#8 (Stalker)

13 1 0
                                    

Park Yu Jin POV

Suasana di dalam ruangan James benar-benar senyap. Yang terdengar hanya suara kertas dan gesekan pena. Aku tak mencoba membuka mulut, sementara James sepertinya bahkan tak sadar kalau aku masih di sini. Ini benar-benar tidak nyaman, seharusnya aku membawa ponsel tadi.


Saat sedang memerhatikan ukiran di kaki meja, tiba-tiba saja pintu di belakangku menjeblak terbuka.


"Kau mau aku melakukan apa? Cepatlah! Aku mau pergi." Suara seorang pria terdengar mengiringi jeblakan pintu tadi. Tanpa harus berbalik, aku sudah bisa menebak siapa orang itu.


"Tutup pintunya dan duduk," titah James tenang. Bagaimana bisa ia tidak marah diperlakukan begitu? Dia jelas terlalu lembut pada adiknya. Jika aku berada di posisi James, aku pasti akan segera berdiri dan menjewer telinga manusia kurang ajar itu.


"Tadi kami sudah memasuki jalan tol, tapi gara-gara... hei kau lagi!" Pria itu tersenyum senang saat melihatku, seolah-olah sedang bertemu teman lama.


"Desainer Yu sudah membuatkan beberapa desain baru untuk restoran itu. Pilihlah salah satu!" James menyodorkan clear holder-ku padanya.


"Aku pilih yang ini. Sudah kan, Hyung? Pacarku menunggu di mobil." Dia punya pacar? Oh, ada yang mau dengan makhluk tak bermoral ini? Siapa pun gadis itu, aku benar-benar kasihan padanya.


"Heh lihat yang benar! Bagaimana aku bisa memercayakan restoran itu padamu jika memilih logonya saja kau tidak serius?"


"Siapa yang tidak serius? Menurutku itu paling bagus."

"Maaf ya, tapi aku benar-benar tak mengerti, bagaimana bisa kau menyimpulkan itu yang paling bagus padahal kau sendiri belum menyentuh clear holder-ku? Di belakang logo yang kau tunjuk itu ada empat desain logo yang lain! Aku mengerjakannya sampai tidak tidur, bisakah kau hargai sedikit usahaku? Kau tak perlu menyukainya, cukup dilihat saja," ujarku emosional, aku bahkan sampai menggebrak meja dan mengempas clear holder itu ke dadanya.


Setelah selesai bicara, aku baru sadar kalau sepasang kakak beradik itu tengah kompak menghakimiku dengan tatapan 'ada apa dengan orang ini?'. Namun aku hanya menghela napas dan berpura-pura tidak melihat tatapan itu demi menjaga harkat dan martabatku.


"Kau dengar, kan? Sekarang pilihlah dengan serius." Akhirnya James kembali menoleh pada pria di sebelahku ini, yah... adiknya.


Sambil menghela napas jengah, ia membuka clear holder di pelukannya dan membalik semua desainku tanpa minat. Melihat sikapnya yang seperti itu, aku benar-benar ingin melempar heels-ku ke wajahnya. Sebenarnya berapa umur anak ini? Dia sama sekali tak mengerti cara beretika.


"Aku sudah melihatnya dan aku tetap memilih yang pertama. Kalian puas?" Kenapa kami harus puas? Anak ini benar-benar minta ditimpuk. Aku melirik James yang tengah menarik napas dalam dengan mata memejam. Tiba-tiba saja aku teringat Hyo Jin. Apa setiap kakak selalu memiliki adik kurang ajar seperti ini? Jika iya, Tuhan pasti memberkati manusia-manusia penyabar seperti kami. Tapi tidak, bagaimana mungkin aku menyamakan adikku sendiri dengannya? Hyo Jin jelas seratus tingkat lebih baik dari manusia urakan ini.

Let Love LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang