28. WHAT THE HELL!?

11.2K 2K 460
                                    

MONSTER

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MONSTER

































"Jadi," aku menggantungkan ucapanku seraya mengikat rambutku. "bagaimana tentang kita?"

Renjun menoleh.

"Tentu saja kau akan baik-baik saja."

Kenapa dia malah mengatakan kau bukan kita? Apa ini artinya dia memang akan meninggalkanku?

Laki-laki bertubuh tegap yang tadi datang, disusul dua orang lainnya dan membawa mayat yang ternyata Renjun simpan di kulkas.

Keterlaluan.

Kenapa hidupku semengerikan ini.

"Renjun"

"Hm,"

"Kau bilang kau ingin menjadi normal."

Dia melirikku.

"Kalau begitu ayo."

"Ayo apa?" tanyanya.

"Ayo berusaha. Satu-satunya jalan, bukan?"

"Apa maksudmu?" tanyanya.

"Bagaimana dengan psikiater?"

"Aku tidak layak bahagia. Jangan mencoba meminta bantuan pada orang-orang sejenis mereka." jawabnya.




Huh?




"Kalau begitu darimana selama ini kau dapatkan obat-obat itu?" tanyaku.

"Aku bisa mendapatkan obatnya dengan uang, bukan dengan psikiater."





Ya, memang benar. Aku juga tahu, sialan.





"Lalu kau pikir caranya menjadi normal bagaimana!? Dengan membiarkan semuanya terus berjalan seperti ini!? Mengandalkan obat sampai mulutmu dipenuhi busa!?" suaraku setengah memekik memenuhi ruangan.

Lihat, ternyata benar. Aku menjadi lebih sensitif.

"Aku tidak mau berurusan dengan psikiater lagi, Lily. So many otherㅡ"

"There's no other way." potongku.

Renjun diam.





Akan lebih kuperhatikan dia mulai saat ini. Seperti tadi saat laki-laki yang datang tidak mendengar perintahnya, Renjun membentaknya hanya karena laki-laki itu masih bicara.

Tingkat emosinya masih begitu tidak stabil.





"Kapan terakhir kali kau berhubungan dengan psikiater?"

"Aku tidak mendengarmu."

"Renjun!"

"Two years ago."

MONSTER: ApocryphalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang