#12 (Sang Mantan)

8 0 0
                                    

Park Yu Jin POV

Seharian penuh ia mengajakku bicara, mengajakku kembali ke masa-masa indah kami sewaktu SMA. Aku tak tahu harus bersikap bagaimana, aku masih tak bisa tertawa lepas atau berucap lebih dari tiga kata. Aku masih tak tahu bagaimana caranya bersikap di depan Yesung Kim, mantan pacarku.


Bisakah kusebut mantan? Kami bahkan tak pernah mengucapkan kata perpisahan. Dia hanya tiba-tiba menghilang. Tiba-tiba tak bisa ditelepon, tiba-tiba rumahnya kosong. Dia, tiba-tiba tak ada di mana-mana.


"Kuantar, ya," ucapnya di depan gedung. Ini sudah pukul lima sore dan waktu kerja kami memang sudah habis. Aku menoleh padanya dan tersenyum tipis, lantas menggeleng.


"Memangnya kau masih ingat rumahku?" Lima kata. Ini kemajuan. Walaupun aku mengucapkannya dengan intonasi super pelan, artikulasi tidak jelas dan kepala tertunduk, bicara sepanjang itu padanya tetaplah sebuah kemajuan.


"55F Yeouido-dong, Yeongdeungpo-gu. Rumah ketiga dari lampu jalan, warna dindingnya cokelat muda." Aku tertegun. Dia masih hapal? Tapi ini sudah lebih dari delapan tahun. Seharusnya ia tidak mengingatnya sedetail itu.


"Yah, kalau kau tak mengganti catnya, seharusnya aku benar." Aku menggeleng dan tersenyum.

"Kau benar." Yesung balas tersenyum. Oh tidak, tolong jangan tersenyum. Aku merasa pipi, tangan, kepala, hingga jari kakiku memanas. Bukan hanya memanas, kurasa sebentar lagi tubuhku akan kebakaran. Ya Tuhan, Yesung di sini. Dia kembali. Dia... di sini.... di sampingku....


"Jadi aku boleh mengantarmu pulang, kan?" Aku mengeluarkan heels merah—yang sudah sangat kotor, yang bahkan haknya sendiri sudah patah—dari kantong plastik dan meletakkannya di jalan. Berpikir setidaknya lebih baik begini dari pada pulang tanpa alas kaki.


"Heels-mu kenapa?"

"Ini tadi..."

"Jangan pakai itu! Mau kugendong?"

"Hah? Tidak usah."

"Kalau tidak mau kugendong, kau harus menerima ini." Tiba-tiba saja Yesung mengambil sebuah kotak dari tasnya. Ia memosisikan diri di hadapanku dan bersimpuh tanpa aba-aba.


"Apa yang kau lakukan?" Aku mencoba menarik tangannya agar pria ini cepat berdiri. Sikapnya membuatku malu dan salah tingkah.


"Ini sepatu baru. Untukmu" Ia mengeluarkan heels hitam dalam kotak itu dan meletakkannya tepat di hadapanku.


"Pakailah!"

"Bagaimana kau bisa membelikan heels untukku? Bagaimana kau tahu kalau heels-ku rusak?"

"Memang kakimu tidak dingin, ya? Ayo cepat pakai."

"Yesung, tapi...."

"Dari mana aku tahu heels-mu rusak? Apa itu penting? Intinya aku membelikan ini untukmu. Intinya perasaan kita masih menyatu." Dia berkata 'perasaan kita masih menyatu' sambil berlutut di hadapanku, dengan tatapan serius di sore hari yang indah. Maksudku, yah anggap aku gadis hiperbol tapi ini semua membuatku ingin meledak.


"....."

"Yu Jin~a, setelah delapan tahun tidak bertemu, tidakkah menurutmu ini takdir?"

Let Love LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang