***
Aku dan Iqbal sudah tiba disekolah, kami melewati mading sekolah, tak sengaja Iqbal melihat pengumuman yang ditempel disana"ini beneran Cin sekolah kita bakal ngadain camping ke puncak sabtu ini?" tanya Iqbal
"iyaa, terkhusus anak kelas X, lo ikut kan Bal?" Iqbal terdiam sejenak seperti memikirkan sesuatu
"hei" aku pun menyenggol tangannya
"lo ikut kan" tanyaku lagi
"kan lumayan Bal ngilangi stress, kita tuh harus ngeliat yang sejuk-sejuk, selama ini kan kita ngeliatin buku tugas...terus"
"ehm..iya sih, tapi gue tanya nyokap gue dulu deh"
"pasti dikasih lha, kan lo anak kesayangan, anak mami" ledekku menggoda
"eh apaan gue bukan anak mami ya" bentahnya tak terima
"terus anak siapa? Anak mami..Iqbal anak mami..anak mami.." ledekku sembari berlari kecil meninggalkannya
"eh Cin, gue bukan anak mami ya, enak aja lo" ia pun mengejarku, aku pun semakin menggodanya
Ia masih mengejarku hingga aku tak tau kalau ada orang dibelakangku, aku pun menabraknya dan hampir terjatuh kalau saja ia tidak menolongku
Jeda hening, saling diam dan saling tatap hingga beberapa detik mengiringi kami
"Cin, lo gapapa" tanya Iqbal yang tiba dihadapan kami
"makanya kalok jalan liat-liat dong, gak punya mata ya! Lagian ngapain lari-lari, kayak anak kecil!" ujar Aldi sewot dan menghempaskan tubuhku sangat kasar
"ih..yaudah sih biasa aja" ujarku sewot
"udah untung gue tolongin" Aldi pun pergi dari hadapan kami
"tuh anak emang benar-benar ngeselin ya, kalok ketemu dia bawaannya mau marah terus, kenapa sih ada orang senyebelin itu di muka bumi ini" ujarku kesal, Iqbal hanya senyum-senyum saja kearahku
"kenapa lo senyum-senyum gitu"
"kayaknya lo jodoh deh sama Aldi" ledek Iqbal, membuatku tambah kesal
Bisa-bisanya dia ngomong kayak gitu, ucapan itu kan doa, kenapa dia harus doain aku berjodoh sama Aldi yang sama sekali gak aku lirik sedikitpun, aku tuh sukanya sama kamu..Iqbal bukan sama Aldi sih cowok tengil_-
Didalam kelaa jam pelajaran b.inggris, guru sedang menulis di papan tulis
"eh Cin kalung lo bagus banget, lo beli dimana?" Widya memegang kalungku dan memperhatikannya dengan serius
"oh ini, ini dari..." aku tidak jadi melanjutkan omonganku, hampir aja aku keceplosan
"dari siapa?" tanya Widya penasaran
"dari, dari..nyokap, ia dari mama Maura"
"oh.." responnya biasa aja
Jam istirahat, aku dan Widya baru saja memesan 2 porsi mie ayam dan teh botol, kami pun segera mencari tempat sembari memegang nampan berisikan makanan dan minuman ditangan masing-masing, setelah dilihat-lihat ternyata semua tempat sudah penuh
"udah penuh Wid" sambil melihat ke sekeliling
"ehm..disana aja yuk gabung sama Aldi" seru Widya sambil menunjuk kearah meja yang hanya ditempatin oleh Aldi yang sedang makan, Widya pun segera menghampirinya
"hai Aldi, kita boleh gabung disini kan" seru Widya sambil duduk didekat Aldi, aku hanya berdiri sambil memandangi mereka
"Cin ayo duduk" pintab Widya, Aldi pun memandangiku dengan tajam
Sebenarnya males banget satu meja sama cowok tengil ini, tapi mau gimana lagi semua meja udah penuh..
