Chapter 57

16 5 2
                                    

                              ***
Esoknya disekolah, aku tengah menanti Bastian didepan gerbang, cukup lama aku menantinya hingga akhirnya Bastian pun datang dengan mengendarai sepedanya

"Bastian...." aku pun berlari kecil mengejarnya

"he Bastian, kenapa kemaren lo pulang gak bilang sama gue" ia dengan santai menjagak sepedanya dan berjalan meninggalkanku

"ya ampun Bastian gue ngomong sama lo kali, denger gak sih, ihh Bastian!"

"kenapa!" ujarnya ketus

"Bastian lo kok gitu sih sama gue, gue ini temen lo masak lo gitu sih ngomongnya"

"temen?" ia menyunggingkan senyum

"iya temen karena terpaksa yang memandang gue dengan sebelah mata, udah deh mulai sekarang lo gak usah ganggu gue lagi" ujarnya

"he Bastian, lo kenapa sih, lo aneh deh, lo bilang jangan ganggu hidup lo lagi. He! Selama ini elo kali yang ganggu hidup gue" ujarku, ia pun berhenti dan menatapku

"iya gue yang salah karena berfikir lo cewek yang baik yang tulus mau berteman sama gue tapi setelah gue denger semuanya gue langsung sadar!!" aku pun sangat terkejut

Astaga! Omonganku saat bersama Cindy waktu di taman kemaren

"Bastian lo salah paham, maksud gue tuh gak kayak gitu"

"yauda coba jelasin sekarang" ia melipat kedua tangannya didekat dada

"kemaren Cindy nanya tentang lo dia bilang kalok gue suka sama lo ya gue bilang enggak, ya gue suka sama lo ya sebagai temen" ujarku takut-takut

"yaiyalha lo mana mungkin suka sama gue yang ga selevel sama cowok dambaan lo itu" ujarnya lalu pergi

Sementara itu dirumah sakit Cindy terus berlatih jalan kembali hingga akhirnya ia dapat berjalan walaupun masih menuntun

Saat sore harinya aku sedang menuntun Cindy untuk beristirahat lalu secara tak sengaja kami melihat Indri yang sedang melamun diatas tempat tidurnya

"sayang...mama mohon kamu makan ya" ujar mama Maura,matanya terlihat sembab dan sayu

"iya Indri kamu makan ya nak dari kemaren kan perut kamu kosong" ujar papa, Widy yang berada didalam tak sengaja menoleh kearah kami, ia pun menghampiri kami

"dia belum mau makan, sejak kepergian Iqbal dia selalu aja begitu" ujar Widy dengan raut wajah sedih, raut wajah Cindy berubah menjadi gelisah, aku tah ia pasti sangat khawatir sekarang

Malam harinya Cindy datang menemui Indri dikamarnya, kebetulan pada saat itu tidak ada siapa-siapa dan Indri juga sedang tertidur

Ia memandangi wajah Indri dengan tatapan sendu, ia melihati wajah yang penuh kesedihan itu dan kesedihan itu hadir karenanya, Cindy selalu saja menyebut dirinya sebagai pencipta kesedihan Indri

Cindy memegang tangan Indri sembari mengelusnya

"gue gak pernah rebut dia dari lo Ndri, dia akan selalu ada untuk lo,elo yang pertama kali kenal sama dia" ujar Cindy dengan menitihkan air mata, tiba-tiba Indri  mengigau meyerukan nama Iqbal

"Iqbal...Iqbal jangan pergi, jangan tinggalin aku, aku mohon Iqbal..." seru Indri, Cindy ikut merasakan hangatnya tangan Indri yang baru pertama kali ia rasakan

"andai aja lo disini Bal lo pasti bisa merasakannya, dia sangat mencintai lo, dia sayang banget sama lo Bal" ujar Cindy dalam hati
                          ***
Pagi harinya setelah dari kamar Indri, Cindy berjalan menuju kamarnya seorang diri, ia berjalan sambil melihat-lihat lalu lalang pasien yang ada disekitarnya

Tanpa disengaja ia menangkap sesosok yang sangat ia kenal bahkan membuat bola matanya membesar

Cindy terpaku diam sampai sosok tersebut menghilang di salah satu gang, ia dengan sigap mengikutinya

Perasaanya tak karuan antara senang, rindu, sedih dan tak percaya, mereka pun berakhir di sebuah kamar VIP, Cindy yang sudah tak sabar langsung masuk dan mengangetkan suster serta orang yang duduk di kursi roda tersebut

"Cindy..." ujarnya lirih, Cindy masih tak percaya benarkah ini Iqbal?

Tubuhnya sangat kurus, wajahnya pucat dan mata yang celong dan menghitam menggambarkan jelas penyakit jantung yang dideritanya

"lo udah bangun dari koma Cin, kenapa lo ga bilang sama gue" suaranya terasa lemah sekali, Cindy tak bisa menahan air matanya lagi

"kalok lo mau peluk gue gapapa" ujar Iqbal sembari merentangkan kedua tangannya dan Cindy pun segera berhambur ke pelukan Iqbal sambil menitihkan air mata

"maafin gue Cin gue gak ngasih kabar ke lo atas kepergian gue dan gue juga gaada disaat lo bangun" ujarnya

"iya gapapa gue seneng banget bisa ngeliat lo lagi" ujar Cindy

"keluarga lo dimana Bal, lo kok sendirian disini" tanya Cindy

"dirumah mungkin, mereka tengah mempersiapkan diri Cin,mereka harus terbiasa untuk gak selalu ada didekat gue" ujarnya dengan menunduk

" lo juga harus terbiasa tanpa gue Cin, lo jangan sering-sering kesini ya kalok perlu anggap aja lo ga pernah kenal gue" ujar Iqbal sembari menitihkan air mata, Cindy yang tak kuat mendengar itu semua segera keluar dari kamar Iqbal

Ya Tuhan...andai aja waktu bisa diputar kembali, aku minta waktu dimana aku dan Iqbal pertama kali bertemu dihilangkan, aku minta waktu itu ga pernah ada dihidupku
Kehilangannya jauh lebih menyakitkan daripada mengetahui penyakitnya sendiri, aku harus apa Tuhan....aku gamau kehilangan dia

                             ***
Maaf kalok up nya lama😥

Mata HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang