#2 (Hari Pertama di Kantor Baru)

13 2 0
                                    

Park Yu Jin POV

Pukul 8 malam, aku yang kelelahan karena berjalan kaki dari halte langsung mengempaskan diri di sofa. Saat aku sedang terengah-engah menarik napas, tiba-tiba saja pintu masuk kembali terbuka. Aku langsung menegakkan badan. Hyo Jin masuk sambil menenteng tiga paper bag di masing-masing tangan.


"Hei Eonnie. Tumben sekali masih duduk-duduk di sofa! Biasanya jam segini sudah tidur." Walaupun ia terlihat santai saat mengucapkannya, nada bicaranya tetap saja terdengar panik. Aku memicing waspada.


"Dari mana kau mendapat....."

"Aku habis belanja, nih. Lelah sekali. Besok saja mengobrolnya, ya." Hyo Jin langsung mengambil ancang-ancang untuk berlari. Namun kalah cepat dengan kegesitan kaki dan tanganku. Aku berdiri dan menangkap tangannya. Hyo Jin meringis.


"Dari mana kau mendapat uang untuk membeli SEMUA ITU HUH?" Nada suaraku meninggi secara alami di akhir kalimat.


"Eonnie, aku beli sepatu hak tinggi untukmu, loh."

"Benarka...YAAA! JANGAN MENGALIHKAN PERTANYAAN!" Dia benar-benar tahu kelemahanku. Sial! Hampir saja aku masuk ke dalam jebakan rubah ini.


"Cih, kenapa masih bertanya? Tanpa kuberi tahu kau pasti sudah tahu, kan?"

"DASAR RUBAH BETINA! INI SAMA SAJA SEPERTI KAU MENJUAL PEKERJAANKU HANYA UNTUK SATU JUTA! DASAR MATA DUITAN!" Teriakanku berhasil membuat Jin Ah yang sudah memakai piama keluar lagi dari kamarnya.


"Ada apa ini?"

"Yah, Park Hyo Jin, bukankah kita sudah membicarakan hal ini kemarin?" Aku mengusap wajahku dan berusaha membicarakan hal ini baik-baik.


"Ada apa, sih?" Jin Ah berteriak mengulangi pertanyaannya.

"Eonnie, ini bukan salahku sepenuhnya! Saat aku baru masuk, tiba-tiba saja aku diberi amplop dan disodorkan dokumen untuk ditandatangani. Memangnya aku bisa apa jika dihadapkan dengan situasi seperti itu?"


"YA DITOLAK LAH! BODOH!"

"EONNIE CUKUP! TADI KAU MEMANGGILKU RUBAH BETINA, SEKARANG BODOH! MENURUTMU KAU SUDAH SANGAT SEMPURNA, YA?"


"Park Hyo Jin, aku tak tahu bagaimana caranya bicara denganmu. Tapi kau harus tahu jika aku bisa dipecat gara-gara ini. Tolong jangan seenaknya begitu." Walaupun masih bicara dengan ketus, aku menurunkan nada bicaraku dan menarik napas berulang-ulang. Mata Hyo Jin berkaca-kaca, tak terima disalahkan. Lalu aku harus menyalahkan siapa? Diriku sendiri? Yeah, sepertinya begitu! Harusnya aku tak menaruh desain penting di komputer rumah.


"Jadi eonnie mau aku melakukan apa sekarang?" jerit Hyo Jin lirih. "Aku benar-benar minta maaf padamu." Gadis itu menundukkan kepalanya dan terisak meminta maaf. Jin Ah yang berdiri di tengah-tengah kami mengusap punggungku selama beberapa saat sebelum akhirnya mengusap punggung Hyo Jin. Mungkin ia sendiri juga bingung harus menenangkan siapa. Dalam kasus ini, aku adalah korban yang tegar sementara pelakunya justru menangis tersedu-sedu.


"Maaf? Seolah maafmu bisa memperbaiki apa pun. Dasar!" Aku menggeleng frustasi dan berlalu meninggalkan ruang tengah.

Let Love LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang