13

140 47 5
                                    

Brakk

Pintu kamar Zara terbuka dengan keras. Menampakan sosok Malik yang ngos-ngosan. Zara hanya menatap Malik datar. Entah mengapa ia merasa harus seperti itu.

"Ponselku ketinggalan." Ucap Malik dengan napas terengah-engah.

Zara memberi ponsel tersebut. "Maaf tadi aku tak sengaja membaca pesan dari Dona." Setelah mengatakan itu Zara keluar dari kamar tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Dona? Dona siapa?" Malik mengecek ponselnya. "Ah gadis ini. Dan apa tadi? Mengapa reaksi Zara seperti itu? Apa dia cemburu?" Malik menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman. Segera ia mengejar Zara.

Gadis itu sedang duduk didepan TV sambil menonton acara memasak. Ia tak menghiraukan seseorang yang berjalan dibelakangnya.

"Zara, aku pergi ya."

"Hmm."

Malik semakin melebarkan senyumannya. Ia sudah sangat yakin kalau istrinya ini cemburu. "Tidak mau salaman?"

"Tadi sudah."

"Lagi?"

"Sudahlah." Zara merasa sofa disebelahnya bergerak. Tapi ia tak menoleh sedikitpun.

"Kau kenapa? Apa yang membuat moodmu jadi seburuk ini?"

"Tidak ada."

"Apa karena pesan tadi?"

"Tidak."

"Jadi?"

"Tidak ada."

"Kau cemburu?"

"Jangan bicara omong kosong."

"Ah benar istriku cemburu." Ucap Malik seraya mencolek pipi Zara.

"Apaan sih." Zara menepis tangan Malik kasar.

"Waw! Ternyata kau mengerikan juga kalau sedang cemburu."

Zara tak menanggapi ucapan Malik barusan. Matanya fokus ke TV di depannya. Ia merasakan sebuah kecupan dipipinya.

"Aku pergi. By the way, aku suka saat kau cemburu seperti ini." Ucap Malik seraya mengelus kepala Zara lembut.

Seperginya Malik, Zara merutuki dirinya yang bersikap seperti tadi pada Malik. Dia sendiri yang membuat dirinya terlihat cemburu. Seharusnya ia bersikap biasa saja tadi.

"Ah bodohnya kau Zara. Ngomong-ngomong tadi itu Dona siapa ya? Apa mungkin Dona teman SMA ku? Tapi tidak mungkin. Darimana dia dapat nomor Malik? Dan mereka hanya bertemu saat dicafe hari itu. Mungkin Dona yang lain. Dan apa maksud pesan tadi?" Ucap Zara bermonolog.

Zara mengulang-ulang pesan wanita bernama Dona tadi. Jantungnya berdetak kencang, perasaannya tak enak memikirkan kemungkinan yang terjadi mengingat isi pesan itu.

"Bikin pusing saja. Tenanglah, jangan pikirkan apapun Zara."

***

Sampai di kantor Malik melihat sosok kakak iparnya sedang duduk bersantai diruangannya. Ia tak menghiraukan lelaki itu. Ini bukan pertama kalinya ia masuk keruangan Malik tanpa izin.

"Bos apa yang datang seterlambat ini?"

"Aku." Jawab Malik enteng.

"Kau kenapa? Seperti bahagia sekali? Ada apa denganmu dan adikku?"

"Jangan ikut campur kau. Ini urusan rumah tangga kami. Ada apa kau kesini?"

"Aku cuma mau memberitahu kalau dua minggu lagi aku dan Bila akan menikah."

A Whole New WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang