*gif nya anggap ada weh lah*
MONSTERAku menahan tangisanku saat laki-laki ini lagi-lagi memelukku erat tapi saat kuminta lepaskan, dia tidak akan menjawab. Dia bertingkah seolah-olah dia tertidur nyenyak.
"Renjun, ini sesak..."
Dua tangannya melingkar erat, aku bisa mendengar dengkuran halus dibalik tubuhku padahal jelas-jelas aku tahu dia sama sekali tidak tidur!!!! Dia berpura-pura tidur dan ini bukan yang pertama kalinya.
Tangisanku tertahan saat mencoba melepas tangannya, tapi bahkan dia mengeratkan pelukannya. Aku bersumpah dia mengeratkan rangkumannya.
"Kalau kau seperti ini, aku takut..."
Siapapun, tolong aku.
+
Aku takut. Hari-hariku semakin menyeramkan.
Pagi ini, aku pergi ke dapur berniat mengambil segelas air tanpa mematikan lampu kamar.
Semenjak berada disini aku tidak bisa tertidur setiap malam. Tempat seaman apapun aku tidak akan terasa aman jika harus dengannya. Semakin dekat dengannya, perasaan takut dan cemasku semakin membesar. Sebenarnya aku selalu ingin keluar tengah malam agar bisa tidur dimana saja asal tidak disampingnya.
Tapi seperti selalu yang tak kuinginkan, aku tidak pernah bisa melarikan diri. Renjun akan mengunci pintunya dan yang lebih menyeramkan, dia selalu bertingkah seperti semalam.
"Boleh aku bertanya?"
Aku sedikit terperanjat dan berbalik, "Selamat pagi." ucapku.
"Maaf, mungkin terlambat bagiku untuk menanyakan ini. Tapi selama ini tidak pernah ada waktu yang tepat." alih-alih menjawabku, Kun yishēng kembali bicara.
Aku mengangguk.
"Setelah ini, selain Renjun, aku juga ingin kau merasa baik-baik saja."
Mendengar dia berkata begitu aku butuh waktu beberapa saat untuk mengerti bahwa tanpa perlu bertanya dia tahu aku melalui masa-masa yang membuatku tidak baik-baik saja. Tapi aku butuh kalimat yang lebih jelas.
"Apa kau ingin pulang?" tanyanya.
"Maaf?"
"Dimana keluargamu?"
Aku hanya tersenyum kecut.
"Mereka pasti mencarimu."
"Nope."
"Itu aneh."
"Tidak, mereka tidak aneh. Hanya aku."
"Huh?"
Aku memainkan ujung-ujung kukuku.
"Kalau seseorang pergi dari hidupmu dan tidak lagi kembali. Apa kau akan mencarinya?" tanyaku.
Kun yishēng diam.
"Tentu saja jawaban setiap orang akan berbeda-beda. Kau baik, kau bisa saja mencari seseorang yang pergi itu. Begitupun keluargaku, mereka baik tapi aku tidak." lanjutku.
Sejauh ini aku selalu baik-baik saja hidup tanpa mereka. Hanya saja akhirnya aku menjumpai titik penderitaan yang bermuka dua bersama cinta dan kesenangan semata.
"Maaf." katanya.
Aku menoleh.
"Tidak perlu." aku terkekeh pelan. "Aku bodoh." lanjutku.
"Aku jugaㅡ"
"Tidak, kau tidak bodoh." potongku.
"Tidak. Maksudku, aku juga tahu kalau kau bodoh." lanjut Kun yishēng, selanjutnya dia tersenyum jahil menampilkan deretan gigi rapinya.
Sialan.
Aku tertawa kecil.
"Benar, aku bodoh." lanjutku dengan sisa tawa di bibirku, kuacungkan jempol ke arahnya.
Dia tertawa pelan.
"Temui mereka." ucapnya setelah tawanya mereda.
"Huh?"
"Kau mencintai Renjun?"
Aku diam.
"Kurasa kau lebih dulu mencintai keluargamu, kita semua sama."
Benar, kalimatnya hanya kembali mampu membuatku mengangguk-angguk.
"Lakukan apa yang ingin kau lakukan. Aku akan membantumu." katanya.
"Huh?"
"Setiap orang punya kesempatan untuk menikmati hidup yang lebih baik, bukan?"
Setelah sedikit perbincangan, Kun yishēng akan memasak sarapan dan menyuruhku kembali ke kamar untuk membangunkan Renjun.
Namun sesampainya di kamarㅡoh? Seingatku kutinggalkan dengan keadaan menyala. Apa mati lampu?
Tanganku bergerak ke arah tombol lampu dan lampu menyala. Aneh, kurasa akhir-akhir ini aku terlalu banyak berpikir sampai menjadi pelupa.
"Renjun," aku mengguncang tubuhnya pelan. "sarapanㅡ"
"Hmm." potongnya.
"Ayoㅡ"
Kalimatku tercekat sendiri ketika melihat dia langsung terbangun dan pergi begitu saja. Tidak ingin kupikirkan. Aku merapikan kamar dan duduk sejenak.
Sebenarnya apa yang aku lakukan selama ini?
Pertanyaan itu muncul lagi. Aku akan membantumu. Andai aku mati sebelum hari ini. Tubuhku bergerak sampai terbaring menghadap lurus ke langit-langit. Orang-orang ini orang asing. Dua orang asing ini berasal dari tempat yang berbeda. Iblis itu dari neraka, kalau malaikat itu dari surga. Aku sengaja menghindari sarapan, mendadak aku tidak ingin melakukan apapun.
Tubuhku berguling sampai ke ujung ranjang. Aku hanya terbaring menyamping dan memikirkan banyak hal di kepalaku. Renjun itu dari neraka. Kenapa aku baru menyadarinya sekarang.
Tunggu sebentar. Mataku jatuh menangkap sesuatu di lantai. Dihimpit antara ranjang dan nakas. Tanganku terulur meraih sesuatu yang sedikit berdebu itu. Rasanya seperti dihantam godam besar saat aku tahu bahwa itu botol obat yang pernah kulihat saat Kun yishēng memberikannya pada Renjun. Tapi kenapa obatnya tersisa banyak?
Sial, dia sengaja tidak meminum obatnya?
episode 36
HI GUISE I AM BACKKKKK
ILY
I LOVE YANGYANG
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER: Apocryphal
Fanfiction❝i broke myself to fix you.❞ ©lie-ar 2018 [ not revised ] TW ⚠️ This book contains sensitive material relating to: Violence, Suicidal, Mental Issues, Child Abuse, Physical Abuse, Family Issues, Self-Harm, Suicide Attempt PG-15