Eighteen

4.3K 504 11
                                    

Kika's pov

"Udah merasa lebih baik?" Waterio nanya dengan wajahnya yang super lembut saat gue membuka mata. Dia duduk disamping ranjang yang gue tidurin.

Gue senyum terus ngangguk.

Dia usap kepala gue dengan lembut. "Gue nyuruh Nadia kesini. Rose gak bisa ikut karena dia harus ke Mataram untuk praktek lapangan bareng Gio."

"Gue jadi negrepotin banyak orang, terutama lo." Gue berkata dengan sungguh sungguh.

Dia gak jawab, cuma senyum manis dan nampilin kedua dimples dipipinya. Gue bener bener beruntung punya sahabat kaya mereka, karena sendirian untuk menghadapi Julian itu bukan ide yang bagus.

Ah.. Julian, gue sama sekali gak nyangka bakal denger kabar semenyakitkan ini dari seorang yang sangat gue sayangi dan gue percaya setengah mati. Sebagian diri gue yakin bahwa bukan Julian yang menghamili Enji tapi sebagian lain mengatakan hal yang sebaliknya.

"Waterio, lo mending balik ke Indonesia, kasian Maira dia jauh lebih butuh lo ketimbang gue. Lagian Nadia bakal kesini." Gue bangun dan bersandar ditepian.

"Enggak, gue gak akan kemana mana. Lo butuh gue, Maira bakal ngerti."

Gue menggelengkan kepala gue, "Lo gak akan tahu perasaan seseorang, Bisa aja diaa sakit saat tahu lo malah disini berdua sama gue."

"Udah jangan terlalu banyak mikir, gue gak mau lo sakit."

Dia bangkit dari kursinya dan berjalan keluar kamar. "Gue perlu jemput Nadia dulu. Lo jangan kemana mana ya."

Gue gak sempat menjawab, hanya melihat punggung tegapnya menghilang dibalik pintu. Semua jadi kacau, dan kalau udah begini siapa yang bisa gue salahin?

Gue masih diam dan menatap kosong kearah jari jari gue. Sampe bel apartemen bunyi. Gue bahkan gak punya keinginan untuk bangun dan membukakan pintu, tapi suara bel terus terusan bunyi bikin kepala gue berdenyut.

Mau gak mau gue bangun dengan langkah yang sangat gontai untuk membuka pintu.

Saat pintu terbuka, seseorang menerobos masuk dan nabrak badan gue, membawa gue kedalam pelukannya. Gue udah menduga dia pasti bisa menemukan keberadaan gue disini.

"Lepasin." Gue berbisik lemah.

Lemah emang gue kalo udah begini. Menye banget.

Julian gelengengin kepalanya dan makin menenggelamkan kepalanya diceruk leher gue.

"Lepasin, gue mohon." Gue meminta sekali lagi dengan lirih.

Gue ngerasain bahu gue basah. Julian nangis gue tau.

"Please. Percaya sama gue Ale. Gue gak ngehamilin dia.."

Gue bergeming. Hati gue rasanya sakit banget denger suara Julian. Tapi gue gak bisa berontak lebih jauh. Gue tau dia sama terlukanya kaya gue.

"Alea Kirana.. Ngomong dong.." Dia melonggarkan pelukannya dan menunduk untuk liat wajah gue yang udah dibanjiri air mata.

"I need a time. Dan buktiin sama gue bahwa anak itu emang bukan anak gue. Selama lo belum bisa buktiin gue gak bisa nemuin lo..

You hurt me so deep Julian." Gue melepaskan pelukannya dari tubuh gue dan berbalik, berjalan ke arah kamar ninggalin Julian yang masih mematung di tempatnya.

Friends With Benefits ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang