Chapter 47:Sebuah Pilihan

26 8 8
                                    

             ***
   Aku berlari sekencang mungkin mengejar Widya

"Widya..Wid..please jangan salah paham lagi yang lo liat tadi bukan apa-apa" ujarku meyakinkan

"pertemuan 2 keluarga bahagia yang sedang membicarakan tentang percintaan anak mereka" Widya tersenyum sinis dengan mata yang nerkaca-kaca

"gue sukanya sama Cindy Wid, lo gak bisa paksain perasaan gue, ini semua tentang perasaan Wid dan sampai kapanpun gue akan nunggu Cindy buat buka hati untuk gue" ujar Aldi yang tiba-tiba datang

"Aldi lo itu ngomong apa sih, enggak Wid lo jangan dengerin dia, gue gak suka sama dia" ujarku

"Cin ini tentang perasaan gue dan gue juga gak tau kenapa bisa suka sama lo, gue selalu sakit setiap lo nolak gue dengan kata-kata kasar lo Cin"

"ya terus lo pikir ini semua gak menyakitkan buat gue, ini lebih sakit daripada apa yang lo rasain, karena lo gue kehilangan sahabat gue, kalok aja lo gak ngeluarin kata-kata buruk lo itu, ini semua gak akan terjadi" Widya tambah semakin kesal dan sedih

"Aldi mending lo pergi aka dari sini, biar gue yang nyelesain masalah ini sama Widya" ujarku

"gue akan tetap disini, gue akan ikut nyelesain masalah ini karena gue.." Widya langsung memotong pembicaraan Aldi

"udah stop!! Lebih baik kalian selesain aja urusan kalian berdua, gue muak sama kalian berdua!" Widya pergi kearah jalan raya untuk menyetop taxi lalu pergi bersama taxi tsb

"gue gak tau harus bilang apa ke lo, makasih atas kelancangan omongan lo tadi" ujarku lalu pergi meninggalkan Aldi

             ***
   Sejak kejadian itu aku tidak berani untuk bertemu dengan Widya, Widya juga selalu menghindariku, aku juga tak lagi duduk dengannya di kelas

Hari-hariku lewati sendiri tanpa siapapun yang menemani dan aku selalu menghabisi waktu di perpustakaan sekolahku

"eh sih Iqbal kemana ya udah sebulan lho dia gak masuk, apa dia udah pindah sekolah" terdengar suara 2 orang cewek yang sedang mengobrol di sebelah lemari yang sedang kusandari

"tuh anak emang hebat bener ya, nih sekolah udah kayak sekolah neneknya aja cuti bisa sampai berbulan-bulan gitu" obrolan mereka menyita perhatianku, aku juga berpikir sudah lama tidak melihat Iqbal

           ***
   Sepulang sekolah aku memutuskan untuk kerumah Iqbal

"pak cepat sedikit ya pak" ujarku kepada supir taxi yang kutumpangi, berulang kali aku menelponnya tapi tak kunjung menuai respon

Aku memencet bel yang ada didekat pagar namun tak ada juga yang keluar lalu tiba-toba handphoneku berdering

"hallo, ha! Apa?" aku pun segera menutup telpon dan mencari taxi

Tibalah aku disebuah rumah sakit Sinar Jaya, aku segera berlari menuju kamar yang ingin kutemui

"papa" ujarku sedih dan berlari memeluk papaku yang terbaring lemah dengan kaki yang digantung karena mengalami patah tulang akibat jatuh dari tempat proyek ia bekerja

"it's oke sayang" ujarnya sambil mengelus puncak kepalaku

"papa tadi lagi ngecek proyek di Bandung terus gak hati-hati jadi mengalami kecelakaan tapi papa gapapa kok, kamu gak usah khawatir ya"

"gimana aku khawatir, aku hampir aja kehilangan papa, kenapa papa seceroboh ini sih, aku gak mau kehilangan papa udah cukup ibu aja yang pergi" aku menangis sambil memeluknya

          ***
    Aku kembali kerumah pukul 19.00 Wib masih mengenakan seragam dengan wajah yang kucel dan lesu, aku melihat Widy keluar dari kamar Indri