"hei Wid, lo mau berdiri disitu aja" ujar Widya lagi
"mungkin dia mau makan di lantai kali Wid, kayak kucing" serobot Aldi sambil menyeruput minumannya, aku hanya menahan kesal karena tidak mau berdebat dengannya yang nantinya bakal bikin nafsu makan ku hilang, aku pum duduk disebelah Widya dan menikmati hidanganku, saat sedang santai makan tiba-tiba Iqbal datang
"gue boleh gabung kan, semua tempat udah penuh" ujar Iqbal, tanpa disuruh ia pun segera duduk disebelahku, ia membuka bekal makanan yang berisikan beberapa potong ikan, telur dan sayur-sayuran yang direbus, ia pun menyantap makanannya dengan lahap
"lo cuma makan kayak gitu Bal?" tanya Widya
"iya, kenapa?" jawab Iqbal santai sambil mengunyah
"sayuran yang cuma direbus gitu doang" tanya Widya lagi
"iya.." jawab Iqbal lagi
"emang kenapa sih Wid, kna sehat bawa bekal dari rumah daripada jajan sembarangan kayak yang kita makan ini belum tentu sehat tau" ujarku
"udah tau gak sehat kenapa dimakan" sambung Aldi sewot
"ya kebutuhan Al, kebutuhan perut, ya gak Cin?" ujar Widya sambil tertawa
"ohiya Cin, entar kita pulang bareng ya" ujar Iqbal membuat Aldi tersedak saat minum, ia pun jadi terbatuk-batuk
"ya ampun Aldi..pelan-pelan dong" Widya menepuk-nepuk punggung belakangnya
"boleh" ujarku kearah Iqbal
"gue mau ketemu sama Indri Cin, gue kangen banget sama dia" tambah Iqbal lagi membuatku sedikit kecewa
"jadi lo ngajak Cindy pulang bareng cuma mau ketemu sama Indri" sahut Aldi dengan wajah mengejeknya, ia menyunggingkan kesenangan diatas penderitaanku
"Iqbal..lo jahat banget sih, masa kangennya cuma sama Indri doang" ujar Widya yang ikutan sewot, namun Iqbal tak mengerti apa maksudnya dan hanya memasang wajah polos
"lo itu gak peka banget ya Bal" tambah Widya lagi yang langsung aku tendang kakinya dari bawah meja, aku memasang kode dari mimik wajahku untuk dia stop ngomong yang aneh-aneh
"ehm..tapi Bal, Indri nya gak ada dirumah" ujarku
"oh dirumah sakit ya" serunya
"enggak juga" jawabku
"terus?" tanyanya memandangku
"dia dipuncak, nginap di villa" jelasku langsung membuat Iqbal terdiam
Siang harinya, di les terakhir, aku pun ijin ke toilet, dengan berjalan sendirian menuju toilet, aku mendengar suara dentuman bola basket
Disana aku melihat Iqbal yang sedang asik dengan bolanya dan tak sengaja ia pun melihatku
"Cindy" ujarnya, aku pun hanya tersenyum
"sejak kapan lo disitu? Atau ini udah bel pulang ya?" aku hanya menggeleng pelan
"Cin kita tanding basket yuk" Iqbal mendribling bolanya didekatku
"gua gak bisa maen basket Bal" aku hanya memandanginya, ia pun mengelilingiku sambil fokus dengan bolanya
"yaudah sini biar gue ajarin, nih pertama coba dribling bolanya, ayo coba" Iqbal memberikan bolanya kepadaku, aku pun mencobanya namun tak kunjung bisa, karena kesal aku tendang saja bolanya
"ya ampun Cindy, santai dong" Iqbal mengambil bola tersebut dan memberikannya kepadaku lagi
"jangan mudah putus asa gitu dong, sini gue ajarin" aku merasa terkejut saat Iqbal berada dibelakangku dan memegang pinggangku, ia berada cukup dekat denganku lalu mengambil tanganku untuk mengajariku mendribling bola basket tersebut, aku jadi merasa dag dig dug, aku pun merasa senang dapat memandangi wajahnya sedekat ini
Tuhan..inikah yang namanya jatuh cinta, aku bisa sedekat ini dengannya, hanya memandang wajahnya.. bisa membuat hatiku nyaman, bolehkah aku punya rasa ini...dan bolehkah aku minta dia untuk jadi milikku Tuhan..aku tidak tau apa rencanamu kedepannya untukku Tuhan tapi ijinkan aku untuk bisa selalu memandangi wajah itu dan selalu bersamanya...
***
Jangan lupa vote and comment
KAMU SEDANG MEMBACA
Mata Hati
Fiksi RemajaPemeran Aku atau sosok bernama cindy yg selalu memandang baik setiap keadaan dan dengan tulus menyayangi orang-orang sekelilingnya dan selalu optimis setiap menjalani hari-hari nya.. Ia selalu memandang kehidupan dgn sisi baik dan juga memiliki hati...