Chapter 20:Asisten Pribadi

38 9 4
                                    

            ***
  Pagi hari aku langsung menyambat tas lalu pergi ke sekolah

"Cindy sarapan dulu,,,," teriak mama kedengaran sampai luar padahal aku sudah naik taxi

"ehm,,,pak ke alamat ini ya" aku menyerahkan alamat rumah Iqbal di selembar kertas kecil

            ***
   Widya tengah duduk di kantin membuka akun instagram dan melihat-lihat apa yang perlu dilihat. Dengan santai Aldi berjalan kerahnya lalu duduk disebelahnya

"hai Wid, sendiri aja, temen lo mana?"

"Cindy belum datang"

"ohhiya kok tumben tuh anak lama biasanya udah gosip sama lo disini, eh kok tumben juga si lo gak jualan olshop lo"

"lagi gak ada barang bagus dan modalnya juga lagi dipake buat yang lain"

"oh,,,ohya Wid entar lo dukung gue ya biar gue menang tanding basketnya ngelawan tuh temen lo yang jutek itu"

"kalok gue dukung lo entar Cindy marah lagi"

"lo perduli amat sih sama dia, apa enaknya si temenan sama orang jutek dan egois yang hobinya marah-marah kayak dia?"

"Aldi lo itu karena gak deket sama Cindy, dia itu aslinya baik lho gak kayak yang lo pikir"

"iya karena lo sahabatnya makanya lo ngomong kayak gini tapi terserah yang penting lo nanti harus dukung gue ya" Aldi mencubit pipi Widya

"kalok lo menang apa yang bakal lo lakuin sama Cindy"

"kan udah gue bilang dia bakalan gue jadiin jongos gue"

"kayak pembantu gitu?"

"iya bahkan lebih dari itu, gue akan suruh-suruh dia sesuai yang gue mau, enak banget gue ya punya asisten pribadi dalam seminggu"

"tapi lo jangan apa-apain Cindy ya"

"yaelah tenang aja gue gak bakal ngapa-ngapain temen lo itu"

"ya bukan, maksudnya jangan keterlaluan nyuruh-nyuruhnya"

"Widya lo itu sebenarnya dukung gue atau Cindy sih" Widya diam tak bisa menjawab, ia bingung

"katanya dukung gue" ujar Aldi lagi, Widya senyum terpaksa

            ***
   Aku sudah tiba didepan rumah Iqbal

"permisi,,,permisi,," aku menguatkan suaraku sambil mengetuk-ngetuk pagar besi rumah Iqbal

"permisi,,,assalamualaikum Iqbal, Iqbal" berulang-ulang aku menyerukan nama Iqbal sampai teriak-teriak tapi tak ada satupun orang yang keluar dari rumahnya

"ck, aduh gimana nih" aku terlihay bingung sekali, sudah lumayan lama aku berdiri didepan rumahnya sambil teriak-teriak seperti pengamen. Mau tak mau aku harus menelan pahitnya kekecewaan, aku pun terpaksa kembali kesekolah dengan tangan kosong

            ***
  Disekolah didepan kelasku Aldi dan Widya sudah menungguku dengan wajah kemenangan mereka, sementara aku, aku harus terima kekalahan

"hai nona jutek gimana? Udah siap tanding kita pagi ini, kebetulan gue udah minta ijin sama guru olahraga buat pake lapangan dan beliau ngebolehin, ayo kita langsung aja tandingnya udah gak sabar nih"

"lo tanding aja sendiri"

"maksudnya apa nih?"

"gue ngaku kalah puas lo!"

"yes!!" Aldi bersorak kegirangan, ia menari-nari, melompat kegirangan hingga mengajak Widya dansa, aku terlihat kesal sekali"

"yes-yes! Wid akhirnya gue menang juga kan, yes gue menang, gue seneng banget Wid" Aldi mencubit pipi Widya

Mata HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang