Chapter 40:Hanyalah air mata

31 9 2
                                    

"eeh..tunggu! Lo bertiga boleh tinggal disini tapi ada syaratnya"

"apa?" tanyaku

"lo bertiga gak boleh ngomong atau nunjukin batang hidung lo didepan Indri, pokonya Indri gak boleh tau kalok kalian ada disini" tegas Widy lalu masuk kedalam

"peraturan apaan itu!" ketus Aldi, lalu kami semua pun masuk kedalam, Widy membawa dan menempatkan kami di salah satu kamar, sementara Aldi, Iqbal dan Kiki satu kamar ditempat yang lain

"apa sih yang buat lo mau datang ke tempat ini?" ujar Widya

"lo begini karena apa? Udah deh Cin lo itu jangan bodoh, lo bilang deh ke Iqbal kalok lo suka sama dia" tegas Widya

"sampai bela-belain kesini buat Iqbal, dimarah-marahin sama nenek sihir itu lo diam aja, jangan naif jadi orang Cin"

"siapa yang naif sih Wid"

"ya kalok lo gak naif lo bilanh dong ke Iqbal kalok lo cinta sama dia"

"udah berapa kali gue bilang ke lo sih Wid, Iqbal tuh gak suka sama gue, dia cintanya cuma sama Indri"

"jadi untuk apa lo kesini huh! Bela-belain kesini tuh untuk apa!"

"ya untuk Indri lha, lo lupa gue sama Indri tuh adik-kakak, jadi gue harus perduli sama dia" aku pun merebahkan tubuhku diatas ranjang dan membenamkan wajahku diatara tumpukan batal

"dia baik-baik aja Cin tapi hati lo yang gak baik, lo terlalu perduli sama orang yang gak pernah nganggap lo ada" ujar Widya pelan

          ***
   Pagi harinya, Indri sedang sarapan bareng dengan Widy dan bang Kiki dimeja makan

Iqbal yang baru muncul berjalan mengendap-ngendap menghampiri Indri dan menutup kedua mata Indri dengan kedua tangannya dari belakang

Jelas aaja Indri merasa heran dan menebak-nebak siapa sosok dibelakangnya ini

"siapa ini" tanyanya sambil terus meraba tangan Iqbal, karena sudag lama saling mengenal dan mempunyai ikatan batin yang sama, akhirnya..

"Iqbal ya" ujarnya senang

"yah...ketauan deh, cepat banget sih ketauannya" ujar Iqbal kecewa

"apa yang aku gak tau dari kamu, semuanya pasti dengan mudah aku kenali, wajah kamu, rambut kamu, tangan kamu, meskipun aku gak bisa ngeliat tapi aku mudah ngenali kamu" ujar Indri yang sangat menyentuh batinku

Aku hanya bisa diam dan menahan cemburu melihat kedekatan mereka dari meja dapur

Ya aku, Widya dan Aldi memang hanya bisa berjauhan dari Indri agar tidak ketauan olehnya

"darimana kamu tau aku ada disini" tanya Indri saat itu dan secara tak sengaja aku yang sedang lewat mendengar pembicaraan mereka ditaman yang hanya duduk berdua

"kamu kemana aja sih Bal? Kamu selalu ngilang tanpa ngabarin aku" ujar Indri cemberut

"aku kan udah pernah bilang sama kamu, kalok aku pergi itu kamu jangan cemas atau sedih" Iqbal menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Indri dengan menyelipkannya di telinga Indri

"ya setidaknya kalok kamu mau pergi itu kabari aku biar aku gak nungguin kamu"

"hei Indri untuk apa kamu nungguin aku, aku kan selalu ada untuk kamu" Iqbal mengangkat wajah murung Indri

"kalok kamu ada untuk aku, kamu gak akan sering ngilang-ngilang kayak gini Bal"

"aku kan gak pergi jauh, aku cuma pergi kerumah nenek aku"

"ya tapi gak sampai berminggu-minggu kan Iqbal"

"iyaiya maaf"

"kamu harus janji sama aku kamu gak akan pergi-pergi lagi" Indri mengangkat jari kelingkingnya dihadapan wajah Iqbal, Iqbal hanya tersenyum sembari memeluk Indri erat

Dan saat itu aku tidak berani memandang kearah mereka, begini rasanya jatuh cinta sama orang yang gak pernah bisa jadi milikmu, sambil menahan air mata, aku menguatkan langkahku pergi menjauh dari mereka, saat berjalan terburu-buru tak sengaja aku berpapasan dengan Aldi

"Cindy lo abis darimana?" tanyanya, aku berusaha menyembunyikan wajah sedihku darinya dan tidak mau menatapnya

"bukan urusan lo" jawabku datar dan ingin pergi meninggalkannya namun ia malah menahan tanganku

"lo abis nangis kan?" tanyanya serius

"jawab Cin!" tegasnya sembari memandang wajahku

"lo kenapa nangis, a..apa yang buat lo nangis?" tanyanya lagi dan lagi

"kenapa sih lo itu kepo banget sama hidup gue" jawabku ketus

"gue itu gak kepo, gue itu perduli sama lo"

"perduli? Sejak kapan lo perduli sama gue huh!" ujarku tersenyum sinis

"kita tuh dari dulu musuhan kalok jumpa selalu marah-marah gak jelas, lo itu gak pernah perduli sama gue, lo selalu tertawa diatas penderitaan gue dan lo seneng kan ngeliat gue semenyedihkan ini" entah kenapa aku terbayang lagi oleh wajah itu, wajah orang yang aku cintai namun tak bisa untuk kumiliki dan wajah seseorang yang beruntung yang bisa memiliki cinta itu

Air mata pun mengalir begitu saja tanpa diduga, aku sangat rapuh, sangat-sangat rapuh

"Cindy yang gue kenal gak kayak gini, Cin untuk apa lo nangis? Pasti karena Iqbal kan, berhenti mengharapkan orang yang gak pernah bisa balas perasaan lo karena itu cuma nyiksa batin lo aja"

"tau apa sih lo soal diri gue" aku menatapnya sangat tajam

"lo gak perlu ngeluarin air mata lo buat sesuatu yang gak penting kayak gini, karena suatu hari nanti lo bakalan sadar siapa orang yang pantas buat lo tangisi dan lo perjuangin" ujar Aldi, aku hanya bisa diam sambil meneteskan air mata

          ***

Jangan lupa vote, comment and share ya

Lopyuuu

Mata HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang