***
"Cindy..." seru Widy membuka pintu diikuti oleh papa Cindy"sayang kamu udah bangun nak" ujar papanya seraya memeluk Cindy dan menciumi kepala Cindy dengan penuh kasih
"ohiya om tadi kata dokter om disuruh nemuin beliau di ruangannya" ujarku
"ohya, yauda papa keruangan dokter dulu ya sayang" ujar papanya
"Cindy.." Widy langsung memeluknya saat Cindy berusaha untuk duduk
"gue seneng banget bisa ngeliat kalian lagi" ujar Cindy
"justru kita yang seneng ngeliat lo udah bangun Cin, sumpah kita tuh gelisah banget setiap hari ngeliat badan lo yang tergolek lemah diatas ranjang" ujar Widy,aku pun mengangguk ikut menyetujui omongannya
"gue seneng banget punya sahabat yang selalu perduli sama gue" kami pun mempererat pelukan kami
***
Malam harinya, aku berkunjung kerumah sakit untuk menjenguk Cindy, ternyata ia sedang makan disuapi oleh papanyaAku pun masuk dan duduk disebelah ranjangnya, tiba-yiba handphone papanya Cindy berdering dan mengharusnya papanya untuk pulang karena keadaan Indri yang lemah dan harus dilarikan kerumah sakit, setelah berpamitan, akhirnya papanya Cindy meninggalkan kami
Aku mengeluarkan raport Cindy dan memberikan padanya, ia pun membuka dan melihat-lihat hasilnya
"nilainya diatas KKM semua Wid, ya ampun lo jenius banget sih" ujarnya sangat senang, aku pun tak henti-hetinya mengumbar senyum
"ga salah Wid lo dapat peringkat pertama di kls, gue gak tau harus bilang apa selain makasih, thank you so much my best friend" ia menatapku sembari tersenyum
"cuma ini yang bisa gue lakuin, walaupun kecil tapi ini semua demi menebus rasa bersalah gue sama lo"
"enggak Wid ini udah lebih dari cukup, gue sayang banget sama lo Wid"
"gue yang lebih sayang sama lo tau" ujarku sedikit nyolot
"gue" balasnya
"gue" ujarku ngotot
"gue" balasnya lagi
"gue" ujarku lagi
"iyadeh" aku pun tertawa mendengarnya
"ohiya ada yang mau gue sampein sama lo" ujarku dengan serius
"apa?" tanyanya, aku pun ragu untuk mengatakannya
"ehm..tapi lo jangan marah ya" ujarku
"iya" aku pun mengambil tas yang ada di meja lalu merogo dalamnya untuk mengambil buku diary Mata Hati, ia sedikit terkejut ketika aku mengeluarkan bukunya
"ehm..sebelumnya maaf banget Cin, bukan gue lancang atau gak sopan karna udah ngambil buku ini tapi gue cuma ingin ngelanjutin diary kehidupan lo dan gue udah baca semuanya, please jangan marah sama gue" ujarku dengan takut sekali
"lo mau bantuin gue kan buat wujudin diary ini sampai menjadi novel" ujarnya dengan senyum merekah
"jadi lo gak marah sama gue Cin" ujarku sangat senang
"aa...Cindy" aku pun langsung memeluknya
Lalu tiba-tiba pintu terbuka secara gerusuh, kami pun sedikit terkejut dan menoleh kearah pintu
"Cindy..." ujarnya dengan suara yang terengah-engah, aku menatap wajah itu lagi, setiap kali melihatnya aku selalu terbayang rasa kecewa yang pernah ia torehkan di hati ini, aku tak mau menumpahkan air mataku lagi karenanya apalagi kalau sampai terlihat oleh mereka
"ehm..Cin gue keluar bentar ya"
"mau kemana Wid" tanya Cindy dengan raut wajah sedih
"gue mau nyari minuman dulu Cin, yauda kalian ngobrol aja dulu, gue titip Cindy ya Al" aku pun terpaksa senyum ke Aldi
"Cin.." ujarnya dengan mata yang berkaca-kaca, Cindy pun hanya tersenyum kepadanya
"gue seneng banget bisa ngeliat lo lagi, gue merasa bersalah atas ini semua, gue udah egois banget pergi gitu aja ninggalin masalah diantara kita" ujarnya
"gue minta maaf Cin, cowok kayak gue seharusnya gaada diantara kaliam berdua,Widya terluka karena gue dan sekarang lo disini juga karna gue" ujarnya dengan menitihkan air mata
"kenapa lo pergi Al" akhirnya Cindy membuka bicara
"gue juga minta maaf karna gue lo pergi kan, jangan pernah bikin alasan karna gue lo pergi, lo harus tetap jalani hari-hari lo seperti biasa, jadilah Aldi yang dulu yang selalu kasar, jutek bukan Aldi yang sekarang lemah dan cengeng" ujar Cindy tersenyum
"gue gak pernah benci lo Al karena gue udah anggap lo sebagai sahabat, lo bebas suka sama siapa termasuk gue tapi tolong jangan pergi, setidaknya lo bisa kasih semangat di hari-harinya Widya" ujar Cindy membuatku tambah menitihkan air mata, masih sempat-sempatnya ia mendukungku dengan Aldi
Aku berjalan tak tentu arah menuju pintu luar, tiba-tiba suara pekikan seseorang memecahkan lamunanku
"Widya" teriak Bastian yang sudah berdiri di pintu luar, aku pun sedikit tersenyum
"gue punya berita bagus untuk lo"
"apa" tanyaku datar tanpa ekspresi
"gue punya 2 tiket untuk kita seneng-seneng di dufan" ujarnya sangat antusias
"jadi..hari ini gue mau ajak lo kesana" Bastian pun segera menarik tanganku
Setelah tiba disana, Bastian terus menggandeng tanganku untuk berkeliling, kami menaiki semua wahan permainan yang ada disini. Satu hari ini aku menghabiskan waktu bersamanya dan melepas kesedihanku
"makasih ya Wid udah mau nemenin gue hari ini dan semua keseruan kita hari ini udah gue abadikan disini" ia menunjuk ke handphonenya
"jadi kalok suatu hari gue gabisa ketemu lo lagi, gue bisa liat momen keseruan kita tuh disini"
"emang lo gamau ketemu gue lagi" tanyaku dengan serius, ia pun tertawa ringan
"bukan gitu maksudnya kan kita gabisa setiap hari ketemu, yakan?"
"iyasih tapi kata-kata lo seolah lo gamau ketemu gue lagi, gue mau kita sama-sama terus, selama ini lo hibur gue, nenangin hati gue, lo juga selalu berusaha buat gue tersenyum, jadi gue minta sama lo jangan pernah tinggalin gue, kita bisa jadi sahabatkan Bastian" aku menggenggam kedua tangannya
"kalok itu yang lo mau gue akan sanggupin" ujarnya dengan tersenyum
***
Mantul bener yak judul part nya, yaudahlha ya setiap orang kan juga punya seseorang yg menjadi alasannya tetap tersenyum termasuk authornya😁😂😂
Jan lupa tinggalin jejak ya
Lopyuuuuuuu
KAMU SEDANG MEMBACA
Mata Hati
Teen FictionPemeran Aku atau sosok bernama cindy yg selalu memandang baik setiap keadaan dan dengan tulus menyayangi orang-orang sekelilingnya dan selalu optimis setiap menjalani hari-hari nya.. Ia selalu memandang kehidupan dgn sisi baik dan juga memiliki hati...