46

89 8 2
                                    

Julia mengendarai mobilnya seraya sesekali melirik ponselnya. Saat ini ia hendak kerumah Malik dan Zara. Sialnya dia tak tahu rumah mereka. Syukurlah Sandi memberitahunya.

Tapi entah mengapa Julia sedikit aneh dengan kawasan ini. Sedari tadi dia melewati jalanan yang dipenuhi hutan kelapa sawit dikiri kanan. Tidak mungkin rasanya Malik dan Zara tinggal di tempat terpencil seperti ini. Tapi Sandi bilang kalau ini adalah jalan pintas agar dia tak terkena macat.

Julia baru pertama melewati jalan ini. Hanya bermodalkan google maps dan alamat dari Sandi dia memberanikan diri. Walau dia merasakan takut yang luar biasa.

Ingin rasanya dia kembali, tapi dia sudah berjalan sejauh ini. Ponselnya berdering memunculkan nama Sandi disana. Segera ia mengangkatnya.

"Kau sudah sampai, Julia?"

"Belum. Kenapa jalannya sepi seperti ini? Aku takut Sandi. Apa kau tak salah memberi alamat?" Tanya Julia. Suaranya sedikit bergetar takut. Bagaimana kalau ada orang jahat yang ingin merampoknya? Ditambah jalanan sangat sepi tak ada satupun kendaraan yang jalan.

"Itu benar. Ikuti saja jalan yang kuberikan. Nanti diujung ada pertigaan, kau akan menemukan jalan raya."

"Benarkah? Tapi aku merasa hutan ini terlalu panjang."

"Tidak. Tenang saja."

Terlalu asik berbicara dengan Sandi, Julia tak sengaja menabrak sesuatu yang keras. Bersamaan dengan suara pekikan dari hewan itu. Sepertinya ia menabrak kucing.

"Ada apa Julia?"

"Tunggu sebentar, Sandi. Sepertinya aku menabrak kucing. Aku periksa sebentar." Julia melepas seat belt nya lalu turun memeriksa kucing yang ditabraknya.

Julia menutup mulutnya melihat kondisi kucing itu yang sudah nyaris hancur tergilas ban mobilnya. Ia tak kuat melihatnya. Tapi dia masih dapat melihat kalau kaki kucing itu terikat. Seperti sengaja diletakkan disitu agar tergilas mobil.

Ia bingung. Dengan perasaan geli dan takut yang bercampur, Julia mengambil karung besar di bagasi lalu mengambil kucing itu.

Disaat dia hendak meraih kucing itu, dia merasakan ada seseorang berjalan dibelakangnya. Belum sempat dia berbalik tiba-tiba sesuatu yang keras dan kuat menghantam kepala belakangnya.

Sakit luar biasa, membuat Julia terasa hendak pingsan. Orang itu menarik baju belakang Julia lalu menghenyakkannya dijalanan.

Julia tak dapat melihat dengan jelas wajah lelaki itu. Lalu kembali dia mendapat pukulan di seluruh tubuhnya membabi buta.

Mulutnya seolah terkunci untuk berteriak. Bahkan mengeluarkan air matanya saja dia tak sanggup. Karena sakit yang luar biasa di kepalanya.

Yang ditakutinya terjadi, mungkin lelaki ini ingin membunuhnya lalu merampok mobilnya. Sialnya dia tak dapat melihat wajah orang itu karena pandangannya yang perlahan mengabur. Hingga sesuatu yang tajam dan dingin menancap perutnya. Seketika kesadarannya menghilang.

***

Zara terkejut mendengar ucapan ibunya barusan. Siapa yang dimaksud wanita itu bahwa kakaknya membunuh Bastian? Apakah Anggi? Tidak mungkin Anggi melakukan hal sekeji itu.

"M-maksud ibu? Kak Anggi yang melakukannya?" Suara Zara sedikit bergetar.

Wanita paruh baya itu menggeleng. "Tidak, sayang. Bukan Anggi."

"Jadi siapa bu? Mengapa ibu berbelit-belit. Katakan padaku!" Zara sedikit emosi melihat ibunya yang bicara berputar-putar.

"Sandi."

A Whole New WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang