Park Yu Jin POV
Ini sudah hampir jam 11 siang dan aku belum mengangkat badanku seinci pun dari tempat tidur. Sebenarnya aku sudah bangun dari tadi, tapi entah mengapa otakku mengatakan bahwa merefleksi diri menatap langit-langit kamar di minggu pagi adalah ide yang bagus, dan aku mengikutinya. Setelah kejadian seminggu yang lalu itu, James tak menghubungiku sama sekali. Seperti yang James bilang, aku dipecat dari J'S dan mau tak mau harus kembali ke perusahaan lama.
Saat aku kembali di hari pertama, rekan-rekan kantorku membuat perayaan kecil dan kami semua makan kue bersama-sama. Itu mengharukan, sungguh. Kejadian semacam itu adalah hal yang paling kurindukan, sesuatu yang tak mungkin kudapat di perusahaan semegah J'S. Suasana kekeluargaan. Tapi mungkin inilah tabiat asli manusia, sesuatu yang sudah hilang atau pergi selalu terlihat paling berkilau. Aku masih ingat benar betapa kacaunya aku saat meninggalkan perusahaan dan harus bekerja di J'S. Dan sekarang perasaan itu kembali berulang. Walau aku bilang aku merasa tertekan bekerja di sana, tetapi di saat yang bersamaan aku tak mau pergi.
Dan beginilah aku sekarang, menjalani hari-hari sebagai desainer logo lagi, berkutat dengan photoshop dan klien-klien cerewet lagi.
Ceklek
"Kukira kita sedang bertengkar."
Aku kontan melirik ke arah pintu. Hyo Jin baru saja membukanya dan sekarang tengah menyender miring di tembok. Aku mendengus, lalu kembali menoleh ke langit-langit. Aku sudah benar-benar sangat amat luar biasa lelah menyuruhnya untuk bicara dengan sopan, atau paling tidak mengetuk pintu sebelum memasuki kamar. Jadi lupakan saja.
"Sedang bertengkar atau tidak, statusmu tetaplah adikku, dan mau tak mau aku harus menanggung biaya kebodohanmu itu."
"Benar-benar! Lihat saja nanti kalau aku sudah kaya, kubayar semua uangmu."
"Berhentilah bicara omong kosong, belajar saja sana! Tck, kau tak lihat betapa menyedihkannya aku hari ini? Gara-gara membayar uang semester pendekmu aku jadi tak punya uang lagi untuk jalan-jalan ke mall. Ini kan hari Minggu."
"Kan ada James," ucap Hyo Jin enteng. Aku tak percaya betapa sempitnya pikiran gadis ini dalam menjalani hidup.
"Dia tak pernah meneleponku."
"Kalau begitu telepon duluan."
"Aku bukan tipe gadis sepertimu, tak tahu malu," cibirku. Hyojin menguap dengan bosan.
"Iya. Gengsinya selangit. Wajar jika sudah setua ini belum ada yang melamar juga."
"YAH! Dasar rubah betina!" teriakku sembari bangkit ke posisi duduk. Hyo Jin buru-buru keluar untuk menyelamatkan nyawanya.
"Heh tunggu! Tiga hari yang lalu aku bertemu L.Joe!" seruku cepat. Hyo Jin langsung menahan pintu yang sedang ia tutup, kemudian membukanya lagi perlahan-lahan sembari menyembulkan kepala.
"Bohong," tuduhnya.
"Terserah kalau kau tak percaya."
"Ceritakan padaku!"
"Katamu aku bohong," godaku.
"Eonnie!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Love Lead
FanfictionPerjalanan tiga kakak beradik (Park Yu Jin - Park Jin Ah - Park Hyo Jin) untuk menemukan cinta sejatinya. Author : Salsa