45

78 8 2
                                    

"Kau yakin rencanamu ini akan berhasil?" Tanya Sandi pada Julia. Saat ini mereka berada di apartemen Julia.

"Tentu. Aku sudah tak tahan melihat mereka."

"Mengatakan kalau kau hamil pada mereka. Apa menurutmu akan berhasil?"

"Tentu saja. Aku sudah menyiapkan semua bukti palsunya. Kau tunggu saja."

"Mereka tidak bodoh, Julia. Malik pasti bisa membuktikan kalau kau telah membohonginya. Entah mengapa aku berfirasat seperti itu."

"Kalau begitu, aku akan melakukan rencana kedua." Julia berucap sinis menatap pantulannya didalam cermin.

"Apa itu?"

"Aku akan menghilangkan parasit yang telah mengganggu kebahagiaanku dengan Malik. Aku akan membunuh Zara."

Sandi tertegun mendengar ucapan Julia. Rahangnya tampak mengeras menatap Julia penuh arti.

"Jaga bicaramu!"

"Karena sepertinya kau tak terlalu membantu. Jadi sebaiknya ku bunuh saja dia. Seperti itu tak akan ada penghalangku dan Malik untuk kembali."

Sandi semakin mengeratkan tinjunya mendengar ucapan Julia. Mengapa gadis itu berani bicara seperti itu padanya.

"Oh atau kita bermain dulu dengannya? Kita bisa menculik dan menyiksanya perlahan hingga dia mati. Sepertinya sangat menyenangkan."

"Jangan kau sentuh dia. Walau sesentipun." Desis Sandi tajam meninggalkan Julia disana.

***

Subuh sekali Zara sudah pergi belanja ke pasar tradisional. Entah mengapa akhir-akhir ini dia jadi sering belanja disana.

Selain harganya yang sangat terjangkau, disana juga dia bisa bertemu dengan pedagang yang ramah-ramah. Membuatnya nyaman dan ingin terus pergi kesana. Walau terkadang dia harus berdesakkan.

Pukul setengah 7 dia sudah berada didalam angkutan umum. Jujur ini kali pertama dia menaiki kendaraan ini. Dari dulu dia sangat ingin menaikinya. Tapi Anggi melarangnya dengan berbagai alasan. Kakanya itu sangat memperhatikan kebersihan dan kesehatannya.

Angkutan umum itu berhenti di gang perumahannya. Dia hanya perlu berjalan sedikit kedalam. Dari kejauhan dia dapat melihat rumahnya. Kebetulan rumahnya menghadap kearah jalan.

Semakin dia hampir mendekati rumah, matanya menangkap seorang wanita berdiri dengan gelisah didepan rumahnya. Sepertinya itu wanita yang sama dengan yang Zara tabrak tempo hari. Untuk apa dia kesini lagi?

"Maaf. Apa yang anda lakukan dirumah saya?" Tanya Zara sopan. Mencoba melihat wajahnya dengan jelas.

Alangkah terkejutnya dia saat wanita itu membalikkan badannya. Belanjaannya jatuh dan berserakan dijalan. Zara mundur beberapa langkah saking terkejutnya.

"Ibu?"

"Zara. Anakku." Wajah wanita itu sudah basah karena menangis. "Maafkan ibu."

Air mata Zara mengalir seketika. Antara terkejut, sedih, dan bahagia. Bercampur jadi satu. Membuat Zara bingung harus mengekspresikannya seperti apa.

Tanpa dikomando, Zara menarik tubuh wanita itu memeluknya erat. Sangat erat sampai membuatnya sendiri sesak.

Dia sangat merindukan wanita ini. Sangat. Walau saat itu dirinya masih kecil. Saat ibunya pergi dari rumah. Persetan dengan masalah apa yang terjadi antara ibu dan ayahnya dimasa lalu.

"Maafkan ibu telah meninggalkanmu hari itu, Zara." Ucap wanita itu setelah Zara melepas pelukannya.

"Ayo masuk dulu, Bu. Ada banyak yang ingin ku pertanyakan padamu."

A Whole New WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang