Twenty

4.2K 530 27
                                    

Julian bukan lagi Julian yang ceria dan ramah sama semua orang sejak Kika jauh dari dia, ditambah lagi dengan keberadaan Enji yang selalu minta Julian untuk ada didekat dia setiap waktu.

Perempuan imut itu bener bener dua kali lipat lebih manja dan nyebelin dimata Julian sejak dia hamil.

"Ian, usapin punggung aku dong tolong." Katanya sambil baca majalah dan duduk disofa.

Julian gak menjawab apapun dia ngedeket ke arah Enji dan ngusap punggung gadis itu.

"Kamu jadinya kapan mau nikahin aku?" Tanyanya dengan suara pelan.

"Gak akan pernah. Gue ada disini juga karena Kika yang minta. Sekalipun itu bayi gue, gue gak akan pernah nikahin lo."

Enji menoleh dengan cepat.

"Kamu tuh.." Gak lama perempuan itu nangis dan senggukan.

Julian mutar bola matanya malas. Kalo Kika yang nangis kaya gini pasti Julian udah panik dan nawarin seisi dunia demi bikin Kika berenti nangis.

Tapi sama Enji, dia cuma natap datar dan gak melakukan apapun bahkan sampe cewek itu berenti nangis dengan sendirinya.

"Emang udah gak ada tempat sama sekali untuk aku ya?"

"Enggak."

"Tapi aku ini calon ibu dari anak kamu."

"Gak usah mimpi lo." Julian mendengus kasar dan bangun dari kursi make jaketnya terus keluar dari apartemen. Baru aja dia mau masuk lift Enji ngejar dia dan nahan tangan Julian.

"Please, aku gak mau sendiri." Dia natap Julian dengan wajah sendu.

Julian lagi lagi keinget pesan Kika bahwa selama dia belum tau kepastian soal bayi siapa yang dikandung Enji, dia harus selalu sedia nemenin cewek berambut pendek ini.

Mau gak mau dia balik lagi, nemeni Enji seperti semula.

Sampe sebuah panggilan masuk bikin Julian mau mati saat itu juga.

"Julian, Kika over dosis. Gue gak tau jelasnya kaya gimana yang jelas gue sama yang lain udah on the way bandara buat flight ke singapura." Suara Gio sarat akan kekhawatiran dan dunia Julian bener bener runtuh.

Dia bangun dan buru buru keluar dari apartemen Enji tapi lagi lagi cewek itu nahan.

"Lo pergi, gue akan bunuh diri gue dan bayi lo." Dia ngomong sambil megang tangan Julian erat.

Seharusnya Enji tau, Julian bahkan ada disini hanya karena Kika. Mati atau hidupnya Enji disini bukan suatu perkara penting untuk Julian.

"Julian gue serius."

Julian hempas tangan Enji dengan keras dan berjalan keluar tanpa sepatah katapun. Meninggalkan gadis itu dengan hati yang hancur sehancur hancurnya.

Disepanjang perjalanan menuju bandara, Julian terus berdoa pada Tuhan agar kejadian dimasa lalu tidak terulang kembali. Tidak lagi, jangan lagi.

"Kika sayang.. aku dateng.. please please please wait for me to come to you.." julian berbisik lirih sembari memegang dadanya, dimana jantungnya berada. Tempat dimana ia selalu menganggap Kika sebagai pemilik detak yang masih berbunyi hingga saat ini.

Friends With Benefits ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang