Part Spesial

14 3 5
                                    

                             ***
   Aku selalu datang kesini, pagi, siang, sore, malam tak kenal waktu. Tapi entah kenapa rasanya hari ini hatiku begitu senang dan langkahku sedikit melambat, semangatku jadi berkurang seakan dipatahkan oleh seseorang yang baru saja keluar dari kamar Cindy

"hai Wid" sapanya dengan senyuman khasnya

"apa kabar" ujarnya lagi membuat jantungku tak kuasa menahannya, aku berlari pergi meninggalkannya dan menuju ke taman yang ternyata diikuti oleh Widy

"Wid" Widy memegang bahuku dengan lembut

"lo bisa cerita sama gue, biar hati lo lega, ada apa Wid?" tanyanya dengan lembut

"gue belajar untuk ngelupain dia Wid, gue belajar untuk terima kenyataan kalau dia memang bukan untuk gue, tapi apa? Dia malah muncul lagi dihadapan gue Wid, disaat gue udah berhasil ngelupain dia dan ngerelain dia pergi, kenapa dia harus balik lagi Wid...kenapa..."

"Widya... Lo harus lupain di kapanpun lo mau tapi lo jiga harus terima kalau dia disini buat Cindy. Sekarang Cindy lagi koma Wid.. Udah sebulan lebih dia belum sadar jadi gue harap lo bisa ngerti biar bagaimanapun Aldi berhak tau keadaan orang yang dia sayang" tutur Widy dengan lembut

"jadi lo yang ngabarin Aldi, kenapa Wid.. Lo mau bikin gue tambah sakit, lo mau bikin gue gabisa move on dari dia" ujarku kesal

"Wid gue cuma pengen_"

"ini semua salah abg Wid, maafin abg yang udah lancang ngabarin Aldi tanpa sepengatuan kamu" ujar bg Kiki yang tiba-tiba datang menghampiri kami

"kalian berdua mau gue terus-terusan terjebak di rasa sakit hati gue ini! Kalian pengen ngeliat gue sakit hati selamanya iya! Gue bisa terima dia ga suka sama gue tapi kalok sekarang dia balik lagi, gue belum siap hati gue masih sakit ngeliat dia" aku pun menumpahkan air mataku lagi dan Widy segera memelukku

                          ***
"maafin gue ya Cin kalau selama lo kenal gue hidup lo jadi kurang menyenangkan, gue terlalu kasar sama lo, pertemuan kita banyak diisi pertengkaran daripada persahabatan dan gue juga egois suka sama lo dan ngerusak persahabatan lo sama Widya, gue gabisa ngeliat lo kayak gini Cin...gue gabisa, please bangun Cin gue disini" ujar Aldi berlutut di samping tubuh Cindy dan menundukkan kepalanya didekat tangan Cindy, aku pun terduduk lemas disamping pintu masuk kamar Cindy

Aku berjalan ditengah rintik hujan yang perlahan membasahi tubuhku

"gue gabisa Cin ngeliat lo bersatu dengan Aldi, gue gabisa...tapi apa yang harus gue lakuin, gue udah jadi teman yang jahat buat lo dan gue juga sedih ngeliat keadaan lo yang sekarang, tapi gue masih cinta sama dia, gue harus apa Cin..." ujarku dengan terus menangis

                          ***
"ada apa Wid?" tanyaku dengan sangat khawatir saat tiba dirumah sakit

"kondisi jantungnya semakin memburuk, dokter udah gabisa berbuat banyak lagi untuk Iqbal" tutur Widy sendu

Aku berjalan gontai menuju kamar Cindy, aku terus terbayang dengan kondisi Iqbal, aku mendekat ke pintu kaca yang menampilkan tubuh Cindy yang sedang terbaring lemah

"lo harus bangun Cin, gue mohon... Lo harus liat kondisi Iqbal, dokter bilang jantungnya semakin memburuk, dia ga akan bertahan lama Cin... Apa yang harus gue lakuin supaya lo bangun Cin, supaya lo bisa ngeliat Iqbal meski di saat-saat terakhirnya" ujarku menangis

                            ***
Tiga hari kemudian, mencoba menghubungi tante Maura namun tak juga kunjung diangkat

Sebelumnya sekitar pukul 8 pagi, aku tiba dirumah sakit dengan membawa seikat bunga mawar putih dan merah. Aku berniat mengganti bunga di vas yang ada dikamar Cindy, tiba-tiba handphoneku berdering

"hallo assalamualaikum" jawabku

"waalaikumussalam Wid, Widya lo dimana, Wid kerumah sakit sekarang ya"

"iya ini gue dirumah sakit" potongku

"bagus deh, Wid tolong jagain Cindy ya, gue sama tante Maura, papanya Cindy dan bik Idar lagi coba nenangin Indri, dia histeris lagi Wid"

"kenapa?"

"Iqbal udah pergi Wid" ujarnya dengan menangis

"apa?" jantungku terasa berhenti berdetak saat mendengarnya dan saat itu juga handphoneku terjatuh

"Iqballl!!!" jerit Indri dikamarnya, ia berusaha melepaskan diri dari pelukan tante Maura

"istigfar sayang, istigfar nak" ujar tante Maura

Aku segera beranjak kekamar Cindy, hatiku miris sekali menatap wajahnya. Apa yang harus aku lakukan saat ia bangun nanti

Setelah mengganti bunganya di vas, aku pun mendekat kearahnya, aku duduk disebuah kursi dan menggenggam tangannya

"gue sayang banget sam lo Cin... Gue mohon demi gue lo harus bangun, gue ga kuat Cin terus-terusan menahan beban kesalahan gue, gue janji akan jadi sahabat yang baik buat lo, gue janji..." aku terus menangis dan menundukkan kepalaku

Lalu satu persatu jari-jemari Cindy yang ku genggam mulai bergerak, aku pun menatapnya dalam ternyata benar tangannya mulai bergerak dan matanya perlahan terbuka

"Cindy" ujarku senang

Ia mencoba menetralkan pandangannya, ia terus mengedipkan matanya dan mencoba mengamati sekitarnya, aku pun segera memanggil dokter dan suster dan segera menghubungi tante Maura namun tak ada jawaban, akhirnya aku memilih untuk menghubungi Widy

"saya tinggal dulu ya, nanti kalau ada keluarganya sudah datang suruh temuin saya" ujar dokter dengan ramah

"iya dok" ujarku diiringi dengan senyuman

Cindy masih melihat-lihat kesekeliling, aku pun memandangi wajahnya dengam senyuman manis, aku masih tak percaya dengan semua ini, Allah begitu baik padaku, ia langsung mengabulkan doaku dan aku juga orang pertama yang melihat ia bangun

"Cindy" ujarku menggenggam tangannya

"gue seneng banget Cin bisa ngeliat senyum lo lagi" ujarku dengan mata yang berkaca-kaca, ia pun membalas genggaman tanganku

"gue juga seneng bisa ngeliat senyum lepas dari wajah lo itu" ujarnya yang membuatku menitihkan air mata

                             ***

Ini part spesial karna si Cindy udah sadar ya, selamat Cindy karna udh kembali di kehidupan penuh drama ini😂😂😂

Jangan lupa vote, comment and ajak temen-temen kalian buat baca cerita ini gengs

Mata HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang