#21 (Perang Saudara)

5 1 0
                                    

Aku merindukan kantor lamaku. Gajinya memang tidak seberapa, tapi aku merasa jauh lebih nyaman di sana. Persaingan di sini benar-benar gila. Dan aku tak sanggup lagi. Belum lagi seseorang berinisial 'J' di kantor ini benar-benar menggelikan. Dia boleh kaya dan terpelajar, tapi apa sikap sombong, dingin dan kasar itu harus ditunjukkan? Aku membencinya. Aku muak dengan sikapnya. Dan lelah rasanya harus bersikap sok manis di depannya setiap saat. Dia tidak sebaik apa yang terlihat.


Klik.


Post.


**********


Park Yu Jin POV


"Terima kasih," ujarku sembari membungkukkan badan, melihatnya melalui kaca. James cuma tersenyum, mengangguk seadanya.


Karena sudah terlalu sore, James memutuskan untuk langsung mengantarku pulang. Aku baru saja membuat seorang CEO bolos kerja seharian dan mengantar sekretarisnya pulang. Prestasi.


"Aku benar-benar minta maaf."

"Kau sudah minta maaf berkali-kali. Sudahlah," katanya, "sejujurnya yang tadi tidak buruk."

"Tentu." Aku mencibir.

"Tidak, aku serius. Aku.. menikmatinya," ujar si CEO skeptis. Aku mengangguk-angguk sambil mengulum senyum, berusaha menyembunyikan ekspresi 'yang benar saja'. Namun sayang sekali sepertinya ekspresi itu tidak tersembunyi dengan baik, karena James langsung menggelengkan kepala.


"Kau tak mengerti, aku memang butuh waktu di luar kantor. Sudah lama sekali aku tidak meliburkan diri."


"Tapi tetap saja, seharusnya kau bisa liburan ke tempat yang lebih layak."

"Makanannya enak. Aku tidak menyesal."

"Kopinya?"

"Bisakah kita tidak membicarakan itu?" Aku langsung tertawa. James melirikku dengan tampang terganggu yang dibuat-buat sebelum akhirnya ikut tertawa.


"Well, aku harus masuk dan menghajar Hyo Jin. Selamat malam." Aku tersenyum, lalu menegakkan badan dan berjalan memasuki rumah.


"Tunggu!" teriak James. Aku berbalik. "Sampai jumpa... besok,... maksudku di kantor, bekerja... jangan telat."


**********


Park Hyo Jin POV


Oh tidak, Yu Jin pulang! Aku langsung meraih remot TV dan mematikannya. Lantas melompat melewati sofa dan berlari menuju kam...


"Puas jalan-jalannya?"


Terlambat.


"Eh? Eonnie? Jadi... kau ke Suwon?"


Let Love LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang