MONSTER
"Hei," sapaku, berniat membuyarkannya.
"Ahㅡya, hei." dia memejamkan matanya sejenak. "Tadinya kukira neraka berganti warna."
Hampir lucu.
"Memangnya kau tahu bagaimana neraka?"
"Warnanya merah." jawabnya.
"Bagaimana dengan surga?" tanyaku.
"Mungkin biru."
"Lalu putih untuk apa?" tanyaku lagi.
"Putih untuk rumah sakit."
Ah iya, kau memang selalu benar.
Renjun sadarkan diri setelah hampir empat jam dilarikan kesini.
Dia sudah mendapat penanganan lebih lanjut.
Aku duduk pada kursi tinggi disamping ranjang dingin sialan ini.
Bisa kudengar pintu terbuka, sepertinya seseorang masuk. Namun mata Renjun setengah melebar melihat siapa yang datang.
"Hěn gāoxìng zàicì jiàn dào nǐ."
Aku mendengar apa yang baru saja dikatakan psikiater Qian, artinya sangat senang melihatmu lagi.
Aku tahu karena itu yang Renjun katakan saat kedua kalinya kami bertemu di persimpangan jalan dekat minimarket dan bar.
Jangan tanya aku mendatangi yang mana, sudah pasti minimarket.
Kemudian ketika aku mulai menyukai Renjun, aku belajar sedikit bahasa mandarin tanpa tahu bahwa aku sebenarnya masuk perangkapㅡ
"What are you doing here, Kun yīshēng?"
Kun? Dia memperkenalkan dirinya Qian padaku.
"Memutus kontak dan menghilang, rupanya nomor teleponku tetap ada."
Mendengar itu, Renjun tiba-tiba menoleh padaku.
Sial, kenapa tatapannya selalu saja menyeramkan.
"I told you that I never deserve to be normal or happy, and I never will. And you know what? I'm too late to die!"
Pesimis.
"You are not God, Renjun. You deserve the same as othersㅡ"
"That's why!" potong Renjun, matanya menatap tajam lawan bicaranya dibalik tubuhku.
Sangat mudah terpancing.
"I never wanna be the same as others." lanjut Renjun. "Just leave everything like this, yīshēng."
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER: Apocryphal
Fiksi Penggemar❝i broke myself to fix you.❞ ©lie-ar 2018 [ not revised ] TW ⚠️ This book contains sensitive material relating to: Violence, Suicidal, Mental Issues, Child Abuse, Physical Abuse, Family Issues, Self-Harm, Suicide Attempt PG-15