(4)MERINTIH API HOSEOK

3.5K 198 25
                                    

Keenam anggota Bangtan masih saja termenung mengkhawatirkan Hoseok. Meski pun dokter sudah berkata bahwa dia baik baik saja, tapi tetap saja mereka khawatir. Sebelum Hoseok membuka matanya, mereka masih belum tenang.

Hari mulai malam, jarum jam sudah menunjuk angka 9. Angin malam hilir mudik melintasi lorong tempat keenam Bangtan itu terduduk.

"Ck, sampai kapan kita menunggu. Hoseok perlu istirahat, dan kita juga. Apa kita tak akan tidur?" Keluh Min Suga sambil menyandarkan kepalanya di bahu Taehyung. Rasanya matanya sudah sangat berat. "Kenapa kita tidak diam di dalam? setidaknya lebih hangat." Tambah Park Jimin. Wajar saja jika dia kedinginan, dia memakai celana dan baju pendek.

"Ssttt!! Kalian membuatku pusing tau!" Jin mengeluh sambil bersandar pada pundak Jungkook. Mereka semua lelah. Lelah menunggu dan khawatir. Seorang perawat keluar dari kamar Hoseok. Sebetulnya mereka tidak sengaja diam di lorong, ini karena dokter dan beberapa perawat mau memeriksa Hoseok, dan mereka menyuruh keenam Namja itu untuk menunggu di luar. Tapi pemeriksaannya begitu lama.

"Jung Hoseok sudah sadar. Dia menanyakan kalian." Kata perawat itu dengan lemah lembut. Ini kabar gembira. Keenam laki laki itu bersorak riang atas sadarnya Jung Hoseok.

"Hai!!" Hoseok melambaikan tangannya pada semua sahabatnya. Dia tersenyum seolah tak ada kejadian apa pun yang menimpa dirinya.

"Kau ini! Kau membuat kami semua kena serangan jantung akibat dirimu. Kau ini memangnya kenapa?" Tanya Jin pada Hoseok.

"Aku.. aku... trauma terhadap api. Aku merindukan eomma-ku. Dan berita tadi membuatku teringat hal itu." Ucap Hoseok termenung.

"Kau harusnya tak menyembunyikan ini dari kami,Hyung. Kami mengkhawatirkanmu." Itu Namjoon. Memajang wajah sok imutnya. Ekspresinya membuat Hoseok tersenyum. "Ceritakanlah kisahmu, siapa tahu kami dapat membantumu, kan." Kata Jungkook sok bijak.

"Cihh, membantu? Kau biasanya mengacaukan. Hahaha." Ucap Jimin meledek. Yang lainnya hanya tertawa. Ekspresi Jungkook terlihat sangat sebal. Membuat yang lainnya kembali tertawa.

****
Jung Hoseok POV
"Kau selalu saja meminta ini itu padaku, Jung Sera! Tak bisakah sehari saja kau tak meminta sesuatu padaku?" Suara Appa-ku terdengar
berapi api. Jujur saja, aku begitu tersiksa dengan pertengkaran kedua orang tuaku. Sangat tersiksa.

"Apa salahnya jika seorang istri meminta suatu hal pada suaminya? Apa yang salah?" Eomma berteriak tatkala sebuah tamparan mengenai pipi halusnya.

Tepat di depan mataku.

Astaga sebegitu emosikah Appa hingga berani berbuat seperti itu pada Eomma? Aku yang masih berumur 9 tahun hanya dapat menangis sambil memeluk tubuh ibuku yang tersungkur karena tamparan itu.

Benar benar keji.

Appa macam apa yang tega memperlihatkan hal seperti itu di hadapan anak kecil ini?

Apa berdosakah aku ini?

Apa aku yang menjadi dalang atas pertengkaran mereka?

Aku memang selalu meminta banyak hal pada Appa. Tapi ini kusalurkan melalui Eomma. Apa salah anak kecil ini yang hanya ingin membeli beberapa mainan, es krim kesukaan, atau sekedar membeli susu favoritku? Aku hanya tak mau masa kecilku hilang tanpa jutaan kenangan seperti yang lainnya.

Air mata ini begitu sulit berhenti saat Appa mengucap kata kata perpisahan sambil menghina orang yang sudah melahirkanku. Aku memang baru berumur 9 tahun saat itu, tapi aku sudah mengerti apa arti kata 'berpisah'. Dan itu sangat menyakitkan.

Eomma terus menangis, Appa pergi dengan cueknya.

"Berani sekali kau begitu pada Eomma-ku! Lawan aku!" Entah datang dari mana keberanian untuk bicara seperti itu. Aku berlari dan memukul Appa sekeras mungkin. Tapi tubuhku yang mungil ini tak mampu mengalahkan pria besar itu. Dalam sekali dorongan, aku tersungkur ke lantai.

For You-Blacktan [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang