Chapter 32:Adu Mulut

45 10 5
                                    

"ngapain lo disini?" muncul suara tiba-yiba didekatku, saat aku menoleh ternyata si cowok tengil yang tengah berdiri tak jauh dariku

"lo juga ngapain disini?" ujarku sewot

"lo udah gak galau lagi" ledeknya

"udah timbul lagi sewot lo" tambahnya lagi sambil tertawa ringan

"lo belum jawab pertanyaan gue tadi, ngapain lo ada disini"

"lo juga belum jawab pertanyaan gue, ngapain lo disini huh! Oh..gue tau lo pasti ngikuti gue ya, iyakan!" ujarnya sangat PD

"ya...gue tau gue emang ganteng dan keren gak heran kok kalok banyak yang suka sama gue termasuk lo, tapi please deh lo gak perlu ngikutin gue kayak gini, gak cukup ketemu disekolah? Gue juga bosan kali ngeliat wajah lo terus" aku menatapnya sangat kesal sekaligus heran kenapa ada orang yang bentuknya kayak dia, udah tengil, sombong dan sok kecakepan lagi, aduh sumpah deh nih orang dikasih makan apa ya sama emaknya

"yakan lo ngikutin gue!"

"aduh...mending kalok ngomong disaring dulu deh, udah salah kepedean lagi, kurang kerjaan banget gue ngikutin lo atau jangan-jangan lo lagi yang ngikutin gue"

"untuk apa gue ngikutin lo, idih...sorry ya lo itu buka tipe gue, kalok lo tadi princess Syahrini mah gue jabani sampai ke ujung dunia, nah ini lo cewek jutek yang hobby nya marah-marah kayak emak-emak yang gak dikasih uang belanja sama suaminya"

"lo pikir lo ok, sorry ya lo juga bukan tipe gue, bahkan lo itu lebih cocok sama anak kambing daripada sama manusia, bahkan lebit imutan anak kambing lagi daripada lo" ujarku sangat kesal

"lo itu gak cocok tau gak dikejar-kejar sama cewek-cewek cantik, gak usah ge'er deh lo, cuma cewek bodoh yang mau sama lo, mata lagi katarak kali pas liat lo" tambahku lagi

"lo juga gak pantas sama Iqbal, untung aja Iqbal gak suka sama lo, gue berterima kasih banget sama Tuhan karena mata hatinya Iqbal udah dibukain dan gak milih lo"

"yee...bodoh amat, gue sih gak masalah, wlee..." ledekku

"maaf Aldi kamu dipanggil sama bu Sarah dikamarnya" ujar salah satu suster yang berjalan kearah kami

"ohiya sus, apa lo!" ledeknya kearahku

"ya apa? Aneh deh lo, uu..dasar cowok tengil, saraf lo" teriakku pada Aldi yang sudah berlari menuju kamar mamanya

"ehm..suster" aku berlari keci kearah suster yang tadi

"iya"

"ehm..mamanya Aldi dirawat disini"

"iya dek udah 3 hari"

"oh..." kemudian suster tersebut berlalu pergi

          ***
   Esoknya setelah pulang sekolah aku mengunjungi Indri dirumah sakit, aku berjalan dengan penuh semangat membawa sekotak cupcake kesukaan Indri yang biasa dibeli Iqbal untuknya

Aku berjalan terus menuju kamarnya. Saat sudah dekat dengan kamarnya, aku mendengar suara samar-samar dari dalam, aku memperlambat langkahku dan mencoba mendengarnya dengan jelas, aku pun masuk kedalam

"sekarang mama pilih, mama pilih aku atau mereka, kalok mama mau berubah aku jadi anak yang baik mama harus tinggalin mereka atau mama pilih aku yang pergi" Indri pun meraba tangan kanannya ingin melepas selang infusnya

"Indri jangan sayang..jangan, kondisi kamu masih lemah, tolong jangan kayak gini sayang.." ujar mama sembari menangis

"makanya mama ngertiin aku!" bentak Indri

"aku capek kayak gini ma, aku merasa hidup aku udah hancur dan sekarang tambah lebih hancur, aku benci sama ini semua, aku benci sama kalian" ujar Indri dengan nada tinggi, ia sangat marah dan menjadi pemberontak, tubuh selalu disingkarkan dari tubuhnya

"jangan begini sayang, tolong jangan kayak gini, mama sedih liat kamu kayak gini" aku dan papa tidak bisa berbuat banyak selain memandang satu sama lain dan miris melihat keadaan Indri yang mengamuk

"mama harus buat pilihan, mama mau tetap membangun keluarga yang seperti ini atau memperbaiki hubungan mama dengan anak mama sendiri"

"Indri mama gak bisa lakuin itu, kamu jangan kayak gini nak semua bisa dibicarain baik-baik"

"mama senang ngeliat aku seperti ini terus, mau sampai kapanpun aku gak akan pernah mau terima mereka sebagai keluargaku, mama mau sampai kapan nyiksa aku kayak gini, mau sampai kapan..." ujar Indri dalam tangisnya, aku semakin tidak tega melihat kondisi Indri tapi disatu sisi aku kasihan melihat papa yang sama sekali tidak pernah dihargai oleh Indri

"Indri berpikirlah positif dan dewasa, orang tua kita itu saling sayang Ndri, kamu gak boleh egois kayak gini" ujarku angkat bicara

"egois!" geram Indri

"egois kamu bilang, egois mana sama kalian yang sama sekali gak pernah minta pendapat aku untuk membentuk keluarga yang sama sekali gak pernah aku mau, aku gak pernah minta semua ini terjadi bahkan aku gak pernah nyangka kamu dan papa kamu bakalan masuk di kehidupan aku"

"Indri!" ujar mama kesal

Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi, aku meletakkan kotak cupcake tersebut diatas meja lalu berjalan keluar

Aku benar-benar tidak bisa meluluhkan hatinya, dia sama sekali tidak bisa mau mengerti. Dia selalu menganggap bahwa kehidupannya suram dan menderita dan dia juga selalu beranggapan kalau kami penyebab kehancuran dan pencipta penderitaan dihidupnya, padahal sama sekali tidak seperti itu, kalau saja dia bisa membuka hati dan pikirannya bahwa hidupnya itu jauh lebih indah, banyak orang-orang yang sayang kepadanya terutama Iqba, Indri mau sampai kapan kamu seperti ini?

Aku duduk disalah satu bangku taman rumah sakit sambil memandangi pasien anak-anak yang sedang bermain dengan para susternya, betapa bahagianya hidup mereka, penyakit yang mereka derita pun tidak jadi beban atau halangan bagi hari-hari mereka dan aku ingin Indri seperti itu, hidup ini indah jika kita selalu mensyukuri tapi Indri selalu aja pesimis

             ***

Baca part ini pake perasaan ya guys biar dapet feelnya

Jangan lupa tinggalin jejak

Lopyuuuu

Mata HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang