatapnya penasaran pun serempak menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Termasuk pria jaket kulit itu. Sepertinya dia sudah menyerah. Wajar saja, memangnya siapa yang bisa bertahan menghadapi Hyo Jin selain aku dan Jin Ah?


"Ya, kau benar! Dia masih kuliah." Akhirnya Jin Ah lagi yang menjawab.

"Kau sudah bekerja Jin Ah-ssi?" tanya pria lain.

"Aku baru saja lulus kuliah. Sekarang sedang mencari pekerjaan."

"Oh, kau butuh pekerjaan di bidang apa?"

"Ekonomi akuntansi."

"Ah, sayang sekali perusahaanku sedang tidak membutuhkan bagian itu."

"Tidak apa-apa. Sebenarnya aku sudah mengirimkan lamaranku pada beberapa perusahaan, dan ada yang sudah menelepon juga, jadi yeah, aku baik-baik saja, sungguh."


"Kalau pekerjaan yang nanti kau dapat ternyata tidak sesuai keinginanmu, atau gajinya kurang memuaskan. Kau bisa meneleponku," ucap si dahi berkerut. Jin Ah mengangguk sambil berkata 'terima kasih' dengan pelan.

Let Love LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang