Chapter 50: Berusaha Tegar

19 8 4
                                    

            ***
   Keesokan harinya aku tidak masuk sekolah, aku pergi kerumah sakit untuk melihat keadaan Indri

"ehh..sayang kamu gak sekolah" tanya mama sembari tersenyum, aku hanya menggeleng dan memandangi wajah Indri

"Cindy minta maaf ma, Cindy penyebab semua ini" mama dan Widy yang berada dikamar Indri juga menatapku sendu

"semoga Indri cepat sembuh, dia harus ketemu Iqbal" ujarku dengan mata yang berkaca-kaca, aku tak bisa menahannya lagi, aku keluar dari kamar Indri dan duduk di bangku tunggu

"Cindy.." ujar Widy memegang bahuku dari belakang, aku pun menoleh kearahnya dan segera menghapus air mataku

"kalok lo mau marah-marah sama gue gapapa kok gue terima" ujarku, ia pun duduk disebelahku

"gue minta maaf" ujarnya menatapku sendu

Malam hari sekitar pukul 1 malam, Widy keluar dari taxi dan segera masuk kedalam rumahnya, ia membuka pintu dan seisi rumah gelap, lalu tiba-tiba lampu ruang tamu hidup

"dari mana aja kamu?" tanya bg Kiki didekat stop kontak

"gak usah curigain gue deh bg, gue itu gak kemana-mana" ujar Widy kesal

"ya harus dicurigain lha, kamu itu anak perempuan pulang sampai larut malam gini, apa kata tetangga kita Wid, kamu jangan bikin masalah deh"

"ya tapi gue itu gak kemana-mana bg, gue dari rumah sakit, Indri masuk rumah sakit"

"masuk rumah sakit? Kenapa?" tanya bg Kiki sedikit khawatir

"ya siapa lagi penyebabnya kalok bukan sih Cindy ratu munafik itu!" ujar Widy ketus

"gue kesel tau gak sama dia bg, dia nusuk Indri dari belakang, dia jadian sama Iqbal dan itu buat kondisi Indri drop" bg Kiki semakin bingung dengan penjelasan Widy

"tunggu maksud kamu jadian? Astaga..Widy ini salah paham, mereka gak jadian, abg yang minta Iqbal untuk pura-pura nembak Cindy biar Aldi cemburu dan gak ngejer-ngejer Cindy lagi, ini salah paham dan abg juga ada disana waktu itu" jelas bg Kiki yang membuat Widy terdiam

"bg Kiki udah jelasin semuanya sama gue, maka dari itu gue minta maaf sama lo, gue.." Widy tak jadi melanjutkan kata-katanya, ia menunduk sembari menitihkan air mata

"eh..Wid, udah-udah lo jangan nangis, gue udah lupain semuanya kok" aku mencoba menenangkannya

"gue udah jahat banget selama ini sama lo Cin, gue gak tau apa kata yang tepat buat menebus semua rasa bersalah gue itu selain maaf" aku pun segera memeluknya

           ***
  Malam harinya, aku menemui papa dikamarnya, aku melihat papa sedang membaca buku diatas tempat tidur, aku pun mengambil tempat disebelahnya dan papa memelukku sangat erat

"kamu kok belum tidur?" tanya papa, aku hanya diam saja

"ini udah jam 11 lho sayang besok kan sekolah, apa mau gak masuk lagi?"

"gapapa kan kalok Cindy besok gak masuk lagi" tanyaku yang masih berada dipelukannya

"terserah kamu, ohiya gimana keadaan Indri, apa dia udah siuman?" tanya papa

"belum pa, dia belum sadarkan diri"

"ya..kita berdoa saja semoga dia baik-baik aja" kami diam untuk beberapa saat

"papa tau gak, papa itu adalah papa terbaik sedunia yang Cindy punya, Cindy sayang banget sama papa" ia pun semakin memelukku erat dari arah samping

"papa juga sayang sama kamu, papa sangat bersyukur sekali karena telah mendapatkan anak sebaik kamu yang selalu tegar dalam menghadapi segala hal, papa bangga sama kamu dan papa selalu minta sama Allah agar papa gak pernah pisah dari kamu dan kamu selalu bahagia" aku pun tersenyum

           ***
   Pagi harinya, aku berjalan menyusuri lorong rumah sakit dan saat aku melewati ruangan yang bertuliskan Ruang Dokter yang pintunya terbuka sedikit, aku melihat mama Iqbal yang sedang berbicara dengan sang dokter, aku pun mengintip sedikit

"saya mohon dokter tolong selamatkan anak saya, lakukan segala hal apa aja yang bisa nyembuhin dia, saya mohon dokter.." ujar mama Iqbal menangis

"cuma satu yang bisa kita lakuin, harus ada pendonor jantung dan hati untuk Iqbal, kita harus segera menemukannya buk" jelas sang dokter membuatku semakin sedih

"kalok gitu tolong dok, tolong usahain buat Iqbal, lakuin berbagai cara buat dia sembuh, saya gak kuat melihat dia nenderita terus"

"kami akan berusaha untuk menghubungi beberapa rumah sakit ternama untuk mencari stok donor jantung dan hati untuk Iqbal, ibu harus berdoa meskipun kecil kemungkinannya" jelas dokter lagi

Aku tak bisa berkata apa-apa lagi selain menangis dan perlahan aku meninggalkan ruangan itu, kata-kata dokter tersebut seperti menari difikiranku, aku berjalan menuju kamar Iqbal, saat aku membuka pintunya tampak raut terkejut diwajahnya

"Cindy.." aku pun perlahan menghampirinya, berusaha tegar dan tersenyum

"lo ngapain disini? Apa..apa lo udah tau tentang keadaan gue" ujarnya dengan suara yang rapuh, wajahnya juga tampak pucat sekali

"kenapa lo sembunyiin ini dari gue Bal, gue pikir kita sahabat dan gue bodoh banget udah jadi sahabat lo tapi gue sama sekali gak tau tentang keadaan lo" aku pun buru-buru menghapus air mataku yang terus saja menetes

"gue gak mau siapapun tau tentang keadaan gue, gue gak mau buat lo sedih tentang penyakit gue" ujarnya dengan menunduk

"kok lo ngomongnya gitu sih, ya ampun Bal kenapa harus sedih lo kan cuma sakit demam doang ya kan, gue juga sering sih sakit demam cuma gak sampek dibawa kerumah sakit kayak gini, gak kayak lo cemen banget sih jadi cowok" ujarku mencoba menghiburnya

"gue emang sakit Cin.." ia menatapku sendu

"iya udah lo tenang aja, semua pasti akan baik-baik aja, ohiya Indri juga dirawat disini Bal" ujarku, ia sedikit terkejut

"apa yang terjadi?" tanyanya khawatir

"gapapa kok dia baik-baik aja, cuma kecapekan doang, nanti kalok lo udah sehat lo jengukin dia ya, dia itu kangen banget sama lo" ujarku sambil tersenyum

           ***

Huaaaa.....segitu dulu ya, udah berasa pegel sih nulisnya

Setelah sekian lama gak up akhirnya up juga, semoga kalian tetap setia ya baca Mata Hati nya

Aku berharap banget nih dukungan dari kalian🙏🙏🙏

Pokoknya jangan lupa tinggalin jejak ya

Lopyuuu

Mata HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang