#28 (Tutup Buku)

5 0 0
                                    

L.Joe POV

Jonghwan yang duduk berhadapan denganku terus menunduk. Setelah semua pengunjung keluar, kami berdelapan duduk melingkar di lantai dua restoran, membahas masalah internal di antara grup kami.


"Jadi kau dan Jill adik-kakak?"

"Ya."

"Jadi kau berbohong pada kami soal itu?" tanya Chanhee lagi. Maksud 'itu' dalam kalimatnya barusan adalah kejadian tiga minggu lalu. Saat Jill datang ke Lafrein, duduk sendirian di salah satu meja. Saat itu, Jonghwan sama sekali tak mengatakan apa pun, padahal nyatanya dialah yang memberi tahu Jill untuk datang di tanggal itu—tanggal di mana giliranku tiba. Jill menginginkanku. Well, siapa yang tidak menginginkanku? Okay, Hyo Jin tidak menginginkanku.


"Aku benar-benar minta maaf."

"Ini tidak benar. Dia harus kita beri hukuman," kata Tao sambil bersedekap dan mengangkat sebelah kakinya ke pangkuan.


"Tentu, aku berhak mendapatkannya. Aku akan keluar dari grup."

"Apa?" Semua orang berteriak.

"Tidak, bukan itu hukuman yang kumaksud." Tao berdiri.

"Aku sudah berbohong terlalu banyak. Kalian dengar kan Jill bilang apa? Aku bukan anak kandung pemilik saham terbesar Kwahul Company. Dia ayah Jill, bukan ayahku."


"Dan apa masalahnya?" tanya Baekhyun.

"Satu-satunya masalah dari itu adalah kau berbohong, sisanya bukan masalah," timpal Jin.

"Aku tidak berada di level yang sama dengan kalian, itu masalahnya."

"Okay, jadi kau mau keluar?" tanya Myungsoo dingin.

"Ya."

"Kalau begitu aku juga." Myungsoo ikut berdiri. Tao—yang sudah berdiri sebelum Myungsoo—mengangguk dan ikut berkata, "Aku juga."


Jin menjadi orang selanjutnya yang berdiri. Disusul oleh Chanhee dan Baekhyun yang berdiri bersamaan.


"Bagus sekali kawan-kawan, aku baru bergabung selama empat bulan dan geng ini sudah mau pecah." Jungkook tertawa hampa dan menoleh ke arah Jonghwan. "Tapi Jonghwan Hyung, kau orang pertama yang mengizinkanku bergabung. Kalau kau keluar, maka aku juga," lanjutnya seraya berdiri.


Kini semua pria itu menatapku, yang masih duduk tenang dengan ekspresi berpikir.


"Bagaimana denganmu?" tanya Jin.


Aku memalingkan wajah padanya, "Kenapa menatapku begitu? Kau ingin aku keluar juga?"


Jin mengangkat bahunya seolah berkata 'mana solidaritasmu?'.


"Cih... tidak akan."


Suasana di restoran yang super luas ini langsung terasa hening dan mencekam, sampai-sampai nyamuk pun tak mau berdengung. Semua orang mengalihkan tatapannya padaku dengan kaget, seolah-olah aku baru saja berkhianat.


Melihat semua ekspresi itu, aku tertawa dalam hati.


Let Love LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang