Park Jin Ah POV
Satu-satunya bangunan umum yang bisa dibuat berteduh hanyalah gedung TK yang kecil ini. Kami duduk di dinding rendah yang membatasi lapangan dengan koridor sambil menatap lurus pada salah satu ruang kelas yang riuh. Jam belajar mengajar masih berlangsung. Seolah tak mau kalah dengan suara bising hujan, anak-anak di dalam sana bernyanyi dengan semangat. Ketimbang 'bernyanyi', menurutku kegiatan mereka lebih tepat disebut 'berteriak', melodi lagunya terdengar tak begitu jelas, mereka hanya berlomba-lomba mengeluarkan suara paling keras. Tanpa sadar aku tersenyum simpul. Ada rasa damai yang menelusup.
"Soal Hani..." Senyum simpul di wajahku mendadak hilang. Setelah sekian lama diam memandangi tembok, akhirnya ia membuka mulut. "Apa yang ingin kau tanyakan soal Hani?"
"Tidak ada," jawabku dingin. Aku tak mau bertanya, aku mau kau menceritakan semuanya dari A sampai Z tanpa harus kutanya.
"Ya, kau benar. Kami memang pernah tunangan, tapi dibatalkan." Bagaimana bisa kalian tunangan? Apa sebelumnya kalian pacaran? Lalu siapa yang membatalkan? Kenapa batal? Song Mino, bicaralah yang lengkap! Aku mulai tidak sabar.
"Aku sudah tahu kalau cuma itu."
"Seunghoon yang memberitahumu, iya kan?"
"Tidak penting siapa yang memberitahuku. Intinya aku sudah tahu."
"Oke." Mino mengedikan bahu. "Lalu apa lagi yang mau kau tahu?" Semuanya.
"Aku tidak mau tahu apa-apa lagi. Sudah, lebih baik kau diam saja! Aku sedang mendengarkan anak-anak itu bernyanyi."
"Ibuku sakit. Pneumonia." Tepat setelah aku selesai bicara, Mino langsung berujar dengan napas tertahan. "Dan ayahku sudah meninggal sejak aku kecil." Aku langsung menoleh. Tatapannya terlihat benar-benar kosong. Dengan rambut kuyu, kemeja abu-abu setengah basah dan jaket motor yang tergulung asal di tangan, pria ini terlihat sedang menyimpan segudang masalah. Hatiku terenyuh. Aku tak bisa mempertahankan sikap acuh tak acuh lagi dan mengembuskan napas berat.
"Aku butuh uang untuk operasi. Adikku juga masih harus kuliah. Sebagai pengganti ayah, sudah kewajibanku untuk membiayai semuanya, tapi.... ini mulai, kau tahu, di luar kesanggupanku. Kondisi ibu terus memburuk, sementara aku hanya bisa membelikan obat biasa. Hingga akhirnya tahun lalu, ada hal besar yang terjadi di keluarga ayah." Mino menghela napas panjang dan menatapku. Bola matanya yang hitam legam itu entah bagaimana terlihat seperti memancarkan sinar. "Kakek meninggal dunia."
"Ayah adalah anak laki-laki pertama dan satu-satunya, seharusnya dia mendapat warisan terbesar. Tetapi ayah sudah meninggal, jauh sebelum kakek."
"Tapi kau dan adikmu adalah ahli waris pengganti. Jadi tidak ada masalah."
"Sayangnya tidak begitu," bantahnya.
"Secara hukum, kami bukan ahli waris." Kini ekpresinya semakin serius. "Aku dan adikku tak memiliki hubungan darah dengan ayah. Dia ayah tiriku."
Aku menelan ludah. Aku sama sekali tak tahu menahu soal sistem pewarisan. Tetapi fakta bahwa Mino dan adiknya adalah 'anak tiri' dan betapa sendunya Mino mengatakan 'kami bukan ahli waris' mulai terdengar seperti masalah di telingaku. Tidak, ini masalah besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Love Lead
FanfictionPerjalanan tiga kakak beradik (Park Yu Jin - Park Jin Ah - Park Hyo Jin) untuk menemukan cinta sejatinya. Author : Salsa