Chapter 56: Kenyataanya

15 4 2
                                    

                              ***
Malam harinya, saat Cindy sudah siap untuk tidur. Pintu kamarnya terbuka, Cindy menatap wajah itu begitu dalam lalu tersenyum

"mama.." mama Maura segera berjalan kearah Cindy dan langsung memeluknya erat

"maafin mama sayang mama baru sempat ngeliat kamu sekarang mama gaada saat kamu bangun, maafin mama.." mama memeluknya sangat erat sembari membelai-belai rambut kepala Cindy

"gapapa kok ma" ujar Cindy sembari tersenyum

                             ***
Esok harinya Cindy sedang berjalan-jalan di sekitar taman dengan menaiki kursi roda yang didorong oleh papanya

Ia juga berusaha berjalan dengan dibantu oleh papanya, karena ia mengalami koma yang cukup lama jadi ia agak kesulitan untuk berjalan, berkali-kali mencoba dan berkali-kali juga terjatuh

"Cindy pikir ini hanya masalah sepele ternyata sulit juga pa" ujarnya dengan penuh senyuman

"lo pasti bisa Cin" ujar Aldi yang muncul dari belakang tubuh papanya

"hai Aldi" sapa papa, Aldi pun segera salim kepada papa Cindy

"pagi om, apa kabar?" ujarnya ramah

"baik-baik, kamu?" tanya papa balik

"baik juga om" ujarnya

"ehm...sayang papa tinggal dulu ya perut papa mules, Aldi om minta tolong jagain Cindy sebentar ya" papa segera pergi dengan terburu-buru, Cindy hanya geleng-geleng kepala saja

"lo gamau nyoba lagi"

"gue gamau ngerepotin lo"

"gapapa biar gue bantu, lo harus sering-sering berlatih biar otot-otot kaki lo gak kaku" Aldi memegang kedua tangan Cindy untuk membantunya berdiri, Cindy sedikit canggung berada sedekat ini dengan Aldi dan Aldi terus memandang Cindy takjub

Dengan sembrono, Bastian terus menarik tanganku hingga mendekat kearah Aldi dan Cindy

"hai guys" sapanya sok akrab

"Widya..." ujar Cindy, aku yang masih kesal dengan Bastian terpaksa untuk tersenyum

"Widya dari tadi ngeliatin kalian dari sana tuh, dia gaberani nyamperin lo Cin makanya gue tarik kesini" ujarnya dengan menyunggingkan senyum kearahku, aku hanya merapatkan gigi menahan kesal

"gue gamau ganggu kalian aja" ujarku tanpa menatap mereka

"ya ampun ya enggak lha Wid" ujar Cindy

"ohiya dia siapa Wid?" tanya Cindy

"ohiya kenalin gue Bastian, lo pasti Cindy dan lo Aldi kan, gue ini sahabat barunya Widya" ujarnya dengan PD

"kepaksa" ujarku sewot

"kepaksa? Lah bukannya lo sendiri yang kemaren mohon-mohon sama gue, Bastian jangan tinggalin gue, gue mau lo jadi sahabat gue selamanya" ujarnya membuatku tambah malu, Cindy dan Aldi hanya senyum-senyum saja

"ohya kok kalian gak sekolah" tanya Cindy

"ha itu dia Cin, Widya ini mau bolos gara-gar mau jenguk lo eh tapi dia malah ngajak-ngajak gue"

"eh lo sendiri yang mau ikut" serobotku nyolot

"malah pas sampek sini gamau nemuin lo lagi gara-gara ada Aldi, makanya deh gue tarik dia kesini" ujarnya yang sangat membuatku kesal aku pun menendang kakinya dengan kuat, Bastian pun hanya meringis kesakitan

Aldi dan Bastian pergi untuk membeli makanan, meninggalkan kami berdua yang sedang duduk santai di taman

Aku duduk di salah bangku dan berhadapan dengan Cindy yang senyum-senyum memandangiku

"apa Bastian itu ada di buku catatan Mata Hati kita?" tanyanya, aku pun jadi salting dibuatnya

"apaan sih, emang dia siapa?" ujarku malu-malu

"emm..mana coba sini gue mau baca bukunya" Cindy mencoba mengambil tasku

"eeh..jangan-jangan, nanti ajalha pas dikamar jangan disini, entar kalok ada yang tau gimana" aku memeluk tasku erat-erat

"Bastian seru juga sih anaknya,  baik, ramah dan.....manis juga" ujarnya menggodaku

"ya terus kenapa?" aku berpura-pura tidak tau arah omongannya

"alah udah deh lo pasti suka kan sama dia, mana mungkin lo mau nerima dia jadi sahabat lo secepat itu"

"enggak kok gue ga suka"

"halah gue ga percaya" ujar Cindy

"Cindy gue ga suka sama dia! Dia itu cuma anak biasa yang sehari-harinya naek sepeda dan kerja paruh waktu, ga mungkin gue suka sama dia dari dulu yang gue suka itu cumq Aldi!" ujarku tegas, aku mulai berkaca-kaca

"hai" ujar Aldi memecah keheningan diantara kami

"lho Bastian mana" tanya Cindy

"dia ada urusan katanya makanya langsung pulang" ujar Aldi

Saat aku mengantar Cindy kekamarnya tak sengaja kami melewati kamar Indri dan melihat tante Maura yang bersandar dibahu suaminya menatap kearah Indri

"panasnya juga belum turun dok" tanya tante Maura

"seharusnya kondisinya membaik setelah diberi obat tapi kenapa panasnya belum turun juga" ujar dokter telah selesai memeriksanya

"Iqbal....Iqbal..." lirih Indri

"Wid kita harus ketemu Iqbal, Iqbal harus temuin Indri" ujar Cindy membuatku bingung harus jawab apa

"ehm..Cin kita kekamar dulu ya" aku segera mendorong kursi rodanya

"Wid ada apa sih sebenarnya, Wid...tolong kasih tau gue" ujarnya memohon

"Iqbal pergi Cin...dia udah pergi" ujarku yang langsung memeluknya

"dia pergi tanpa ngasih tau ke lo, dia gak ninggalin pesan apa-apa buat lo Cin"

"gue harus ketemu Iqbal Wid, gue harus kesana, gue mau liat dia Cin"

"kenapa dia pergi Wid...kenapa dia pergi ninggalin gue, gue belum sempat ngeliat dia" ujar Cindy terisak

                              ***

Mata HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang