#16 (Bermalam di Suwon)

6 0 0
                                    

Park Hyo Jin POV

Pukul dua dini hari. Villa L.Joe berada di Suwon, tak terlalu jauh dari Seoul sebenarnya. Kami hanya membutuhkan waktu kurang lebih satu jam untuk sampai. Tetapi karena L.Joe menyetir seperti siput—nyalinya benar-benar ciut untuk ukuran pemilik Lamborghini, maksudku, dia bisa saja melesat 300km/jam tapi... sudahlah—dan karena kami baru jalan tengah malam, maka apa boleh buat.


Aku turun dari mobil dan berjalan sempoyongan mengikuti L.Joe. Dua orang penjaga menyapanya dengan hormat, yang satu membukakan pintu villa sementara yang satu lagi memberikan sebuah kunci. Lantas keduanya membungkuk lagi sebelum akhirnya berlalu.


"Yang mana kamarku?" tanyaku, langsung begitu ia menutup pintu. Aku benar-benar mengantuk dan butuh tempat tidur detik ini juga. Mataku sudah tidak bisa terbuka lagi. Aku bertanya padanya dengan sisa kesadaran sekitar 5% dan mata yang sudah tertutup rapat, dan jangan lupakan posisi badanku yang sudah meliuk ke depan seperti tak punya tulang.


"Lihat kamar yang di sana?" Aku memaksa kelopak mataku yang sudah merekat kuat ini untuk membuka, lantas menoleh mengikuti arah telunjuknya. Ada sebuah pintu kayu berwarna putih.


"Ya. Mana kuncinya?" Aku menodongkan tangan. L.Joe beranjak dari tempatnya berdiri dan membuka laci. "Nih! Cari sendiri!" L.Joe tiba-tiba saja berbalik dan melempar serenceng kunci yang gilanya berhasil kutangkap. Tapi tunggu! Apa-apaan ini!


"Heh, kau mau ke mana?"

"Ke kamar." L.Joe yang sudah berbalik pergi itu mengacungkan sebuah kunci yang tadi diberikan penjaga villa-nya.


"Yah! Lalu aku bagaimana? Tolong carikan kuncinya untukku! Jangan tinggalkan aku sendiri!"

"Kalau kau mau, kau boleh tidur di sini," ujar L.Joe sambil memasukkan kunci ke lubang dan memutarnya sampai terbuka. Suara pintu yang terbuka itu terdengar sangat merdu.


"Bolehkah? Ya ampun, terima kasih." Mataku yang mengantuk luar biasa ini seketika berbinar.

"Sama-sama." L.Joe tersenyum manis dan menyandarkan punggungnya di pinggir pintu. "Tapi bersamaku," sambungnya.


Mataku langsung membeliak. "Cih, lupakan saja! Aku akan mencari kuncinya sendiri." Sial! Aku langsung berbalik dan dengan cepat mencoba kunci-kunci itu satu per satu.


"Ada-ada saja! Orang tolol mana yang menggabungkan kunci kamar dengan kunci sebanyak ini? Sebenarnya ini kunci satu kecamatan atau bagaimana? Ini semua kunci apa? Kapan aku bisa tidur kalau begini caranya! Benar-benar tidak punya otak. Harusnya sekalian saja gabungkan dengan kunci Inggris." Aku menggerutu tak putus-putus, L.Joe tertawa cekikikan dari pintu kamarnya sendiri.


"Apa yang kau lakukan di situ? Sudah sana masuk!"

"Iya, iya, ternyata kau makin malam makin galak, ya."

"Berisik."

"Kalau berubah pikiran, aku tak mengunci kamarku." L.Joe berkata dengan nada jahil, lengkap dengan senyum dan kerlingan mata sensual yang membuatku bergidik.


"Aku lebih baik mati kedinginan daripada masuk ke sana dan tidur bersamamu. Mengerti?" Lagi-lagi L.Joe tertawa. Dia terlihat sangat kelelahan tapi masih bisa-bisanya saja menggodaku begini. Dasar!

Let Love LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang