(15) Surat Untuk Seoul

1.5K 109 2
                                    

Jungkook menghela nafas dan berteriak sekencang mungkin. Mengutarakan rasa terpukulnya saat ini.

"Kenapa?!" Jungkook kembali menangis.

Dear Seoul,

Kota yang begitu indah saat pertama aku melihatnya.

Di sini aku sendiri,Seoul. Aku sendiri.

Berdiri sebatang seolah sebuah ranting yang rapuh.

Hidupku bahagia di sini. Tapi mungkin sudah tidak.

Aku melangkahkan kaki ini di dalam sepi, mencari seseorang untuk bernaung. Dan aku menemukan mereka. Para Hyung yang selalu menemaniku saat apa pun. Aku menyayangi mereka.

Malam ini, saat malam dimana kutuliskan surat ini, bintang bintang tersenyum padaku. Mereka tak tahu apa yang aku rasakan saat ini. Hanya sebuah kata,

Hancur.

Dan itu sudah cukup untuk mewakili satu dari sekian banyak perasaan yang aku alami hari ini.

Cukup,Seoul. Aku ingin mulai bahagia dengan orang yang masih tersisa. Cukup kali ini aku kehilangan. Cukup.

Di antara alunan lirih angin malam, ku tuturkan rasa rindu ini, ku tuturkan rasa sesal ini. Appa,Eomma.. aku menyayangi kalian.

Kau tahu,Seoul? Aku begitu bahagia dapat tinggal di kota indahmu ini. Saat kedua orang tuaku mengajakku kesini, aku begitu riang tak tertahankan.

Kaki kecilku ini melangkah seolah tahu kemana arah hidupku selanjutnya. Tapi aku salah, aku hanya anak yang terlalu percaya diri akan dunia ini. Aku perlu seseorang untuk memegang tanganku, mengajari ku cara menjalani hidup, dan menuntunku. Aku sendiri,Seoul.

Aku rindu berbagai pelukan hangat. Dimana  aku dapat tenggelam di dalamnya. Merasakan rasa nyaman yang luar biasa dari orang yang begitu menyayangiku. Merekalah cinta sejatiku. Orang tuaku. Dan sekarang, semuanya menjauh.

Rasanya aku begitu rapuh. Kau dapat mentertawakanku sekarang. Aku tak keberatan, memang ini nyatanya. Aku rapuh. Bahkan sangat.

Jika saja tubuhku ini sangat ringan. Aku ingin terbang terbawa angin, menyusul orang tuaku, dan melihat mereka tersenyum di surga. Maksudku bukan berarti aku ingin mati, aku hanya ingin menengok kedua orang tuaku. Hanya itu.

Aku ingin bertemu kebahagiaanku sekarang. Mulai sekarang. Dan kau tahu? Ternyata banyak yang menyayangiku di sini.

Jin,Suga,Hoseok,Namjoon,Jimin, Taehyung, dan aku. Seoul, inilah keluarga ku. Aku begitu menyayangi mereka dan tak akan kulepas mereka meski hanya satu. Tak akan. Aku janji pada diriku sendiri.

Aku tak mau melihat mereka khawatir terhadap diriku. Mereka tak tahu apa pun tentangku.

Aku mencoba menghapus dan membalikkan waktu. Tapi tak bisa. Aku hanya ingin mengulang saat terakhir aku tertawa riang bersama kedua orang tuaku. Rasanya pasti menyenangkan.

Ah, hanya khayalanku saja.

Aku terlalu banyak bermimpi kan, Seoul? Haha, memang ini lah aku.

Entah kenapa aku tertawa, tapi yang pasti, aku mentertawakan diriku sendiri. Seorang manusia yang kesepian. Kau pun tahu,Seoul.

Aku masih sama. Masih bernapas dengan paru paru melalui hidung. Hanya sosokku yang beda. Seolah tak pernah merasakan kebahagiaan.

Tuhan tahu hal itu,Seoul. Pasti dia tahu. Aku hanya ingin Tuhan menjaga orang tuaku di sana, jika aku tak bisa. Aku tak bisa melawan arus takdir. Melawan arus itu pasti melelahkan bukan?

Sekarang aku hanya punya pilihan, diam dalam tangis, atau melangkah melawan sepi. Semua tergantung pada diriku.

Aku memang tak perlu marah atas kehilangan seseorang yang aku cintai. Aku pasti menemukan jalan hidupku selanjutnya. Bersama manusia manusia baru yang berbeda watak. Dan aku pasti suka itu.

Sekali lagi, aku ingin berkata pada Tuhan. Jagalah orang tuaku, aku sangat menyayangi mereka.

Dan kali ini, Tuhan pasti mengabulkannya.

Itu pasti.

Hari Rabu di Seoul,
Dari manusia yang bersedih,

-Jeon Jungkook.

-
-
-
-
-
-
~~~~

For You-Blacktan [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang