Chapter 49:Iqbal yang sebenarnya

45 5 2
                                    

            ***
   Esoknya setelah pulang sekolah aku langsung ke rumah sakit karena hari ini papa akan pulang dari rumah sakit

Saat aku berjalan di lorong rumah sakit, aku melihat mama Iqbal sedang berbicara kepada salah saty dokter dengan raut wajah sedih, aku pun sangat penasaran, aku pun memantapkan langkahku untuk kesana namun belum juga sampai ada yang memanggilku

"Cindy" pekik suara dari arah kiriku, aku pun segera menoleh dan berbelok karena yang memanggil adalah mama Maura dengan papa yang berada di kursi roda

"papa" aku pun segera memeluknya dari belakang

"sayang mama mau urus administrasi dulu ya, kamu jagain papa dulu ya" mama pun segera pergi

Tak butuh waktu yang lama, mama pun sudah kembali

"ehm..ma-pa Cindy ke toilet bentar ya" ujarku

"disini kan ada toilet sayang" ujar papa

"e...iya airnya mati, Cindy cari toilet di tempat lain aja ya, daa..." aku pun melengos pergi

Aku segera menuju ke ruangan yang berada di ujung lorong tadi, setiap kamar ku intip melalui kaca yang terpasang di pintu

Saat berada dikamar paling sudut mataku terbelalak, jantungku berhenti seketika, otot-otot kakiku lemas dibuatnya, aku pun perlahan masuk ke kamar tersebut

Tubuhku terpaku diam melihat Iqbal terbaring lemah dengan selang infus ditangan dan masker oksigen dihidungnya

"Iqbal.." ujarku dengan gemetar

"Cindy!" ujar suara yang muncul dibelakangku

"tante apa yang sebenarnya terjadi?" tanyaku dengan suara lirih, mama Iqbal menangis sambil memalingkan wajahnya lalu berjalan mendekati jendela

"seharusnya tente kasih tau kamu soal ini sejak dulu" ujarnya sembari menangis, aku pun mendekatinya

"dia tak pernah pergi ke tempat neneknya, dia selalu kesini setiap kali kondisinya memburuk, dia memiliki kelainan jantung dan hati sejak kecil" ujar mama Iqbal dengan tangisan yang semakin pecah

"dokter bilang kondisinya semakin parah, udah gak ada harapan lagi umurnya gak akan panjang Cindy...Iqbal akan pergi ninggalin kita"

"tante ingin sekali bilang ini sama kamu tapi Iqbal gak ngijini, dia gak mau siapapun tau tentang penyakitnya" mama Iqbal menghela napas panjang untuk melanjutkan pembicaraanya

"sudah dari kecil dia menahan rasa sakit ini tapi kami gak bisa ngelakuin apapun untuk dia selain merujuknya kerumah sakit dan memberikannya obat-obatan, tante tau ini sangat melelahkan untuk dia tapi tante juga gak ingin dia pergi" ujar mama Iqbal yang tambah membuatku sedih

          ***
   Aku segera menghampiri mama dan papa yang sudah berada diluar rumah sakit sambil menunggu taxi

"sayang kamu dari mana aja,mama cari-cari dari tadi kamu gak ada" aku hanya diam saja sambil masuk kedalam taxi yang sudah datang

Setibanya dirumah, aku langsung turun tanpa mengucapkan apapun, kakiku lemas dan tak henti-hetinya aku menitihkan air mata, aku menghela napas panjang lalu memegang engsel pintunya dan membukanya secara perlahan

"siapa Wid?" tanya Indri pelan

"siapa lagi, ratu munafik! Pacarnya Iqbal!" ketus Widy dan raut wajah Indri pun berubah marah

"mau apa kamu kesini" ujarnya mulai kesal

"Indri gue" omonganku langsung dipotong olehnya

"udah! Aku gak mau dengar apapun lagi dari kamu, udah cukup! Tolong jangan ganggu aku lagi"

"Ndri gue cuma minta waktu sebentar aja buat ngomong sama lo, ini tentang Iqbal, please dengerin gue dulu" raut wajah Indri sedikit berubah, ia sepertinya ingin mengetahui banyak tentang Iqbal, namun

"udah sana pergi! Jangan ngomong apa-apa lagi tentang Iqbal, lo yang menang sekarang jadi urusin aja Iqbal sendiri" tegas Widy, aku diam sejenak untuk menguatkan diriku lalu menghela napas dan kemudian

"Indri lo perlu tau Iqbal lagi ada dirumah sakit sekarang, dia terbaring koma sejak 2 hari yang lalu, dia sakit In, dia sakit.." ujarku dengan air mata yang lagi-lagi tumpah

Indri merasa terkejut begitupun dengan Widy, matanya yang berkaca-kaca pun siap menumpahkan semua air matanya

"Indri.." ujar Widy yang ikut bersedih

"Iqbal.." ujarnya lirih sambil menangis, aku pun langsung keluar karena tidak sanggup melihatnya nangis seperti itu

"aku harus kesana Wid, aku harus kesana" jeritnya lagi

"iya tapi kamu lagi sakit In" aku terduduk sambil menangis menyandar di dinding sebelah kamar Indri

Indri masih berusaha untuk keluar menemui Iqbal, Widy, bik Idar dan mama pun ikut menahannya, namun belum juga tangisnya reda, Indri sudah jatuh pingsan dan mama segera merujuknya kerumah sakit

Aku terus menangis sambil mengingat pada saat jumpa pertama kali dengannya

"aduh ini bola siapa sih, main yang bener dong"

"sorry-sorry, sorry ya itu bola gue, gue gak sengaja"

"lo murid baru ya?"

"ohiya kenalin gue Iqbal"

"gue Cindy"

Dan pada saat di perpus, saat gak sengaja ia mendorong pintu keluar hingga mengenai aku yang hendak masuk

"aduh..aww"

"eh sorry-sorry, aduh maaf ya, ya ampun kena lo lagi, aduh...ini hari apa sih gue bisa sesial ini dari tadi pagi buat lo celaka"

"iya-iya, udah gapapa kok"

Dan setelah itu ia memplester jidatku dan membuatku bisa sedekat itu memandang wajahnya

Ada momen juga pada saat baru pulang dari makam, sialnya bam motor Iqbal bocor, ditengah hujan deras kami berdua mendorong motornya sampai aku kecipratan air peceran dari mobil yang lewat

"aduh..kurang ajar banget sih"

"ahahahaa"

"kenapa lo ketawa, emang lucu apa?"

"ekspresi wajah lo kecipratan air peceran lucu banget tau, ahahahaaa"

"ihh gue tinggalin juga lo baru tau"

"eh Cin, Cindy, bantuin dorong dong"

"bodo"

"kenapa bisa secepat ini? Kenapa engkau berikan penyakit untuk Iqbal...haruskah dia yang merasakan ini, apa rencanamu untuknya, aku gak mau dia pergi, aku ingin dia tetap disini, aku mohon jangan ambil dia Tuhan" ujarku lirih sambil menahan isak tangisku

          ***

Bismillahirrahmanirrahim..

Aku update Mata Hati lagi nih

Ohiyaa aku mau kasih info sedikit nih..buat kalian yg mana tau ada yg nungguin My Strange Man update maaf banget ya gak bisa update dalam waktu dekat, soalnya ntah kenapa kayak bermasalah gitu padahal aku udah nulis part selanjutnya😥

Aku jadi bingung nih😣kan gak mungkin aku hapus ceritanya:"(

Jangan lupa vote comment and share ya man teman


Mata HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang