MONSTER
Saat ini Renjun sedang berada di ruang tengah.
Setelah menangis dia sibuk berkutat dengan ponsel meskipun hidungnya bercucuran darah dan bagian kanan atas mata kanannya lebam.
Tapi sepertinya aku masih mempunyai hati.
Aku berjalan ke arah dapur mencari kotak obat.
Tidak mungkin aku tidak tahu setiap inci apartemennya!
Aku berjalan mendekat.
"Ayo, bersihkan lukanya."
Renjun tidak menjawab, ternyata dia masih menjadikan ponsel itu dunianya sekarang.
"Renjun."
Pergerakannya terhenti.
"Biar kubersihkan lukamu." kataku sekali lagi.
Laki-laki itu tidak menjawab, dia mengunci layar ponselnya dan membantingnya ke ujung sofa.
Aku mendekatkan diri, duduk disampingnya saat Renjun mulai bersandar dan memejamkan matanya.
Aku mengambil kapas basah dan membersihkan darah diantara hidung sampai bibirnya.
Sementara kudiamkan kapasnya, aku mengambil kapas basah lain dan membersihkan dahinya yang berdarah. Seperti luka sayatan, tapi aku juga tidak tahu pasti.
Lagi, aku mengambil kapas basah lain dan membersihkan area matanya yang lebam.
"A-akh!"
Aku menjauhkan tanganku.
"Ck, pelan-pelan!" katanya.
Setelah beberapa detik, aku kembali menyapu kelopak matanya yang lebih terlihat seperti membengkak.
"Apa yang terjadi padamu?" tanyaku.
Dia tidak menjawab.
"Renjun,"
Lagi, tidak ada jawaban.
Ah, hatiku rasanya perih untuk hal-hal seperti ini.
Setelah bagian-bagian lukanya kubersihkan, aku mengganti kapas-kapasnya. Juga memakaikan kapas beralkohol untuk bagian dahinya.
Setelah selesai, kukumpulkan sampah kapasnya dan kembali merapikan kotak obatnya.
+
Kami memang selalu tidur satu ranjang akhir-akhir ini meskipun rasanya aku selalu tidur dengan orang asing.
Renjun benar-benar berubah menjadi seseorang yang dingin dan apatis lebih dari dua minggu ini.
Sebenarnya tidak masalah. Cenderung bagus kalau dia terus bersikap seperti ini dan membebaskanku pergi!
Aku sudah menaikkan selimut sampai dadaku dan sudah menutup mataku.
Disampingku, laki-laki itu kulihat tadi dia menatap langit-langit kosong.
"Kau kenapa tidak membiarkanku?"
Itu suaranya.
Tapi aku tidak mengerti arah pertanyaannya.
"Membiarkanmu untuk apa?" tanyaku.
"Untuk terus terluka seperti tadi, danㅡ" bisa kurasakan Renjun merubah posisi tidurnya. "membiarkanku mati."
"Aku tidak mau." kataku.
Kudengar Renjun tertawa, sarkas.
"Kau selalu ingin pergi dariku, bukan? Kalau aku mati, akan lebih mudah bagimu meninggalkanku. Kita tidak akan bertemu lagi selamanya."
Perhatikan bicaranya, dia masih tetap saja.
"Kubilang aku tidak mauㅡ"
"Ah tapi kalaupun aku mati kau tidak akan kubiarkan bebas." kudengar dia menjetikkan jarinya. "Kau juga akan menyusulku dengan cara membusuk dihadapankuㅡ"
"Aku tidak akan pernah mau melakukannya!" potongku.
Setelah pekikkanku, disini tidak terdengar apa-apa lagi. Aku bahkan cukup terkejut dengan suaraku sebelumnya.
"Aku bukan monster sepertimu."
Lalu setelah kukatakan itu disini hening, aku tidak tahu Renjun mendengarnya atau tidak.
episode 21
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER: Apocryphal
Fanfiction❝i broke myself to fix you.❞ ©lie-ar 2018 [ not revised ] TW ⚠️ This book contains sensitive material relating to: Violence, Suicidal, Mental Issues, Child Abuse, Physical Abuse, Family Issues, Self-Harm, Suicide Attempt PG-15