#14 (Sekretaris)

5 0 0
                                    

Park Yu Jin POV

"Yu Jin-ssi, ikut ke ruanganku!"


Aku dan Yesung saling melempar pandang, sebelum akhirnya mau tak mau melangkah mengikuti bos super aneh itu.


"Hanya Yu Jin," ucap James tanpa berbalik. Kami berdua berhenti melangkah dan saling berpandangan lagi. Serius, apa yang ia inginkan dariku?


"Tapi kenapa hanya Yu—aww." Aku langsung menyikut perut Yesung. Anak ini mau bunuh diri, ya? Bagaimanapun James adalah pemegang jabatan tertinggi perusahaan ini. Ia tak butuh menjelaskan kenapa ia hanya memanggilku pada karyawan yang baru diterima kerja kemarin.


"Aku akan baik-baik saja," bisikku pelan, lantas kembali mengikuti James sampai ke ruangannya.


**********


Ruangan ini terasa begitu segar. James yang terlihat serius di depan laptop itu juga terlihat segar. Ya, dia memang sangat dingin, tapi justru aura dinginnya itulah yang membuatnya terasa menyegarkan. Aku sudah pernah bilang jika pria ini adalah bos muda yang tampan, pintar dan berkarisma. Tak perlu memiliki kemampuan membaca pikiran untuk mengetahui impian terselubung semua karyawati di sini. Mereka menginginkan James, atau setidaknya ingin dilirik sebagai lawan jenis olehnya. Tapi sikap James yang dingin dan kaku seperti es balok itu memberikan kesan tak terjangkau. Seolah dia sudah membangun tembok antara ia dan semua gadis di sini. Entah rasa profesionalitasnya yang terlalu tinggi atau memang ia tidak suka perempuan. Aku juga tidak tahu.


Sreeeeet Sreeeeeeet


Aku dan James menoleh kompak pada pintu masuk. Yesung sedang menempelkan mukanya pada kaca di sebelah kiri pintu. Astaga! Apa yang dia lakukan? Dia tahu kan ini kaca satu arah? James mengerutkan kening, lengkap dengan tatapan aneh yang tertuju lurus padanya.


"Sepertinya dia ada urusan dengan saya. Langsung saja, Sajangnim, kenapa Anda menyuruh saya ke sini tapi malah sibuk sendiri? Ini sudah lewat sepuluh menit," ucapku, sengaja memotong tatapannya.


Sreeeeeet


Padahal aku sedang membantu anak itu agar tidak dianggap aneh oleh James, tapi ia malah... sudahlah. Dan sekarang James kembali mengalihkan tatapannya ke objek di belakangku. Yesung berpindah ke kaca sebelah kanan. Masih menempelkan muka dengan kedua tangan yang melengkung dari pelipis ke dahi. Dia mau mengintip? Sejeli apa pun matanya, ia tetap hanya bisa melihat bayangan mukanya sendiri. Aku menghela napas. Yesung benar-benar konyol dan kekanakan sampai aku bingung kenapa aku bisa menyukainya. Aku mengembuskan napas putus asa sebelum kembali menoleh pada James. Dan betapa terkejutnya aku ketika mendapati pria itu sudah berdiri menyandar di meja persis di hadapanku.


"Maria sudah..." Ucapannya terhenti. Pintu ruangan sekretaris di sebelah ruangan ini tiba-tiba saja menjeblak terbuka, Maria yang bercucuran air mata masuk ke dalam sana dengan langkah kasar. Lalu sebelum pintunya tertutup, Yesung yang tadi sedang mencoba mengintip ikut masuk dan menyeret Maria keluar dengan terburu-buru. Kejadian tersebut berlangsung sangat cepat, aku dan James cuma bisa terdiam, tak mengerti dengan apa yang baru saja terjadi. Atau mungkin hanya aku yang tak mengerti. Aku kembali menoleh pada James, menuntut penjelasan, tapi ternyata dia sudah kembali memerhatikanku, entah sejak kapan.

Let Love LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang