(18)MENUNGGU JANJI JIMIN

1.8K 111 13
                                    

Malam yang begitu cerah di kota Seoul. Bintang berkerlip dengan indahnya di langit. Di temani oleh sang rembulan yang perlahan menjauh.

Di dalam sebuah kamar apartement berdinding putih, terdapat dua orang pemuda yang sedang berbincang.

Suga: "Jim, kau sudah makan?"

Jimin: "Sudah dari tadi. Kau bagaimana? Tumben sekali bertanya seperti itu."

Suga: "Hanya bertanya. Eh ya, aku sering dengar kalau kau menyebut nama Rose."

Jimin: "Ish, hanya menyebut saja."

Suga terkekeh.

Suga: "Ayolah,Jimin. Jangan malu begitu. Aku ini Hyungmu, berceritalah."

Jimin: "Kau membuatku malu, Hyung."

Suga: "Kau menyukai Rose?"

Jimin: "Tidak. Aku tak tertarik." (Mencoba membantah)

Suga: "Ututu.. Aku tak pernah dengar kau berpacaran atau sekedar menyukai seorang yeoja. Apa jangan jangan kau suka laki laki,ya??"  
(Curiga nie...)

Jimin: "Cih.. mana mungkin. Aku ini straight tahu! Masih normal."

Suga: "Hmmm.. kalau begitu, apa kau pernah berpacaran?"

Jimin: "Astaga, kau sangat kepo, Hyung."

Suga: "Jawab saja."

Jimin: "Baiklah. Aku pernah punya. Usianya hanya beda setahun dariku. Kami berkenalan sejak usia kami masih remaja. Dari saat itu, entah kenapa hatiku selalu berdebar saat bersama dengannya. Aku bertanya, 'apa aku menyukainya?' Dan selalu saja aku mengelak. Tapi kelamaan, aku sadar bahwa aku memang menyukainya. Namanya Yoo Jeongyeon. Suaranya begitu indah.

Aku sudah sangat lama menyukainya. Hampir 2 tahun. Aku ingin jadi kekasihnya, tapi aku begitu gugup.

Pulang sekolah, aku menemui Jeongyeon.

'Yeon, aku ingin bicara sesuatu. Tapi di taman belakang. Kau tak apa?'

'Tentu. Ayo,Jimin.' Dia menarik tanganku. Aku begitu gugup.

Sudah di taman, dia menatapku serius. Ini membuatku semakin tegang.

'Ada apa?' Dia bertanya.

'Mm.. itu Yeon..mm'

'Cepatlah,Jim. Nanti aku keburu di jemput.'

Aku memberanikan diri, menutup mata dan mulai berkata.

'Yeon, aku menyukaimu. Jadilah kekasihku?!' Aku berkata lantang di tempat yang begitu hening. Jeongyeon tertawa.

'Segugup itukah kau? Haha.' Dia tersenyum manis, lalu berbalik dan berjalan meninggalkanku.

'Yeon, jadi kita?'

Yeon menoleh, tersenyum begitu manis padaku. 'Selamat sore,Jim.' Dia lalu mengangguk. Aku di terima?? Huaa! Aku bersorak begitu kencangnya. Aku sangat lemas. Ini kali pertamanya aku punya kekasih.

'Aku berpacaran dengan Yeon!!' Aku berlari di tengah hujan sore itu. Kegirangan seperti orang gila. Tapi menurutku memang gila sih.

'Yeon!! Aku mencintaimu!!' Aku kembali berteriak teriak. Beberapa orang memperhatikanku, tapi aku tak peduli. Malas menanggapi."

Suga: "Wow! Jimin sudah tak polos. Kau pertama punya pacar di usia remaja? Sungguh terlambat. Pertama kali aku berpacaran saja di usia sekolah dasar. Dan kau remaja?"

Jim: "Yang penting aku menyayanginya. Usia itu tak masalah."

Suga: "Lanjutkan,Jim. Aku penasaran."

Jim: "Beberapa kali, aku pernah memintanya untuk pulang bersama. Dan dia tak pernah menolak.

Kami selalu berjalan berdua. Aku belum berani menyentuh dirinya. Hanya berbincang lalu bercanda dengannya. Tawanya membuat diriku serasa lengkap. Aku hanya tinggal dengan Kakakku. Eomma sudah meninggal, dan Appa bekerja di luar negri.

Bertahun tahun lamanya aku berpacaran dengannya. Tak pernah bosan. Aku berusaha sekeras mungkin agar saat kami dewasa, kami dapat menikah. Aku berusaha untuk terus mempertahankan hubungan kami dengan sebaik mungkin.

Saat kami lulus, dia berpamitan untuk melanjutkan sekolah menengahnya di Jepang. Hatiku begitu kecewa. 'Aku memang ke Jepang, tapi aku tak akan memutuskan hubungan kita.' Itu katanya.

Hampir setiap hari pula, aku menelfonnya. 'Hampir' tak selalu. Dia menyambutku dengan hangat. Aku benar benar merasa nyaman dengan dirinya.

Setahun sudah kami tak berjumpa. Aku sangat merindukannya. Dia berencana akan pulang pada musim semi tahun itu. Aku belum mengenal kalian di saat tersebut.

Hari itu, Yeon pulang saat dirinya berulang tahun. Aku segaja tak mengucapkannya lewat telfon. Aku tahu dia akan pulang, lebih baik aku berikan kejutan spesial untuknya.

Aku sudah menyiapkan sebuah hadiah untuknya.

Tak lama, aku mendengar sebuah berita di tv.

'Selamat pagi pemirsa.
Telah terjadi sebuah kecelakaan pesawat yang berangkat dari Tokyo menuju Seoul. Kode penerbangannya adalah ****** tak ada penumpang yang selamat.'

Astaga, aku terduduk begitu lemas. Itu adalah pesawat yang di tumpangi oleh Yeon. Dan kecelakaan?

Air mataku begitu saja mengalir. Orang yang aku cintai tak selamat dalam kejadian itu. Yeon... ucapku lirih. Lalu bagaimana dengan hadiah itu? Sebuah kalung bertuliskan JJ (Jimin dan Jeongyeon)

Aku belum mengucapkan selamat ulang tahun padanya.

Beberapa hari, jenazah Jeongyeon di datangkan. Keluarganya begitu histeris saat peti mati itu di bawa.

Setelah pemakaman, aku berdiam sendiri di makam itu. Menatap nama orang yang masih aku cintai.

'Yeon, selamat ulang tahun dan selamat jalan. Kalung ini, aku berikan untukmu. Meski kau tak ada, aku tetap mencintaimu,Yeon. Maafkan aku karena tak sempat menelfonmu tadi pagi. Aku ingin membuat kejutan spesial untukmu. Sekali lagi, aku mencintaimu,Yeon. Selamat jalan.' Kalung itu ku gantungkan di batu nisan Jeongyeon. Menatapnya sayu dan pergi.

'Selamat sore,Jimin.' Saat dia menerimaku, aku selalu teringat senyumannya. Dan sekarang, aku tak dapat melihat hal itu lagi."

Suga: "Hari ulang tahunnya adalah hari terakhirnya juga. Maaf karena telah menanyakan hal ini padamu, Jimin."

Jim: "Tak apa. Sekarang kau juga tahu siapa orang yang aku suka. Setidaknya, memikirkannya dapat melupakan Yeon dari fikiranku."

Suga; "Iya,Jim."

Jimin: "Sekarang giliranmu bercerita, Hyung. Aku juga ingin tahu."

Suga: "Malas. Nanti saja lagi."

Jimin: "akh, tak seru kau,Hyung."

Aloha!!

Chapnya pendek lagi ya? Biarin lah. Kalau panjang, bisi bosen hehe.

Yaudah segitu aja, bye!!

See you,
Author

For You-Blacktan [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang