MONSTER
Renjun sudah bisa keluar besok.
Mengenai administrasinya, tidak perlu khawatir. Bahkan laki-laki bertubuh tegap yang pernah kulihat waktu itu datang untuk mengurusi administrasi dan mengatakan:
"Tuan tidak bisa menemuimu dan sekali lagi, kau diminta kembali tinggal di Jilin."
Kemudian entah kenapa dia diam-diam mencuri tatapan ke arahku beberapa kali. Aku jelas tahu itu.
Tapi apa maksudnya?
"Baik, kita jadwalkan terapinya." ujar Kun yīshēng saat kami semua sedang berada di ruang rawat Renjun.
Aku sedang menyuapi Renjun dengan mata sesekali fokus pada televisi yang menampilkan drama yang akhir-akhir ini baru saja tayang.
"Jadi kapan?" tanyaku.
"Setiap hari."
"HUH!? Are you kidding me!?" Renjun setengah membentak.
"Hey!" pekikku saat dagunya menabrak sendok.
"Dimana matamu!? Ini lengket!"
"Aku tidak melakukan apapun!" aku melakukan pembelaan.
"ARGHㅡSHUT UP!" Kun yīshēng memejamkan matanya.
Aku mengambil tisu di nakas dan mengusap dagu Renjun.
"Memangnya di dagumu ada lubang?" gumamku pelan.
"Huh!? Kau mengatakan apa!?" gertaknya.
"Memangnya aku mengatakan apa?" elakku.
"Tutup mulut kalian!" Kun yīshēng sepertinya berniat berteriak karena suaranya tertahan sekarang.
Kun yīshēng, aku mengerti. Hanya saja sialan ini selalu marah-marah.
"Kau tidak sadar?"
Aku menoleh. Namun ternyata Kun yīshēng bukan melemparkan pertanyaan itu padaku.
"Sadar kalau tempat ini jelek sekali?" Tanya Renjun.
"Bicara yang benar." nada bicara Kun yīshēng tidak membentak, namun tegas.
"Sadar apa?" Renjun bertanya balik kemudian setelahnya menerima suapan makanan dariku.
"Emosimu semakin tidak bisa dikendalikan."
"Lalu apa!?"
"Lihat! Kau baru saja membuktikannya!"
Ah, benar. Tapi aku merasa mereka berdua bipolar.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER: Apocryphal
Fanfiction❝i broke myself to fix you.❞ ©lie-ar 2018 [ not revised ] TW ⚠️ This book contains sensitive material relating to: Violence, Suicidal, Mental Issues, Child Abuse, Physical Abuse, Family Issues, Self-Harm, Suicide Attempt PG-15