"gue turut berduka ya atas musibah yang menimpa bokap lo" ujarnya, aku hanya mengangguk tanpa ekspresi, lalu saat aku hendak melangkah

"ohya gue mau nanya, lo tau gak dimana Iqbal?" aku mengerutkan keningku dan sedikit tertawa

"lo nanya Iqbal sama gue, ya ampun ya gue gak tau lha"

"alah Cin gak mungkin lo gak tau dimana dia, udah sebulan lebih dia gak ada kabar, dia kan satu sekolah sama lo mana mungkin lo gak tau dimana dia, secara lo tuh suka sama dia bahkan lo rela ngikutin Iqbal waktu di villa"

"denger ya Wid, lo tanya tentang Iqbal sama gue itu gak masalah tapi jangan nyamber kemana-mana, gue capek Wid berdebat sama orang, otak gue serasa mau pecah, gue sama sekali gak tau tentang Iqbal" ujarku sedikit kesal dan langsung masuk kekamar

            ***
   Pagi hari jam olahraga di kelasku, teman-teman yang lain sibuk melakukan pemanasan, aku yang tak bergairah hanya duduk di pinggir lapangan dengan pandangan kosong

Namun tiba-tiba aku melihat sosok Iqbal ditengah lapangan sedang mendribling bola, mataku semakin membesar saat melihatnya, aku pun segera bangkit dari duduk ku

"Iqbal.." seruku, ia menoleh kearahku dan tersenyum, aku pun membalas senyumannya, setelah sekian lama tak lagi melihat senyum itu, senyum yang selalu membuatku tenang, semua beban terasa hilang hanya dengan melihat senyumnya

"Cin..Cindy.." teriak seseorang didepanku, aku pun langsung terbangun dari lamunanku

"ha! Apa-apa ada apa?" tanyaku

"lo kenapa senyum-senyum sendiri ditengah lapangan kayak gini, liat noh teman-teman disana" tunjuknya, aku pun menoleh kearah teman-temanku, mereka semua terlihat bingung menatapku

Aku terus menyiram berulang-ulang untuk menyegarkan beban yang ada diwajahku, aku menatap diriku di cermin

"hay...kenapa dengan kamu, ada apa ini? Begitu rumitkah kehidupanmu, come on bangkit girl, bangkit, lo harus tegar dan kuat" aku seperti orang gila yang berbicara sendiri didepan cermin, menatap diriku yang lemah dan rapuh ini

           ***
   Setelah bel panjang berbunyi, aku segera merapikan buku pelajaranku, kulirik Widya yang sudah berjalan duluan kearah pintu luar, saat aku ingin keluar, aku mengurungkan niatku saat melihat Aldi dan Widya sedang mengobrol

"apa gak bisa Al lo ubah perasaan lo buat gue, gue sakit Al, gue yang suka sama lo, gue yang cinta sama lo tapi kenapa Cindy yang lo suka Al" ujar Widya sembari menangis

"Wid..gue akan selalu ada buat li kapanpun lo butuh, kita cukup jadi sahabat aja Wid, lo itu cewek cantik, baik, smart dalam berdagang dan supel tapi gue gak bisa balas perasaan lo, lo gak cocok buat gue Wid, lo bisa dapetin yang lebih baik dari gue" ujar Aldi sambil memegang kedua bahu Widya

"ya terus lo pantesnya sama Cindy gitu" ujar Widya kesal

"enggak Wid, gue juga sadar siapa gue, lo jangan suka sama gue Wid, gue cuma bisa bikin lo terluka dan nangis, apa lo gak capek?" Aldi menatapnya sendu

"gak ada kata capek Al buat pertahanin apa yang kita mau, yang gue mau itu lo, gue akan tetap nunggu lo"

"itu juga yang bakal gue lakuin untuk pertahanin apa yang gue mau Wid dan gue akan tetap nunggu dia" ujarnya membuat Widya tambah sedih

Aku semakin bingung dengan keadaan ini

Apa yang harus gue lakuin..

           ***


Emang yang namanya cinta itu rumit banget ya guys😥

Semoga kisah cinta kalian lebih indah dari ini yaa😂😂

Jangan lupa vote and comment dan nantikan part seru selanjutnya😁😊😊😊

Mata HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang