12

145 52 5
                                    

Selesai mandi Zara memutuskan untuk duduk dibalkon kamar. Malik memilih tempat yang sangat tepat. Disini ia bisa melihat pantai dimalam hari. Juga suasana yang tenang membuatnya dapat mendengar suara deburan ombak-yang sangat menenangkan-dengan jelas.

Dari dulu Zara sangat ingin pergi ke tempat ini bersama keluarganya. Siapa sangka kalau dia pergi benar-benar pergi, tapi dengan keluarga yang berbeda. Anggota keluarganya yang baru.

Angin semilir menyapu kulitnya. Matanya terpejam menikmati sensasi dingin menyentuh kulitnya. Walau ia termasuk orang yang tak bisa kedinginan, tapi ia nyaman dengan situasi seperti ini. Sudah lama ia tak merasa setenang ini.

"Setidaknya pakailah mantel." Zara mendengar suara Malik bersamaan dengan sebuah selimut menempel ditubuh mungilnya.

"Tidak apa-apa."

"Itu aku sudah buatkan teh jahe. Kau pasti kedinginan." Malik memberikan mug berisi air jahe seraya duduk disebelahnya.

"Terima kasih."

"Kau lapar?" Tanya Malik.

"Tidak."

Mereka terdiam masing-masing sibuk dengan pikirannya. Hingga Malik kembali membuka obrolan diantara mereka.

"Zara..."

"Iya?" Jawab Zara seraya menoleh kearah Malik yang sedang menunduk itu.

"A-aku..."

"Aku kenapa?"

Malik mengangkat kepalanya lalu menatap Zara. "Aku minta maaf soal kemarin. Tak sepantasnya aku berkata kasar padamu. Aku sangat emosi hari itu. A-aku cemburu."

"Cemburu?" Tanya Zara dengan alis bertaut.

"Iya. Kau lebih memilih Sandi dibanding aku. Bahkan aku sengaja pulang lebih awal agar bisa merayakan hari ulang tahunmu. Malah aku tak menemuimu dirumah. Kupikir kau hanya terkena macet sebentar tapi kenyataannya kau pulang lebih lama dari yang kubayangkan. Aku merasa seperti suami yang buruk." Malik menjeda ucapannya dan kembali menunduk tak berani menatap Zara "Aku takut kau meninggalkanku dan pergi dengan sahabatmu itu. Karena aku sudah sangat nyaman berada di dekatmu."

Zara terpaku mendengar ucapan Malik. Ia masih belum bisa memberi komentar apapun. Ucapan Malik barusan membuatnya cukup terkejut. Malik cemburu, nyaman dengannya, takut Zara meninggalkannya. Ia tak menyangka Malik akan berkata seperti itu.

"Maafkan aku sudah berlebihan padamu, Zara. Kau pasti sangat tak nyaman, tapi aku berkata jujur padamu. Kalau aku mungkin sudah mulai mencintaimu."

Boom! Dugaannya benar. Malik pasti akan mengatakan itu. Sekarang Zara yang bingung. Ia tak tau harus bereaksi seperti apa. Jujur dia juga nyaman berada didekat Malik. Tapi kalau lebih dari itu dia masih belum yakin. Walau perasaan untuk Rangga sudah perlahan menghilang.

"Mungkin kau mengira aku lelaki labil yang mudah jatuh cinta dalam waktu sesingkat ini. Bahkan kau sendiri masih sangat mencintai Rangga. Tapi aku sudah menyukaimu dihari pertama kita berjumpa. Dan perasaan itu semakin bertambah dan terus bertambah." Jelas Malik kini berani menatap Zara. "Dan kau tak perlu membalas perasaanku, aku hanya ingin kau mengetahuinya dan memaafkanku soal kemarin."

"I-iya aku sudah memaafkanmu. Jangan merasa bersalah begitu."

"Terima kasih Zara." Malik memberikan senyum terbaiknya. "Ayo makan. Aku sudah memesan makan malam untuk kita." Malik beranjak lalu mengulurkan tangannya pada Zara.

Dengan ragu Zara menerima uluran tangan Malik dan berjalan beriringan keluar kamar.

"Jangan pikirkan ucapanku tadi."

A Whole New WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang