Twenty-one

4.2K 538 14
                                    

Julian sampe Singapura sama yang lain, dan langsung nyamperin Kika yang udah ada dirumah sakit. Pikiran sama hatinya udah bener bener gak karuan, dia gak nyangka kejadian terburuk yang pernah terjadi pada Kika bisa terulang lagi, dan kali ini gara gara dia.

"Ian, tenang. Kika bakal baik baik aja." Gio terus terusan ngasih dukungan buat Julian karena sahabatnya gak ngomong apapun sejak nyampe bandara.

"Dia lebih kuat dari yang kita tau. Lo harus percaya sama Kika." Ken ikut ngasih support.

Sedangkan Waterio sama diamnya kaya Julian. Dia terlalu shock untuk kejadian ini. Dan dia juga menyalahkan dirinya sendiri karena gak selalu ada untuk Kika.

Nyampe rumah sakit Julian langsung masuk keruangan dimana Kika dirawat. Sementara yang lain menunggu.

"Jangan nangis terus Nad. Kika bakal baik baik aja aku yakin." Ken membawa Nadia kedalam pelukannya, karena gadis itu terus saja menangis mengingat wajah Kika yang tak berdaya dan tanpa warna.

Ken terus memeluk Nadia menenangkan gadisnya padahal hatinya sama kacau dan sakit melihat kondisi Kika.

"Yo, kalo sampe aku kehilangan Kika. Enji bakal aku hancurin sampe sehancur hancurnya." Rose berkata dengan dingin. Airmatanya bahkan sudah mengering meskipin jejaknya masih terlihat jelas.

"Kita akan hancurin dia. Kamu gak akan sendiri. Aku sama kamu. Kita sama sama." Gio menatap lurus kearah pintu dimana Kika berada.

Sedangkan Waterio, hanya terduduk dengan lelah menunggu hingga gilirannya tiba untuk melihat Kika. Menemui sahabatnya yang telah lalai ia jaga. Jika saja ia lebih peka dan mengerti, Kika tidak akan seperti ini. Kika tidak akan masuk lagi kedalam ruangan HCU seperti beberapa tahun silam.

***

"Hai sayang.. ini aku Juliannya kamu. Lama ya aku datengnya?" Julian duduk disamping Kika yang berbaring lemah dengan alat medis yang menempel ditubuhnya.

"Kika.. jangan gini sayang. Aku mohon.. Aku udah turutin maunya kamu, aku selalu baik sama perempuan itu. Demi kamu. Tapi kamu malah jahat sama aku kaya gini.."

"Bangun sayang.." Julian mengecup lengan Kika yang terlihat lebih kecil sejak terakhir kali mereka bertemu.

"Kalo kamu bangun, kita langsung nikah aja. Biar gak ada yang acak acakin lagi hubungan kita.."

Hening. Dan Julian menangis.

Hanya ada suara isakan yang lolos dari tubuh Julian dan suara pemantau alat vital tubuh gadisnya.

"Kika.. aku udah bangun rumah untuk kamu. Diatas bukit. Persis kaya yang kamu mau. Warna kuning dan banyak anjingnya. Bangun yuk masa kamu gak mau liat?"

Julian semakin merasa sesak tatkala dia melihat Kika tetap damai dalam tidurnya, tenang dan tak tersentuh. Seolah mengabaikan sesak dan perih yang Julian rasakan didalam dadanya.

Dia menelusuri wajah Kika, mengusap pelan pipi gadisnya. "Aku gak akan maksa kamu bangun kalo kamu belum mau, kamu boleh tidur yang puas. Tapi inget sayang, kamu harus pulang dan kembali sama aku.

Kalo aku boleh minta, jangan terlalu lama ya? Aku kangen kamu.. i miss you, i miss you Alea.."

Friends With Benefits ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang