#29 (Fire & Kiss)

10 1 0
                                    

Park Jin Ah POV

Hari itu, ketika aku sampai di rumah sakit, hal pertama yang kulihat adalah wajah Mino yang pucat.


"Cairan di paru-paru ibu sudah menumpuk," katanya begitu aku menutup pintu.

"Jadi.. operasi?" tanyaku hati-hati.

"Ya. Mau tidak mau cairannya harus dikuras melalui selang dada."


Aku mengangguk paham. "Kalau itu yang terbaik maka lakukanlah."


"Menurutmu begitu?"

"Ya. Apa yang kau khawatirkan?"

"Entahlah, operasi terdengar sangat menyeramkan di telingaku."

"Tapi kalau ibumu tidak dioperasi, cairannya akan semakin menumpuk dan menurutku itu malah jauh lebih menyeramkan lagi." Mino mengangguk lemas, tetapi wajahnya tetap menunjukkan bahwa ia tidak yakin dengan itu.


"Ibumu akan baik-baik saja." Aku mendekat dan menepuk-nepuk pundaknya. Pria itu tersenyum samar sembari menangkap tanganku, lantas berdiri.


"Aku akan mengurus administrasinya dulu. Tolong jaga di sini sebentar, ya."


Aku mengangguk, dan Mino pun beranjak keluar kamar.


Setelah pintunya ditutup, aku meletakkan paper bag—berisi salmon dan buah berry—di atas meja. Lalu mulai membereskan selimut dan botol-botol kosong di dalam ruangan. Mino menginap di sini semalaman, jadi tentu saja keadaannya kacau. Saat aku sedang melipat selimut, tiba-tiba saja aku mendengar suara erangan lemah dari belakang.


Ibu Mino siuman.


"Eomonim!" Aku meletakkan selimut yang baru selesai kulipat di ujung sofa dan bergegas mendekatinya.


"D-di mana?"

"Eomonim sedang di rumah sakit. Mino sedang mengurus administrasinya, aku akan memanggi—"


"Tidak. Tidak perlu."


Aku langsung menghentikan langkah, untuk beberapa saat cuma diam memerhatikan wanita itu.


"E-eomonim mau minum?" Aku menawarkan sambil tergagap-gagap. Oh sial, kenapa aku jadi mendadak gugup begini? Dan kenapa ibu Mino siuman saat aku sedang sendirian?


Setelah membantunya minum, aku kembali diam karena tak tahu harus apa.


"Ah, itu, hmm, aku bawa salmon, apa eomonim mau m-makan?" Aku menunggu jawabannya dengan gugup, tetapi wanita itu hanya memerhatikanku tanpa berkata apa-apa. Aku membuka paper bag-ku dengan tangan bergetar sambil menerangkan betapa bagusnya ikan salmon yang kaya protein.


"Sekarang kau jujur padaku, sudah berapa lama kalian saling kenal?"


Pertanyaan itu meluncur begitu tiba-tiba. Sukses membuat alat gerakku seketika kaku.


"Tolong katakan yang sejujurnya." Walau diucapkan dengan lemah, sekujur tubuhku tetap saja berhasil dibuat merinding. Nada bicaranya terdengar sangat tajam sampai membuatku takut.

Let Love LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang