36

87 22 2
                                    

Zara keluar dari ruangan Malik dengan senyum yang terus merekah. Setelah berjumpa Malik hati Zara selalu berbunga-bunga, entah mengapa.

Terkadang Zara merasa heran dengan dirinya yang terlihat seperti ABG yang baru jatuh cinta. Tapi dia mengakui kalau dia sangat mencintai Malik. Perasaan yang bukan main-main. Dia tak pernah merasakan ini sebelumnya dengan lelaki manapun. Bahkan dengan Rangga sekalipun.

Saat Zara memasuki lift, dia berselisihan dengan Julia yang kebetulan keluar dari lift tersebut.

"Apa yang dilakukan Julia di kantor Malik? Ah mungkin dia ada urusan disekitar sini. Tapi mengapa harus dikantor Malik? Atau dia ingin bertemu Malik?" Zara bermonolog. Syukurlah dilift tidak ada orang, kalau tidak mungkin dia sudah dikira wanita gila yang berbicara sendiri.

Zara mencoba acuh dengan Julia. Walau pikirannya masih berkecamuk tentang Julia. Ia memasuki mobilnya dan mulai menghidupkan mesinnya.

Baru dia menyadari sling bagnya tertinggal diruangan Malik. Zara sedikit lega setidaknya dia punya alasan untuk kembali kesana.

Jujur Zara tak tenang setelah bertemu Julia tadi. Bukan niat ingin berprasangka buruk. Tapi wajar kalau dia merasa takut. Toh Malik suaminya, 'kan?

Saat sampai di luar ruangan Malik. Aya menegurnya mengatakan kalau Malik sedang kedatangan tamu. Jantung Zara berdegub kencang. Dia sangat yakin itu pasti Julia.

"Aku baru saja mengirim pesan padanya kalau sekarang Malik harus pergi rapat. Semua orang sudah menunggu."

"Biar aku saja yang memanggilnya." Zara berjalan kearah pintu dan membuka pintu tanpa mengetuk, seperti biasa.

Zara membeku disana dengan telapak tangan menutupi mulutnya yang terbuka lebar. Pemandangan didalam sana sangat menakjubkan. Saking menakjubkannya membuat perut Zara mual hendak muntah.

Malik dan Julia sedang berduaan disana dengan posisi yang sangat intim. Bahkan dari tempat Zara, keduanya terlihat seperti sedang berciuman. Malik melihatnya.

Dengan perasaan campur aduk Zara membanting pintu. Panggilan Aya yang seperti sedang menelpon seseorang pun tak dihiraukannya. Hatinya sangat sakit sekarang.

Zara merasa dikhianati Malik. Belum 10 menit ia meninggalkan kantor, lelaki itu sudah bersama wanita lain. Dengan mantan pacarnya. Air matanya terus mengalir deras. Tatapan orang-orang tak dipedulikannya. Ia hanya ingin pergi dari tempat ini.

Lama Zara menangis didalam mobil. Dadanya sangat sesak sekarang. Bahkan Malik tak menyusulnya. Jelaslah Malik lebih memilih Julia yang jauh lebih cantik dan dewasa dibanding dirinya.

Zara tersenyum miris menertawakan dirinya. Sadar dirilah kau Zara. Malik tak pernah benar-benar mencintaimu, dia masih mencintai mantan kekasihnya yang kini sudah kembali.

Dengan emosi yang menggebu-gebu, Zara menancap gas meninggalkan kantor Malik.

***

Malik tak fokus selama rapat tadi. Pikirannya pada Zara lebih mendominasi saat ini. Dia tak mau Zara salah paham dan mengira dia telah menghianatinya.

Syukurlah rapat berjalan lancar walau kurang maksimal, koleganya yang menyadari Malik kurang fokus itu hanya memakluminya. Dia tahu Malik pasti punya masalah.

Selesai rapat Malik bergegas keruangannya berniat menelpon Zara. Tapi dia melihat slingbag Zara ketinggalan bersama dengan ponsel dan kunci rumah mereka.

Malik meraih kunci mobil dan jas yang tersampir dikursinya. Jam masih menunjukkan pukul 4 lewat, dan memutuskan untuk pulang lebih dahulu. Dia perlu menjelaskan tentang kejadian tadi siang.

A Whole New WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang